The Consolation || Yoon Jeong Han

#6

Sorry for late update, mulai padat pekerjaan :'

First step, vote and next step, happy reading~ ㅋㅋㅋㅋㅋ

Benar memang ada saatnya dimana aku benar-benar menginginkan aku untuk bisa kembali berada disisinya. Dimana hanya ada aku dan juga dirinya yang menikmati setiap detik ketika aku bisa merasakan moment-ku bersamanya. Saat angan itu terjadi yang kupikirkan adalah rasa yang sama seperti dahulu saat aku masih bersama dengannya.

Perasaan yang sangat kurindukan saat itu dimana aku merasakan kenyamanan ketika bersamanya. Saat dimana aku merasakan kebahagiaan walau hanya berjalan beriringan dengannya. Waktu dimana aku menyadari kalau kami yang menikmati kebersamaan kami. Meskipun perasaannya kepadaku adalah suatu hal yang nihil.

Tapi untuk kali ini, kebersamaan kami meskipun hanya berjalan beriringan terasa bagaikan kecanggungan hingga membuatku ingin berlari dari situasi ini. Kami berpisah hanya dalam waktu satu tahun. Namun nyatanya satu tahun bisa merubah segalanya termasuk kecanggungan di antara kami. Dulu kami bisa saling menyentuh satu sama lain tanpa adanya kecanggungan yang menyelimuti kami. Dan saat ini, kami benar-benar seperti orang asing yang tak bisa saling menyentuh dan menjangkau.

Ada kesadaran yang masih membuatku menghentikan diriku untuk lebih dekat lagi dengannya. Dia yang akan menjadi calon suami dari Joon Young, dan begitu juga diriku yang memiliki Yoon Jeong Han sebagai pemilikku saat ini.

Sesungguhnya, terbesit rasa miris pada diriku yang menyadari situasi ini. Aku yang menginginkan masa-masa dimana aku bersama Seung Cheol dahulu namun realitanya kami yang seperti ini takkan bisa mengembalikan masa-masa itu. Aku takkan bisa merasakan kebahagiaan yang sama seperti dulu lagi dari diri seorang Choi Seung Cheol.

Meskipun itu adalah kebahagiaan dibalik rasa sakit yang ia torehkan bersama Joon Young. Menyakitkan tapi aku bahagia saat itu karena pernah berbahagia.

Berbahagia karena suatu kebohongan.

Perasannya, hanyalah kebohongan belaka.

Orang lain yang mengetahui bagaimana aku yang membodohi diriku sendiri pasti akan tertawa mendengar itu semua.

"Dulu kita pasti selalu seperti ini ketika jalan bersama."

Bukan ucapannya yang membuatku terkejut tetapi bagaimana jemarinya bertautan dengan jemariku. Rasa hangat dari tangannya menjalar kepada telapak tanganku. Ia menggenggam tanganku erat dan ia benar ini sama seperti dahulu yang selalu menggenggam tangan satu sama lain saat berjalan beriringan.

Aku yang menatapnya hanya dibalas dengan dirinya yang memandangku sekilas dan tersenyum merespon keterkejutanku, "Suhu tanganmu tak berubah, tetap hangat." Ucapnya masih tetap menggenggam tanganku.