1

33 3 0
                                    

          Meja makan malam ini sudah tertata rapi dengan berbagai makanan khas jawa, tentu ulah tangan kakak-beradik Alina dan Anata, mereka sepakat makan malam sebagai acara berkumpul bersama.

"Kak Eyang lu aja yang antar ya besok, gue ada janji sama klien ke Garden City" ucap Anata dari arah dapur membawa mangkuk bumbu kacang.

Alina yang asyik menuangkan air pada gelas memutar bola matanya, "kerja mulu kayak di gaji aja lu dek" cibir Alina.

"Gini-gini gue yang gaji kantor lho kak, dimana coba yang kerjaan kayak marketing berjasa banget kan, pokoknya mau ya plis-plis" rayu Anata mengayunkan tangan sang kakak.

Alina mengangguk mau saja daripada Eyangnya berlama-lama di rumahnya mending ia antar pulang mengambil alih tugas Anata.

Ngomong-ngomong tentang Eyang, sedari tadi belum kedengaran bunyi mesin mobil di depan rumah, ngga biasanya Pak Begyo sopir pribadi Eyang Gayatri mengantar Eyangnya lebih dari 1 jam.

"Btw emang jalanan lagi macet apa Nat kok Eyang ngga nyampe-nyampe" tanya Alina pada Anata yang sibuk mengelap buah-buahan sebagai cuci mulut nanti.

"Mana gue tau lu pikir gue pakar lalulintas kak, eh Papa sama Mama juga lama bener di atas ya"tambah Anata.

"Jangan-jangan lagi bikin adek baru Nat, aduh bahaya ini samperin gih sana Nat" suruh Alina pada Anata.

Anata langsung terbahak, Kakaknya langsung parno jika itu terjadi, "apaan dah Kak, lagian gue mah seneng kalo punya adek itu artinya Eyang bakalan sibuk sama cucu baru lupa deh nyinyirin gue nantinya" ucap Anata senang.

Anata sibuk tertawa menepuk-nepuk bahu sang Kakak hingga ia tak sadar Eyangnya sudah ada di belakangnya menarik daun telinganya hingga sang empu kesakitan, "aduh aduh Eyang kapan nyampe kok malah jewer telinga Anata sih" protesnya memegang telinganya.
 
"Bagus ya kamu ngomongin Eyang kualat kamu nanti"menepuk lengan Anata lagi sebagai bonus tambahan.

Alina yang melihat itu tertawa geli, ingatkan tadi ia melihat Eyangnya sudah datang tapi salahkan saja mulut lemes sang Adik yang perlu di kasih pelajaran, "duduk dulu Eyang sini, simpen tenaganya dulu nanti lanjutin siksa Anata yang" kompor Alina sembari membimbing wanita tua itu duduk lalu menyalami sang Eyang dengan khidmat.

Anata langsung cemberut mendengarnya, "kakak kompor bener, tadi tu ngga gitu ceritanya" elaknya menyalami Eyang Gayatri yang langsung mencubit pinggang Anata gemas, bisa-bisanya cucunya ini masih mengelak.

Sedangkan di ujung tangga sepasang suami istri tersenyum geli melihat keramaian meja makan malam ini, "ah ibu udah datang ternyata langsung mencari mangsa ya bu, kebetulan Anata menyerahkan diri" ledek Renaldi.

Eyang Gayatri terkekeh pelan, wanita tua itu menguluk salam yang tertunda sebagai isyarat keberadaannya dirumah sang Anak, Renaldi dan istrinya, Ririana menghampirinya mencium tangan sang Ibu sebagai tanda bakti dan memeluknya hangat bergantian.

Tak ingin basa-basi lebih lama acara makan malam mulai berjalan dengan syahdu, Anata tersenyum senang di sela kunyahannya dan tangannya sibuk mengaduk-ngaduk makanan tanpa disadarinya, ah Definisi rumah adalah alasan kenyamanan dirinya tinggal seperti ini ternyata.

Ririana yang melihat anaknya mengaduk-aduk makanannya karena hanyut dalam kesenangannya pun menegurnya, "hey jangan di aduk-aduk saja Nat tapi di makan lho" ucapnya dihadiahi cengiran milik Anata.

Renaldi yang tadi sibuk mencomot combro makanan kecil berisi sambal pedas asin manis yang di goreng itu langsung menatap Anata, "oh ya Nat takut lupa kamu kenal teman Papa yang namanya Orlando kan?, kebetulan istrinya hobby membuat kue, dia minta tolong kamu carikan ruko di Kelapa Gading untuk toko kuenya bisa"

MandalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang