"Who are you!" bentak Lusi.
"Ini aku Lusi, Zayn," jawabnya lirih, Lusi mendongakan kepalanya, untuk melihat wajah orang yang mengaku bahwa dirinya adalah Zayn.
"Kau serius?" Lusi masih tidak percaya karena wajah orang itu tertutup masker dan kacamata hitam.
"Aku memakai ini, agar orang tidak mengenaliku" Kali ini Lusi percaya. Karena suara Zayn yang berat, dia sangat mengenali suara itu. Lalu Zayn mengajaknya untuk langsung masuk ke dalam mobil.
"Rupanya kau mengingat chat ku kemarin, soal kapan Alvin akan kembali ke Indo. Dan sekarang kau menjemput ku. Ya kan?" jelas Lusi, Zayn hanya mengangguk sambil tersenyum. Ia masih tidak percaya bahwa gadis mungil yang di temuinya di Singapura setahun yang lalu itu, sekarang berada di sampingnya.
"Sekarang, kau ambil barang-barang mu, dan masukan ke dalam bagasi," perintah Zayn, saat mereka sampai di hotel tempat Lusi menginap.
Lusi meminta bantuan Zayn untuk mencarikannya apartemen yang tidak terlalu mahal agar ia tidak begitu banyak mengeluarkan uang saat tinggal di LA.***
Saat Zayn membuka pintu apartemen, Lusi bahkan tidak mampu berkata-kata, ia hanya melongo melihat desain dan isi ruangan utama apartemen ini, yang begitu mewah.
"Zayn, bukankah ini terlalu berlebihan jika aku tinggal di sini sendirian?"
"Ha-ha, kata siapa? Kau tidak sendirian Lusi." Lusi mengernyitkan keningnya
"Lalu?"
"Di sebelah kiri ku adalah kamar ku, dan ruangan di belakang mu itu, adalah kamar mu." Begitu lama Lusi mencerna kata-kata Zayn.
"Maksudmu, aku tinggal di apartemen mu. Zayn?"
"Ya, tentu. Mana bisa aku membiarkan mu tinggal di luar sana sendirian. Kau adalah tanggung jawabku ketika berada di LA Lusi. Jadi tidak ada penolakan, ok!"
Lusi yang mendengar itu hanya bisa diam dengan wajah kebingungan. Ia memikirkan bagaimana jika orang tuanya dan Alvin tau dia tinggal di rumah seorang selebriti sekelas Zayn Malik.
"So, what the rules," tanya Lusi.
"Simple. Aku tidak boleh memasuki kamarmu tanpa ijin, begitu pula sebaliknya," jelas Zayn, selalu dengan senyum mengembang.
"Thank u so much, Zayn."
Saat Lusi memasuki kamarnya, sekali lagi ia terpana melihat desain kamar yang begitu elegan dan sangat memuaskan indera matanya. Tempat tidur king size, dan tatanan interior di kamar ini yang begitu pas. Lusi sangat menyukainya, ia tidak menyangka Zayn telah menyiapkan segalanya.
***
"Kau benar-benar tidak ada pekerjaan Zayn, saat ini?" tanya Lusi saat mereka berada di mobil menuju kantor 20th Century Fox."Untuk kesekian kalinya kau bertanya dengan pertanyaan yang sama Lusi, Ha-ha." Zayn memang sudah bertekad untuk membantu Lusi dengan segala kemampuan yang ia bisa.
"Nah, kita sudah sampai."Sayangnya Zayn tidak mempunyai koneksi untuk masalah perfilman, jadi Zayn hanya bisa mengantar Lusi untuk interview pertama, sebelum masuk ke tahap casting.
Lusi masuk ke dalam ruangan interview, dan Zayn menunggunya di Loby. Tentu dengan pakaian camuflasenya yang tidak dapat dikenali oleh siapapun kecuali Lusi tentunya.
Lusi sedikit berlari menghampiri Zayn dengan senyum sumringahnya.
"Sudah ku tebak, tahap interview ini akan sangat mudah untukmu Lusi," jelas Zayn yang paham dengan arti dari senyuman Lusi. Dan di balas anggukan oleh Lusi.
KAMU SEDANG MEMBACA
LA (Unexpected Dream)
Fanfiction"Zayn, emm dia ku anggap seperti kakak ku sendiri," jawab Lusi pada para wartawan yang menggerumbunginya. "Lalu bagaimana dengan Alvin dan Shawn?" Lusi hanya menunduk, dengan tiba-tiba badannya di tarik oleh sosok pria, yang ia harapkan untuk menolo...