"Ugh."
Suara maskulin yang terdengar serak itu sukses menarik perhatian (Name) yang sedang membaca salah satu novel kesukaannya. (Name) memberi bookmark pada halaman yang dia baca, kemudian menutupnya, lalu menatap laki-laki yang setengah sadar di kasur ruang tamu.
'Sepertinya dia mulai sadar,' pikir (Name) sebelum akhirnya menyimpan novelnya dan mengambil segelas air yang berada di meja kecil sebelah laki-laki itu.
Mata laki-laki itu terbuka, menampilkan iris ungu yang membuat (Name) berkedip beberapa kali, namun kembali normal dengan cepat.
"Minumlah dulu," ucap (Name) memberikan segelas air tersebut.
Laki-laki itu memandang lama gelas tersebut, sebelum akhirnya mengambilnya dan menghabiskannya dalam satu kali teguk—sukses membuat (Name) tertegun kagum dan kaget.
"Bwah! Terima kasih!" ucap laki-laki itu tersenyum lebar, meletakkan gelas tersebut di atas meja kecil—posisi awal gelas tersebut.
Laki-laki itu memandang ke tubuhnya, dimana dia sedang mengenakan sebuah piama yang terlihat sangat mahal—karena bahannya yang terbuat dari kain satin. Sementara (Name) melirik ke arah jam dinding yang ada di ruangan tersebut kemudian berdiri—menarik perhatian laki-laki tersebut. (Name) menoleh ke arahnya kemudian tersenyum kecil.
"Sebentar lagi jam makan malam, bagaimana kalau makan malam bersamaku?"
[][][]
"Sekali lagi terima kasih, Kitsune-chan," ucap laki-laki yang duduk di seberang (Name)—setelah mereka berdua selesai makan malam yang disiapkan oleh koki pribadi (Name).
(Name) yang sedang menyesap tehnya pun mengangkat kepalanya dengan heran.
"Kitsune-chan?" (Name) berkedip beberapa kali.
Laki-laki yang ada di depannya mengangguk, berdiri dari sofanya kemudian mendekati (Name). Sementara (Name) hanya bisa meletakkan cangkir tehnya ke atas meja. Iris (Name) melebar saat melihat laki-laki itu berdiri di depannya, dan semakin terkejut saat tangan besar laki-laki tersebut mengangkat wajahnya—dengan iris mata mereka bertemu satu sama lain.
"Matamu," ucap laki-laki itu tersenyum lebar, "mengingatkanku pada rubah—jadi kupanggil kau Kitsune-chan. Lagipula aku tidak tahu namamu."
(Name) kembali berkedip beberapa kali, sebelum akhirnya membuang pandangannya lalu berdehem pelan, membuat pegangan laki-laki itu terlepas.
"Maafkan aku belum memperkenalkan diri, namaku (Name)."
"Dice, panggil saja Dice," balas laki-laki itu duduk di sebelah (Name) lalu mengulurkan tangannya, "salam kenal, Kitsune-chan~"
(Name) langsung menoleh ke arah Dice dengan alis berkerut.
"Hei—"
"Mengetahui namamu bukan berarti aku akan mengubah panggilanmu, Kitsune-chan~"
(Name) hanya bisa menghela napas, kemudian kembali meraih cangkir tehnya.
"Ngomong-ngomong Dice, apa kau tidak curiga kenapa aku menolongmu?"
Dice terdiam, tampak berpikir namun dengan cepat menggeleng.
"Memangnya kau menginginkan sesuatu dariku?"
(Name) terdiam sejenak, sebelum kembali menyesap tehnya yang hampir habis.
<><><>
"Nona, ada yang datang mencari Nona," ucap salah satu pelayan setelah mengetuk kamar tamu beberapa kali.
(Name) yang sedang menunggu Dice untuk bangun, menoleh ke arah sang pelayan—tak lupa memberi tanda pada halaman novel yang sedang dia baca.
"Siapa?"
"Um, Paman Nona."
(Name) menggertakkan gigi tak suka, dan berusaha sekuat mungkin untuk tidak membanting buku yang sedang dia pegang—mengingat buku tersebut adalah buku kesukaannya.
"Bersama siapa?"
"Hanya Beliau sendiri, Nona."
(Name) meletakkan novelnya itu ke atas kursi yang dia duduki tadi, kemudian berjalan keluar dari kamar tamu, menuju ruang tamu dimana sang paman berada.
"Oh, (Name)! Ternyata benar kau sudah sampai di Shibuya," ucap paman (Name) saat melihat keponakannya itu masuk ke ruang tamu.
"Halo Om," sapa (Name) duduk di sofa yang ada di ruang tamu—berseberangan dengan laki-laki yang menemuinya itu, "ada apa menemuiku?"
"Seperti biasa, sifat dinginmu itu tidak pandang bulu, baik pada orang asing ataupun pada keluargamu sendiri," komentar sang paman meminum teh yang disediakan pelayan.
(Name) mengepalkan tangannya.
"Om, jika kau datang hanya untuk berbicara basa-basi denganku—harusnya Om memberitahuku jauh-jauh hari sebelum aku datang ke Shibuya, sekarang aku sangat sibuk—"
"Aku tahu, aku tahu," ucap sang paman memotong ucapan (Name)—tidak sadar dengan tatapan benci (Name) karena ucapannya dipotong karena laki-laki itu sendiri sedang asyik memakan kue yang disediakan pelayan, "aku akan singkat saja karena kau sangat sibuk—datanglah ke pesta pembukaan rumah sakit XY yang diadakan oleh pemilik rumah sakit itu minggu depan, pada hari Sabtu."
Tatapan tajam (Name) sedikit berubah.
"Bukannya Om dan Tante yang akan menghadirinya?"
"Aaah, tentang itu," ucap sang paman menggaruk kepalanya yang (Name) yakini tidaklah gatal.
"Urusan di luar negeri lagi?" tanya (Name), "kapan kalian akan berangkat?"
"Lusa," jawab sang paman masih menggaruk kepalanya, "itu pun jika kau tidak keberatan (Name), tapi kau mau melakukannya, kan? Demi kami berdua?"
<><><>
(Name) membuka matanya yang tertutup karena mengingat kejadian yang terjadi beberapa jam yang lalu. (Name) kemudian menatap Dice yang masih memandangnya.
"Ya, aku ingin sedikit batuan darimu, Dice."
Dice memiringkan kepalanya.
"Hm, bantuan apa? Aku siap membantumu kapanpun, Kitsune-chan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sly Fox » Fling Posse
FanfictionSejak kecil aku selalu dikeliling orang-orang rakus, entah itu rakus kekuasaan atau rakus kekayaan. Mereka bagai anjing penjilat yang sangat menyebalkan. Oleh karena itu aku tidak bisa merasakan apapun selain rasa jijik kepada orang-orang sekitarku...