Bad Day

34 9 1
                                    

BRAKKK!! bunyi hpku terjatuh dari atas lemari

"Yahh, pasti rusak deh" gumamku kesal

Dan ternyata benar lcd nya pecah dan terpaksa harus diperbaiki dulu, padahal jadwal mata pelajaranku masih di galeri, belum ku catat ke buku lain. Akhirnya aku hanya membawa buku kosong ke sekolah. Berita buruknya tidak hanya sampai disitu, hari ini dan 3 hari kedepan pak Dito mengambil cuti karena istrinya akan melahirkan, kakek juga sedang sakit jadi tidak ada yang bisa mengantarku ke sekolah, terpaksa aku harus naik angkutan umum.

"Nek, Rumi berangkat sekolah dulu ya. Assalamualaikum" pamitku sambil menyalami nenek

Dengan bergegas aku berangkat ke sekolah. Untung saja aku tau dari pak Dito rute angkutan umum yang mengarah ke sekolahku jadi aku tidak akan tersesat. Ditengah perjalanan aku baru menyadari langit sedang mendung dan sepertinya turun hujan lebat, aku tidak mau kalau harus kebasahan sampai di kelas.

"huhh untung nggak kehujanan" kataku sambil menghela nafas

Baru saja sampai di kelas, lagi-lagi ada kabar buruk, ibu dari Dani teman sekelasku meninggal dunia itu membuat kami sekelas hari itu jadi tidak belajar dan pergi melayat ke rumah Dani. Kami kesana menggunakan bus sekolah.

Sesampainya disana aku melihat suasana duka yang mendalam telah menyelimuti Dani, dia duduk termenung di sebelah mayat ibunya, kehilangan kedua orang tua dalam 2 bulan berturut-turut memang membuat Dani sangat terpukul. Suasana ini tidak asing lagi bagiku, rasanya kehilangan dan rindu pada orang tua sudah akrab denganku. Pernahkah kalian merasakan rindu kepada orang yang belum pernah kalian jumpai sekalipun?

"ibu, ayah, aku rindu" kataku dalam hati

Aku tidak sanggup menahan perasaan ini jadi aku langsung pergi ke samping rumah Dani untuk menyendiri dan menyembunyikan kesedihanku

"kenapa kamu sendirian? Ada apa?" tanya seseorang yang mengagetkanku

"kamu... kenapa kesini?"

"aku itu hmmm itu.." jawab Fandi dengan ragu

"bagusan kamu kesana dengan yang lain" kataku tegas

Fandi segera pergi seolah mengerti bahwa aku butuh waktu untuk sendiri.
Aku benar-benar dalam keadaan kacau. Aku seketika teringat wajah ibu walaupun hanya melihatnya di foto tapi aku rindu ibu, rindu abadi karena tidak pernah bertemu. Aku merasa Dani lebih beruntung dariku karena sempat bersama dengan ibu dan ayahnya sebelum mereka tiada, sedangkan aku? aku hanya membayangkan mereka dipikiranku.
Hujan pun turun seakan membantu menyamarkan air mataku, aku tidak takut lagi kehujanan, aku ingin ia menemaniku melewati sendu di pagi ini.

"ya ampun kenapa basah-basahan? kamu dari mana? kami khawatir nyariin kamu" kata Nada

"iya Mi, kamu dari mana?" sambung Inei

"maaf tadi aku cuma nyari minuman dekat sini dan tiba-tiba kehujanan. Maaf ya kalau bikin kalian khawatir"

Karena kehujanan tadi membuat aku mengigil kedinginan jadi aku izin kepada yang lain untuk pulang lebih awal.

"kamu pulang sendiri? aku antar ya?" tawar Fandi

Karena kondisiku yang tidak memungkinkan untuk naik angkutan umum lagi jadi aku menerima tawaran Fandi untuk mengantarku pulang. Di mobil Fandi, kondisiku makin memburuk, aku benar-benar meriang dan seluruh tubuhku seperti ditusuk jarum.

"fan, aku nggak kuat"

"huh badanmu panas banget Mi, sabar ya" kata Fandi panik sambil memegang jidatku

Aku tidak bisa merasakan apapun selain kedinginan, aku mencoba untuk tetap membuka mataku tapi perlahan-lahan pandanganku kabur dan akhirnya seluruhnya terlihat gelap.

"Rumi ayo bangun nak, ayo bangun" suara itu terus bersahut-sahutan ditelingaku. Dan ketika aku membuka mata...

"aku dimana?" kataku sambil melihat sekeliling

"syukurlah nak kamu udah bangun"

"kok Rumi bisa ada di kamar nek? tadi seingat Rumi kalau lagi di... Oiya Fandi! tadi Rumi di mobil Fandi nek"

"tadi kamu diantar sama Fandi tapi dia langsung pulang, sudah sekarang kamu istirahat dulu nenek ambilkan minum" jelasnya

Sambil meminum secangkir teh hangat buatan nenek aku terus saja memikirkan tentang Fandi, aku ingin menghubunginya untuk berterima kasih dan menanyakan keadaannya tapi hpku rusak jadi aku nggak bisa menghubungi dia sama sekali. Intinya besok aku harus langsung berterima kasih kepadanya karena aku sudah sangat merepotkannya.

Arumi's Perfect LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang