"Nona (Name), kita sudah sampai di Shibuya."
(Name) membuka matanya yang tertutup, menampilkan iris (e/c) miliknya yang menyerupai mata seekor rubah.
"Sebelum ke rumah, aku ingin ke suatu tempat terlebih dahulu," ucap (Name) duduk dengan tegap, setelah perjalanan panjang dari Chuo-ku.
"Siap, Nona."
(Name) menghela napas, kemudian kembali bersandar ke kursi mobil dengan tangannya menopang dagunya—memandang pemandangan diluar mobilnya dengan tatapan datar.
"Apa aku bisa menemukannya disini?"
[][][]
"Tunggu disini, aku ingin berkeliling sebentar," ucap (Name) pada sopir pribadinya.
"Bagaimana dengan penjaga—"
"Aku ingin jalan-jalan sendirian," potong (Name) membuka pintu mobil kemudian melirik ke arah sopirnya, "lagipula ini hanyalah taman biasa."
Sopir (Name) terdiam, ekspresi ragu masih terlukis di wajahnya. (Name) yang melihat ini hanya bisa menghela napas, kemudian kembali duduk di kursinya, dimana sebelumnya kaki kanannya sudah siap melangkah keluar mobil.
"Baiklah, berapa lama aku akan menunggu penjagaku?" tanya (Name).
"Ah, mereka akan sampai sebentar lagi," jawab sang sopir, "jadi Anda tidak perlu menunggu terlalu lama."
"Tiga menit, kalau begitu," sahut (Name).
Bersamaan dengan bergetarnya handphone milik (Name) bergetar—tanda sebuah panggilan datang padanya. (Name) melihat siapa yang memanggilnya, dan ekspresinya berubah menjadi ekspresi tak senang saat membaca nama si pemanggil, namun perempuan itu tetap mengangkat panggilan tersebut.
"Halo, dengan (Name) (Surname) disini."
"(Name), ini aku, tantemu. Apa kau mengangkat tanpa melihat nama pemanggil lagi?"
"Aku selalu melakukannya tiap mengangkat semua panggilan," jawab (Name), "jadi, ada apa Tante memanggilku?"
"Apa kau sudah sampai di Shibuya?"
"Ya, baru saja sampai, dan aku berencana berkeliling sejenak sebelum kembali ke rumah," jawab (Name) melihat keluar mobil, dapati dua laki-laki penjaga yang (Name) tunggu sudah datang.
"Begitu ya? Tante harap kau bisa dengan cepat menemukannya, ibumu juga berharap seperti itu—sayang sekali hari ini dia sibuk jadi tidak sempat meneleponmu."
Ekspresi benci langsung jelas terlukis di wajah (Name), dan menatap tajam handphone yang berada di dekat telinga kanannya
'Sibuk?'
"Begitu, ya?" gumam (Name).
"Ya, aku hanya meneleponmu untuk memastikan bahwa kau sudah sampai dengan selamat di Shibuya, dan syukurlah kau sudah sampai—tante dan ibumu merasa lega sekarang."
Aura benci yang (Name) keluarkan sangat kuat sampai membuat sopir pribadi dan dua penjaga (Name) menjadi canggung dan sedikit takut.
"Kalau begitu Tante bisa sampaikan pada Ibu yang sibuk kalau aku sudah sampai di Shibuya."
Tanpa menunggu balasan dari sang tante, (Name) langsung mematikan panggilan tersebut kemudian melempar handphone miliknya dengan kasar ke kursi mobil sebelum akhirnya keluar dari mobil. (Name) melihat ke arah langit, dimana langit biru bersih membentang—dan itu membuat (Name) menghela napas.
"Hari masih siang, dan aku sudah lelah karena mendengar gonggongan anjing penjilat."
[][][]
"Nona, ada apa?" tanya salah satu penjaga (Name) saat melihat Nona di depannya berhenti, dengan sorot mata yang tampak fokus pada sesuatu.
Kedua penjaga (Name) menyamakan arah pandangan mereka dengan sang nona.
... atau seseorang.
"Apa yang dia lakukan di taman ini, dan hanya memakai pakaian dalam?" heran (Name) melangkah mendekati seorang laki-laki yang sedang tertidur di dekat mesin penjual minuman.
"Nona, berbahaya mendekati orang asing—terlebih lagi laki-laki seperti dia," ucap salah satu penjaga (Name) memegang lengan (Name), dan satunya berdiri di depan (Name).
(Name) memandang lama penjaganya, kemudian kembali menoleh ke arah laki-laki tadi.
"Tidak apa-apa, dia bisa sakit jika tidur disana," ucap (Name) merogoh tas selempang berukuran sedang yang selalu dia bawa, mengeluarkan sebuah selimut.
(Name) mendekati laki-laki itu, dan berencana menyelimutinya sampai rambut biru sang laki-laki menarik perhatian (Name). Salah satu tangan (Name) meraih rambut laki-laki itu, hendak mengelusnya sampai tiba-tiba (Name) berhenti, kemudian perempuan itu berdiri dan menatap kedua penjaganya.
"Bawa laki-laki ini ke rumahku dengan mobil kalian."
"Apa Nona yakin?"
Pandangan (Name) sedikit menajam, membuat mereka berdua tersentak kaget.
"Apa aku terbata-bata saat mengucapkannya?"
"Tidak, Nona."
(Name) kembali menoleh ke arah laki-laki yang tertidur tadi lalu menyelimutinya. (Name) lalu memberikan kunci rumahnya pada salah satu penjaganya.
"Letakkan dia di kasur kamar tamu, karena setelah ini aku ingin membeli beberapa pakaian laki-laki, dan pastikan kalian melakukannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sly Fox » Fling Posse
FanfictionSejak kecil aku selalu dikeliling orang-orang rakus, entah itu rakus kekuasaan atau rakus kekayaan. Mereka bagai anjing penjilat yang sangat menyebalkan. Oleh karena itu aku tidak bisa merasakan apapun selain rasa jijik kepada orang-orang sekitarku...