Hari ini tidak berbeda dengan hari yang lain, kecuali Marc yang berangkat ke kantor lebih pagi. Bahkan sebelum Keanna membuka matanya. Jam enam ketika Kean terjaga, Marc sudah meninggalkannya di ranjang besar milik mereka. Sendirian.
Tidak ada yang ditinggalkan Marc kecuali piyama bekas pakai semalam yang bertumpuk di ujung kasur. Keanna mangambil ponselnya dari atas nakas dengan gerakan lambat. Dia ingin mendengar suara Marc sebagai sambutan paginya.
"Sudah bangun, Baby?" Suara berat Marc mengangkat panggilan Keanna.
"Dan aku tidak menemukanmu di sampingku." Keanna mengadu tentang kehilangannya.
"Maafkan aku, tapi aku mempunyai urusan yang perlu aku tangani segera."
"Baiklah. Hm, bagaimana dengan makan malam bersama?"
Perlu waktu beberapa detik untuk Keanna mendengar jawaban Marc. "Aku tidak berjanji. Masalah ini sedikit rumit."
"Kau baik-baik saja?"
"Ya." Marc menjawab singkat lalu hening.
"Marcus?"
"Sebaiknya kau mandi dan membuat sarapan." Perintah Marc untuk mengalihkan pembicaraan.
"Ya, aku tutup." Keanna menutup teleponnya dengan perasaan yang kacau. Dia tidak tahu darimana datangnya, tapi dia sama sekali merasa tidak tenang.
Apa yang terjadi pada Marc?
**
Seharian ini Marc sama sekali tidak memberi kabar. Nomornya bahkan tidak bisa dihubungi. Gelisah dirasakan Keanna. Sekarang sudah menjelang malam. Keanna memutuskan untuk menyibukkan dirinya di dapur daripada harus memikirkan Marc yang membuat perasaannya tidak karuan.
Hingga kemudian Keanna mendengar suara mobil yang memasuki halaman rumahnya. Keanna merasa lega bahwa Marc pulang lebih awal hari ini. Syukurlah.
"Kean..." Panggil Marc saat baru saja masuk ke dalam rumah. "Keanna..." Marc memanggil nama istrinya.
"Disini!" Seru Keanna. Marc tahu arah suara itu. Ruang makan yang bersatu dengan dapur.
"Kau memasak?" Tanya Marc.
Keanna mengangguk satu kali. "Aku tidak tahu kau akan pulang lebih awal. Kau sudah makan? Bagaimana dengan urusanmu? Kau baik-baik saja?" Tanya Keanna bertubi – tubi. Marc hanya tersenyum hambar.
Wajah Marc pucat. Bibirnya sedikit bergetar. Walaupun dia tersenyum, tapi matanya memancarkan kesedihan dan keraguan. Dan dari sanalah Keanna menyadari satu hal. Sesuatu telah terjadi. Apa yang terjadi pada pria tampan itu?
"Ada apa Marc? Kenapa wajahmu pucat? Kau sakit?" Marc menggeleng. Tatapannya semakin nanar.
"Aku baik–baik saja. Ayo, makan!" Marc seperti ingin lari dari pembicaraan.
Makan malam ini berlanjut dalam hening. Seperti yang sudah Keanna duga. Ada sesuatu yang salah. Keanna masih melahap makanannya dengan banyak pertanyaan yang terus berputar dalam kepala cantik itu. Sesekali Keanna melihat Marc. Dia hanya beberapa kali memasukkan makanan ke dalam mulutnya. Sisanya, dia hanya melihat Keanna yang sedang makan. Seharusnya Keanna merasa senang ketika suami yang begitu dicintainya itu memandangi wajahnya. Tapi tidak saat ini. Tidak saat Marc memandang Keanna menggunakan tatapan nanar seperti itu. Membuatnya risih. Ingin sekali Keanna berteriak pada Marc. KAU KENAPA?
"Marc, ada apa? Tolong katakan padaku! Aku tahu, kau sedang memikirkan sesuatu! Apa? Jangan seperti ini! Kau membuatku khawatir." Kalimat Keanna keluar dengan nada cepat.
![](https://img.wattpad.com/cover/137622431-288-k812273.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kean and The Secret
Storie d'amoreKeanna. Gadis berusia 22 tahun yang tengah berjuang melawan badai yang menerpa rumah tangga kecilnya yang hangat. Badai manusiawi yang orang sebut dengan 'wanita idaman lain' itu menjadi es beku yang mengancam kehangatannya. Membuat matanya menjadi...