1🍁

2.9K 230 27
                                    

Tangannya melayang melemparkan sebuah tamparan mulus. Tercetak warna merah yang membuatnya mengiris pelan. Didepannya terlihat monster yang sedang meraung, bersiap-siap untuk menghabisinya. Tanpa belas kasihan monster itu menamparnya, memukulnya serta meneriakinya.
"Harusnya kau mati saja anak sialan! Tidak seharusnya kau berada disini! Aku selalu menunggu kau mati ditanganku seperti eomma sialanmu itu!"

Dia tertegun mendengar penuturan itu yang sialnya mengingatkan dia terhadap eomma nya yang mati mengenaskan. Dirinya yang saat itu masih kecil hanya dapat menangis dan melihat adegan yang harusnya tidak dia lihat. Itu sudah 5 tahun berlalu tapi ingatan itu selalu menghantuinya seolah-olah itu adalah kesalahannya.

Hingga nafasnya tercekat saat orang itu mengambil pisau besar dari dapur. Orang itu tidak akan membunuhnya kan? Appa nya tidak akan membunuhnya kan? Tapi senyuman miring yang dia berikan tidak memberikan jawaban 'ya' . Kakinya terus berjalan pelan sambil menatapnya ringan, sedangkan dia tidak tau harus melakukan apa. Dilempar semua benda yang ada di sekitarnya dan berusaha untuk berdiri.

Amarah mulai membludak appanya, langsung saja dia berjalan cepat menghampiri dirinya. Tentu saja yang dia lakukan adalah berlari kabur menghindari appa nya. Walaupun berlari dengan tertatih-tatih tapi dia terus berlari. Appa nya tidak tinggal diam, dia mengejar dirinya sambil berteriak kencang.

Dia mendengarnya, benar-benar mendengarnya. Hanya saja dia tidak berhenti dan kembali. Dia ingin bebas, bebas dari semua hal yang appa nya lakukan kepadanya. Setelah sudah bertahun-tahun dia dikurung didalam neraka. Ya, ia menyebutnya neraka. Neraka dunia...




























































"KEMBALI KAU, JUNG JAEHYUN! ANAK SIALAN!!"









































Matanya terbuka dan sialnya keringat dingin membasahi seluruh tubuhnya. Pundaknya bergetar merasakan aliran listrik yang menyengat dirinya. Nafasnya terengah-engah menahan sakit didada. Berbagai memori buruk berputar seperti kaset rusak yang membuat kepalanya pening.

Obat...

Dia butuh obatnya. Dimana obat itu tersimpan? Tangannya mengacak-ngacak meja belajarnya. Sampai dia menemukan botol kecil dan mengambil beberapa pil.

Nafasnya mulai kembali normal. Pening di kepalanya juga sudah mulai mereda. Helaan nafas dia keluarkan dengan perasaan lega.

-mimpi buruknya baru saja kembali.


























Note:
maaf yah kalo gak sesuai ekspetasi kalian:)
Btw cerita jaeren yg pertama aku unpub soalnya pengen buat yg baru<3
-bee

Time train • jaerenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang