Satu

8K 884 23
                                    

Jaemin terus mengusap lengan ramping kakak lelakinya. Ada kekuatan dan keyakinan yang Jaemin alirkan pada kakaknya itu. Sorot mata sang kakak tetap pada kekhawatirannya.

"Aku akan baik-baik saja, hyung. Lagi pula, berbulan-bulan di rumah tanpa melakukan apapun sangat membosankan." Jaemin tersenyum.

"Kau bisa menjamin itu? Aku hanya tidak ingin hal buruk terjadi padamu." Lelaki bersurai hitam itu tetap merengut khawatir. Tangannya bergerak mengusap pipi pada wajah pucat Jaemin.

"Tentu saja. Jeno pasti akan menjagaku dengan baik. Pasti, hyung." Jaemin berdiri, lalu menoleh ke luar pintu. "Jeno menungguku. Aku berangkat dulu hyung."

Sang kakak ikut berdiri dan segera memeluk Jaemin dengan erat. Isak tangisnya tak terbendung lagi. "Kau adikku satu-satunya. Tentu kau lebih berharga bahkan dibandingkan suamiku sendiri. Kau harus kembali dengan baik tanpa kekurangan satu hal pun."

"Hyung, aku cuma akan mendaki gunung selama 4 hari. Bukan hal yang membahayakan kok. Kami berangkat bersama teman-teman Jeno. Harusnya kau yang lebih ku khawatirkan, kesehatanmu menurun sejak kau hamil. Jangan sampai keponakanku kenapa-napa." Jaemin melepas pelukannya. Di bibir pintu ada yang memperhatikan mereka. Sedetik kemudian melangkah menuju Jaemin dan kakaknya.

"Jaemin, temanmu akan mati kebosanan kalau kau terus mendengarkan ocehan manja kakakmu." Tawa renyah keluar dari mulut Jaemin. Kakaknya hanya cemberut.

"Jaehyunie~" sang kakak pun merajuk sambil memukul kecil dada bidang suaminya.

"Jaehyun hyung, jaga Taeyong hyung ya? Aku berangkat dulu." Jaemin meraih ransel besarnya dan membawanya di punggungnya, lalu menghampiri Jeno.

"Sudah siap? Ayo kita berangkat sebelum matahari terbenam."

---

Setelah berdoa bersama di pos awal, Jaemin dan Jeno mendaki dengan mengambil jalur yang sama. Tentunya berbeda jalur dengan Hendery yang memilih untuk bersama Xiaojun, juga Jisung yang bersama Yangyang.

Menit-menit awal mereka terasa menyenangkan, diselingi canda yang dilayangkan Jeno serta tawa yang keluar dari bibir manis Jaemin. Untung saja sebelum naik, Jaemin sudah meminum obat penghilang nyerinya jadi dia merasa aman bisa bersenang-senang dengan Jeno tanpa ada yang mengganggu.

"Jaemin, setelah pemulihan sakitmu, apa kau akan kembali ke Amsterdam?" Tergurat wajah kecewa dari wajah Jeno saat Jaemin menganggukkan kepalanya sebagai jawaban atas pertanyaannya.

"Tentu saja aku akan kembali. Aku sudah cuti satu semester. Kau ingin aku di drop-out ya?" ucap Jaemin yang dilanjutkan dengan kekehan.

"Masalahnya kau itu benar-benar sibuk kalau kembali kesana. Nanti siapa yang menemaniku video call malam hari ketika aku insomnia? Siapa yang membangunkan aku setiap pagi agar aku tidak telat berangkat kuliah? Siapa yang akan memasakkan sesuatu untukku kalau aku lapar?" Jeno mencebikkan bibirnya. Dia baru sadar kalau dia akan berubah jadi manja ketika bersama Jaemin. Jaemin hanya mengulum senyum mendengar ocehan Jeno.


'Aku memang bisa melakukan semua hal itu untukmu. Satu-satunya kelemahanku adalah, aku jatuh cinta padamu yang jelas-jelas hanya menganggapku sebagai sahabatmu.'

***

Jadi setiap part ku buat pendek pendek aja ya biar bisa jadi banyak hehe. Maafkan untuk typo karena tanpa editing.

✔ PupusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang