Empat [END]

7.4K 846 35
                                    

Jeno tidak mengerti apa yang membuat Jaemin tiba-tiba berubah menjadi cuek padanya. Langkahnya pun lebar-lebar, ia terus melaju tepat di depan Jeno. Jeno berusaha mengimbangi langkah cepat yang dibuat Jaemin.

"Hei, ada apa denganmu? Sebelum kita berangkat, kau baik-baik saja." ucap Jeno sembari meraih pundak Jaemin. Tak disangka, Jaemin berhenti dan menyingkirkan tangan Jeno dari pundaknya. Ia berbalik dan menatap Jeno. Tatapannya sayu namun tajam.

"Kita harus cepat, Renjun menunggumu di pos. Kau tidak mau membuatnya menunggu lama kan?" dalam hati, Jaemin mengumpati dirinya sendiri. Matanya berkaca-kaca tidak sesuai dengan kehendaknya. Dengan kurang ajar, Jeno memeluknya dari belakang.

"Kau tampak tidak biasa. Tolong jelaskan alasanmu begini." Jaemin terisak. Ia tidak mampu lagi membendungnya. Perasaannya yang membuncah membuatnya berbalik dan memeluk Jeno dengan erat. Air matanya terus mengalir deras.

"Aku cemburu..." ucap Jaemin dengan suara yang sangat kecil, mungkin saja hampir tak terdengar karena kalah dengan desau angin pagi itu. Jeno speechless, tidak tau harus mengatakan apa. Ia mendengarnya, jelas. Namun diluar dugaan, Jeno menangkup pipi Jaemin dan mencium bibir Jaemin dengan lembut. Benar-benar seperti menyalurkan pesan bahwa sebenarnya Jeno memiliki perasaan yang sama. Jaemin bisa merasakan itu.

"J-jeno?" sebuah suara menginterupsi mereka untuk menghentikan kegiatannya. Jaemin seperti tertangkap basah sedang mencuri. Ya, mencuri ciuman dari kekasih lelaki mungil yang tadi memanggil Jeno.

"Renjun? Kenapa kau kemari? Bukankah—" kalimat Jeno terhenti melihat Renjun menampar Jaemin. Pipi Jaemin memerah, perih. Tapi itu belum seberapa dibanding perihnya memendam perasaannya untuk Jeno.

"Renjun, sebaiknya kita turun bersama ya?" Jeno mencoba menggandeng tangan mungil Renjun, namun Renjun malah mendorong Jeno hingga terguling ke bawah.

"Jeno!" Jaemin yang panik menyusul dan mencoba menolong Jeno yang terjatuh. Renjun panik, ia turun perlahan mengikuti Jaemin. Jeno terguling sekitar 7 meter dari tempatnya berdiri tadi. Beruntung ransel besarnya tersangkut di salah satu pohon. Namun sepertinya Jeno terluka parah. Hidungnya patah, kepalanya bocor, di perutnya juga ada kayu yang menancap.

Sialnya lagi, Jaemin tergelincir hingga terguling jauh dari Jeno.



---



Renjun duduk di ruang tunggu Rumah Sakit, penuh rasa cemas. Jeno terluka parah karena dirinya. Renjun tidak sendiri, ada Yangyang dan Chenle yang menemaninya.

Jeno belum siuman. Bahkan dokter bilang kondisinya melemah. Detak jantungnya melambat akibat beberapa organ dalamnya cedera seperti hati dan jantungnya.

Jaemin juga ada di Rumah Sakit yang sama, berbaring di ruangan yang berbeda dengan Jeno. Haechan menjaganya sejak Jaemin dan Jeno sampai disini.

Jaemin terbangun, Haechan hendak memanggil perawat. Tapi Jaemin melarangnya. Ia hanya berbicara sedikit dengan suara yang pelan, Haechan meresponnya dengan tangisan.

"Tak apa, Donghyuck. Jeno dan aku tidak akan mati."

---

Ngegantung? Aku ngehabisinnya di Epilog aja ya hehe.

✔ PupusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang