Epilog

8.8K 882 167
                                    

Renjun menangis tersedu-sedu dihadapan pusara yang masih tercium aroma khas air mawar. Ia tak menyangka, secepat ini ia harus kehilangan meski sebelumnya ia pernah merasakannya saat ia kehilangan ibunya. Ia berlutut, celananya penuh noda tanah merah. Tapi ia tak peduli.

"A-aku benar-benar menyesal..." Lelaki disebelahnya berusaha memberi kekuatan. Merangkulnya dengan erat, lalu mencium pucuk kepalanya dengan sayang. Di seberangnya, seperti ada refleksi. Lelaki cantik dengan perut besarnya menangis tanpa suara dan lelaki tampan disebelahnya berusaha menenangkannya.

"Jaemin sudah tenang disana. Kalau kalian tangisi terus, dia juga akan merasa sedih." Kakak ipar Jaemin, Jaehyun, mengajak kakak Jaemin yaitu Taeyong yang sedang hamil untuk berdiri. Spontan Renjun yang ditemani Jeno oun ikut berdiri.

"Jaehyun hyung, Taeyong hyung, aku minta maaf. Karena aku, Jaemin pergi..." Renjun menunduk dan mengusap air matanya. "Jeno, aku minta maaf karena sudah membohongimu. Aku menyesal karena aku tidak terus terang kalau sebenarnya aku menyukai Jaemin. Aku tahu kalau kau juga suka Jaemin. Kenapa dengan bodohnya aku ingin menyingkirkanmu demi Jaemin? Akhirnya sekarang Jaemin pergi karena kebodohanku."

Taeyong menghela nafas berat, matanya sudah bengkak parah karena terus menangisi Jaemin. Padahal sudah hampir sebulan Jaemin pergi. Perlahan kakinya melangkah menuju Jeno, kemudian memeluknya erat dan meletakkan telinganya di dada kiri Jeno. Tangan kirinya memegang perut bagian kanan Jeno.

"Hyung tau, kau masih hidup disini, Jaem."

Jaemin yang memilih jalan hidupnya sendiri. Karena kecelakaan saat di gunung, 80% alat gerak di tubuh Jaemin lumpuh total. Jaemin mendengarkan obrolan dokter dengan perawat soal kondisi Jeno yang parah dan memburuk. Ia menangis, ia tak ingin Jeno meninggalkannya seperti ayah ibunya yang mendahuluinya. Setelah kesadarannya pulih, ia berpesan pada Haechan bahwa ia akan mendonorkan hati dan jantungnya untuk Jeno. Ia juga minta tolong pada Haechan untuk menulis surat untuk Jeno.

Jeno memeluk Taeyong dan mengusap punggung Taeyong perlahan. "Maaf kalau aku tak bisa menjaga Jaemin sebelumnya, tapi aku janji, aku akan menjaga Jaemin yang ada didalam diriku, hyung." Ia menoleh ke nisan yang bertuliskan nama Jaemin. Dalam hatinya ia berucap, tunggu aku disana, aku pasti akan datang.

Na Jaemin
Lahir : 2000-08-13
Wafat : 2019-03-30

-

Jeno baru saja mengantar Renjun pulang ke rumahnya. Ini sudah terlalu larut malam untuk Jeno pulang ke rumahnya. Renjun padahal sudah menawarkan agar Jeno menginap saja, tapi Jeno menolak dengan alasan ibunya akan kesepian nanti.

Jalanan sepi, hanya ada beberapa mobil yang berlalu-lalang. Radio di mobilnya disetel dengan volume sedang, langsung memutarkan lagu kesukaan Jaemin. Lagu milik IU yang berjudul Through the night. Ia merasa Jaemin hadir disisinya.

"Jeno..."

Jeno menoleh ke bangku disampingnya, air matanya luruh seketika.

"Jaemin..."

Tangan pucat Jaemin meraih tangan besar Jeno, raut wajah Jaemin yang berseri. Pandangan Jeno tak mampu berpaling. Senyumnya menyiratkan sakit dari kerinduan. Kemudian mengangguk perlahan. Jeno langsung paham dan ikut mengangguk.

Sebuah truk besar yang mengangkut bahan bakar minyak menabraknya dari depan dan truk itu meledak.






Lee Jeno, wafat pada 23 April 2019 pukul 23:19.

---

Aku yang nulis aja nangis, kalian nangis ga? hehe
Btw ini udah kelar ya. Jangan lupa mampir ke ceritaku yang lainnya.

✔ PupusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang