7. annoying people

7 1 0
                                    

Pagi ini kota Bandung di guyur hujan, rasanya enggan untuk beranjak dari kasur hangat ini, tapi tentu saja aku paksakan untuk sesegera mungkin bersiap pergi ke sekolah.

Setelah itu aku berjalan menuruni tangga berkramik marmer, menuju dapur. Disana ada Adit yang lagi nyiapin sarapan.

"kita sarapan apa?" tanya ku sambil berjalan menghampiri Adit.

"Beef teriyaki" jawabnya.

"pantes wangi"

"duduk!"

"oke ma bro"

Aku dan Adit duduk berhadapan, sesaat kita menikmati sarapan dengan tentram, hingga akhirnya si doi berulah, dia ngelempar apel ke arah muka aku. Untung gerakan reflek aku tepat nangkep si apel itu, kalo ga ketangkep mayan ngilu juga kali ya kena timpuk apel. Si baing kerok cuman ketawa, yang kalo boleh jujur sih dia ganteng banget kalo ketawa kaya gitu.

"jailnya sampe DNA"

"santai aja kali masih pagi udah marah-marah" dia senyum meledek.

"huft Arin harus sabar menghadapi makhluk satu ini, okey Arin?" gumam ku kepada diri sendiri, sementara Adit tertawa tanpa suara.

"kupasin!"

"apanya?"

"apelnya"

"oh kirain kulit lo"

"anjerr ngeri gilaaa" lagi-lagi adit terkekeh mendengar jawaban asal-asalan aku.

Dengan telaten aku mengupas kulit buah apel tersebut, sesekali aku menangkap basah Adit yang lagi merhatiin aktifitas aku. Bt ga sih cuy kalo lagi apa gitu, terus diliatin, kan salting ya si gue. Akhirnya cepet-cepet aku kupas apelnya terus aku belah dua deh, sebelahnya buat aku sebelanya lagi aku kasih ke Adit.

"nih"

"thanks"

"kita berangkat sekarang, makan apelnya sambil jalan aja"

"okey" respon adit "eh de, lo bawa jaket, di luar dingin ujannya masih belum berhenti" lanjutnya.

"hmm" gumam ku

***

"turun" perintah Adit ketika kini mobilnya sudah berhenti tepat di depan gerbang raksasa itu.

"iya ini mau, sabar dikit kenapa sii?!"

"hahah sorry"

"y"

"eh Rin"

"APA LAGI?!" tanya Arin dengan nada tinggi.

"ntar kaka gabiaa jemput, kamu bisa pulang sendiri kan?"

"ya iya lah bisa. Adit!! Gue kan udah gede"

Adit menggeleng-geleng sambil terkekeh, sementara Arin sudah beranjak dari mobil berlari kecil melewati lapang menuju kelasnya di lantai 1. Kalau saja tidak ada yang memanggilnya, mungkin kini Arin sudah berada di koridor arah ke kelasnya.

"Arin" dia celingukan mencari asal suara yang memanggil namanya, hingga saat ia melihat ke satu titik, di sana ada sosok lelaki yang tengah berlari menuju Arin.

"eh hai" kini Arin tersipu sambil melambaikan tangan, lelaki di sebrang sana mempercepat larinya.

"baru dateng?" tanya lelaki yang menggunakan bomber jacket merah maroon itu. Ia berdiri sambil mengatur deru nafasnya.

"iya nih"

"oh kalo gitu kita jalan bareng ke kelas, kebetulan kan kelas kamu di lantai satu, nah kelas gue di lantai duanya" ajak Ryan.

"oke" jawab Arin singkat.

"yu" kini Ryan mulai berjalan dua langkah lebih depan dari Arin.

"ih tunggu" Arin berdiam tepat di hadapan Ryan memandangi lekat-lekat wajah lelaki tersebut, lalu ia membuka tas bermotif bunga yang di dominasi warna hitam yang bertengger di pundak kanannya, mengambil sebungkus tisu untuk Ryan.

"nih ambil, muka sama rambut lo basah kena air ujan campur keringet"

"cuman keujanan dikit doan..."

Tangan Arin sudah terjulur menyodorkan tisu dari tadi, tapi Ryan tidak mengambilnya sama sekali malah menyisir rambut klimis akibat terkena air hujan dengan sela-sela jari. Jengkel, karna jengkel dengan inisiatif Arin mengambil beberapa helai tisu lalu menge-lap dahi, tengkuk dan pundak Ryan sambil mengomel. "tinggal ambil terus lap gini doang susah amat sih"

Mendapat perlakuan seperti itu si tersangka malah mengulas senyum, Arin yang merasa ditatap dalam jarak dekat itu langsung menghentikan aktifitasnya sambil mundur satu langkah.

"gausah ngeliatin sambil senyum-senyum gitu, kaya orang cabul"

Dengan senyum yang makin lebar Ryan menjawab sekenanya "emang gue cabul" Arin melotot menatap Ryan lekat-lekat "gausah ngeliatin sambil melotot gitu, kaya orang cabul"

"itu kata-kata gue" merasa kata-katanya dibalikkan jelas saja Arin protes

"no Arin" sanggah Ryan dengan wajah mengejek

"yeah boy"

"semua orang berhak gunain kata-kata itu, gaada hak cipta atas nama Arin"

"you are annoying"

Ryan bukan merasa tersindir ia malah mendengus menahan gelak tawa.

"sumpah lucu"

"apanya?!"

"muka kamu"

"gaada yang lucu sumpah, so stop your laugh"

"i can't"

"fine! Jangan harap LINE lo gue bales lagi" dengan kesal Arin berbalik meninggalkan Ryan yang masih tertawa ditempatnya.

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 22, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My fucking and perfect boysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang