"Sekali lagi terima kasih sudah membatuku, Onee-san~"
(Name) hanya mengangguk singkat, membiarkan Ramuda mengukur ukuran tubuhnya. Kini (Name) sedang berada di ruang kerja Ramuda, setelah kemarin mendapat pesan dari Dice, yang ternyata adalah Ramuda—mengatakan bahwa dia memerlukan bantuan (Name).
"Pelangganku memiliki bentuk tubuh seperti Onee-san, jadi kurasa ini lebih baik daripada menggunakan manekin," jelas Ramuda menulis beberapa ukuran yang sudah dia dapatkan.
"Aku tidak menduga kau akan menggunakan handphone Dice untuk menghubungiku," ucap (Name) mengangkat kedua tangannya—memudahkan Ramuda mengukur.
"Habisnya Onee-san tidak menghubungiku!" protes Ramuda, "bukannya sudah kuberikan kartu namaku pada Onee-san?"
"Aku tidak ada perlu denganmu, jadi aku tidak menghubungimu," jelas (Name) singkat.
"Onee-san jahaaaat~" rengek Ramuda mengembungkan kedua pipinya.
"Lalu, apa yang mereka berdua lakukan disini?" tanya (Name) dengan matanya melirik ke arah dua laki-laki yang duduk di sofa tak jauh dirinya dan Ramuda berdiri.
Dice yang sedang memperhatikan mereka dengan wajah berbinar seperti anak kecil, dan Gentaro yang sedang membaca sebuah buku.
"Kitsune-chan, aku berperan penting dalam pertemuan kalian," protes Dice.
"For your information, aku tidak meminta pertemuan ini, Dice," komentar (Name).
"Kitsune... chan?" heran Gentaro menoleh ke arah Dice, mengalihkan perhatiannya dari buku yang ada di tangannya.
"Karena mata (Name) seperti rubah, kau tahu," jawab Dice, "kau harus memperhatikannya lekat-lekat agar bisa menemukan mata rubahnya itu."
"Hee," Gentaro bergumam panjang.
(Name) berkedip beberapa kali saat melihat Gentaro berdiri dari sofa, dan langsung tersentak kaget saat Gentaro mengangkat dagunya, dengan wajahnya yang sangat dekat dengannya.
"Umm, Gentaro? Bisakah kau menjauh? Wajahmu terlalu dekat, aku pikir kau tahu apa yang namanya personal space."
Gentaro kemudian menatap (Name), dan tersenyum kecil.
"Hm, apa itu?"
"Mou, tidak bisakah kalian bermesraan di tempat lain? Ini tempat kerjaku dan aku sedang bekerja, lho!"
Ramuda berdiri diantara Gentaro dan (Name) dan mendorong mereka menjauh satu sama lain.
(Name) berkedip beberapa kali kemudian pipinya merona saat menangkap maksud Ramuda, "k-kami tidak bermesraan—"
"Onee-san, tangan di atas!" potong Ramuda.
"Siap!" ucap (Name) langsung mengangkat kedua tangannya.
Namun, tiba-tiba terdengar suara dering dari handphone (Name), menarik perhatian mereka berempat. (Name) bergegas mendekati handphone-nya lalu mengambilnya.
(Name) hafal betul siapa yang meneleponnya—dari nada dering yang khusus (Name) siapkan.
"Ramuda, kalau kau tidak berkenan—"
"Tidak apa-apa Onee-san, bisa dilanjutkan saat Onee-san selesai~" jawab Ramuda tersenyum, melambai pada (Name).
(Name) mengangguk singkat, sebelum akhirnya melangkah keluar dari ruang kerja Ramuda, mengangkat panggilan tersebut. Suasana di ruang kerja Ramuda sempat menjadi sunyi.
"Kira-kira siapa ya?" tanya Dice tiba-tiba.
"Huh?" Ramuda menoleh ke arah Dice dengan heran.
"Kenapa kau bertanya seperti itu, Dice?" tanya Gentaro kembali.
"Aku sudah dua minggu lebih tinggal di rumah Kitsune-chan—"
"Berhentilah menginap di rumah (Name)-san seolah itu rumahmu, dasar gembel," potong Gentaro menggelengkan kepalanya.
"Hei, Gentaro! Itu tidak sopan!" protes Dice, "lagipula Kitsune-chan yang menawarkannya padaku, rezeki tidak boleh ditolak, kan?" sahut Dice.
Ramuda tertawa, dan Gentaro hanya memutar bola matanya.
"Ehem, sampai dimana kita tadi?" tanya Dice, "ah—rumah Kitsune-chan. Selama aku tinggal disana, Kitsune-chan tidak pernah pergi keluar ruangan untuk mengangkat panggilan—dia selalu mengangkatnya di tempat."
"Mungkin dia melakukannya karena percaya kau tidak akan mengerti dengan topik pembicaraannya, Dice," sahut Gentaro.
"Eeh, bisa saja?" sahut Dice, "tapi baru kali ini kulihat dia izin keluar ruangan."
"Mungkin itu panggilan penting?" tanya Ramuda, "Onee-san bukan orang biasa, ingat? Lihatlah betapa banyak penjaga diluar rumahku karenanya."
"Benar juga," sahut Dice, disusul anggukan kepala Gentaro.
Kemudian mereka berdua pun asyik berkomentar tentang (Name), dan Ramuda hanya bisa terdiam. Iris birunya menatap ke arah pintu keluar, dan perlahan kakinya melangkah keluar ruangan. Gentaro yang menyadari itu pun memanggil Ramuda.
"Ramuda—"
"Toilet~" potong Ramuda dengan nada ceria seperti biasa.
Setelah keluar dari ruang kerjanya, iris Ramuda langsung menangkap warna rambut (h/c) milik (Name). Perlahan Ramuda mendekati (Name), memastikan perempuan itu tidak menyadari kehadiran Ramuda. Karena (Name) bersandar di salah satu pilar, Ramuda pun bersembunyi di pilar yang sama namun di sisi yang berlawanan.
Mendengar komentar Dice membuat Ramuda penasaran siapa yang menelepon (Name).
"Ya, sekali lagi maafkan saya."
'Hm, baru pertama kalinya kudengar Onee-san berbicara dengan nada seperti ini?' pikir Ramuda, mengingat perempuan itu selalu menggunakan nada datar saat berbicara dengannya.
Sementara (Name) yang sedang berbicara dengan penelepon disana terdengar sangat merendahkan dirinya.
'Siapa ya?' pikir Ramuda.
"Iya—saya akan segera melaporkannya pada Anda jika saya sudah menemukan anak Anda."
Ramuda mengerutkan alisnya.
Anak?
"Baiklah—sekali lagi terima kasih atas perhatian Anda, Nyonya Arisugawa. Saya akan menemukan anak Anda yang adalah tunangan saya itu secepatnya."
Iris Ramuda melebar.
Tunggu, Arisugawa?
Ramuda tidak salah dengar, dia mendengarnya dengan jelas—dan Ramuda sekuat mungkin menahan suaranya untuk keluar, yang berakhir menjadi sebuah bisikan kecil.
"Dice?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sly Fox » Fling Posse
FanfictionSejak kecil aku selalu dikeliling orang-orang rakus, entah itu rakus kekuasaan atau rakus kekayaan. Mereka bagai anjing penjilat yang sangat menyebalkan. Oleh karena itu aku tidak bisa merasakan apapun selain rasa jijik kepada orang-orang sekitarku...