Selamat Datang Luka

522 23 0
                                    

Hamparan pasir putih dan jernihnya air pantai Sire yang ada di Lombok bagian utara, mampu menyihir beberapa orang  untuk memilihnya sebagai tempat melangsungkan pesta pernikahan. Tidak hanya itu, pantai Sire juga dikenal dengan pantai yang tidak terlalu ramai, bersih serta memiliki suasana yang romantis, itulah alasan kakaknya Tiara memilih lokasi ini sebagai tempat  untuk melaksanakan accara resepsi pernikahannya..

"Suasana disini benar-benar romantis, kakak iparmu memang tidak salah memilih tempat ini. Bagaimana kalau pernikahanmu sama Ferdinan disini juga!"

Tiara yang sedang termenung sambil menikmati deretan pohon kelapa yang diterpa angin pantai yang cukup kencang malam itu, seolah ikut bersuka cita  menyaksikan perasaannya yan sedang diamuk kebingungan akan kekasih yang tidak kunjung menghubunginya. Tepat saat itu, Tiara terkejut saat mendengar perkataan sang kakak yang sudah berdiri disampingnya. Tiara menoleh dengan ekspresi yang rumit.

'Pernikahan, kenapa kakak membahas soal pernikahanku disaat aku tidak ingin membahasnya, andai dia tau bagaimana sikap Ferdinan padaku, apakah  kakak akan memarahinya?'

"Kakak, sejak kapan ada disini, bukankah kakak harus tidur lebih awal?"

Tiara sengaja mengalihkan pembicaraan karena dia tidak nyaman membahas soal pernikahannya dengan Ferdinan yang tidak jelas.

"Kakak belum bisa tidur. Bagaimana dengan kamu, kenapa diluar malam-malam begini, bukankah disini dingin, apa kamu punya masalah?"

"Hahaha ... Siapa yang punya masalah? Lebih baik kita masuk kamar karena disini memang dingin. Kakak juga sudah di tunggu oleh kak Ifa di kamar."

"Baiklah!"

Mereka berdua langsung kembali ke kamar setelah obrolan singkat itu. Tepat saat Tiara sudah berada didalam kamarnya, dering telponnya memecah keheningan malam.

Tiara tersenyum saat melihat ID pemanggil yang tidak lain adalah milik kekasihnya yang sudah lama menghilang tanpa kabar.

'Ya Allah, ternyata ini kesayanganku. Terimaksih engkau sudah menggerakkan hatinya untuk menghubungiku. Aku merindukan nya, sungguh-sungguh sangat meridukannya. '

Tidak lama setelah itu, Tiara menggeser icon berwarna hijau di layar ponselnya sambil merebahkan diri ditempat tidur.

"Assalamualaikum, Tiara!"

Suara serak seorang seorang lelaki terdengar dari seberang telpon.

Mendengar suara lelaki itu, hati Tiara berdebar tak karuan, bunga musim semi jatuh di wajah nya. Bagaimana tidak,  lelaki yang sudah lama dia rindukan akhirnya menelpon setelah menunggu dengan sabar begitu lama.

Apakah ia bodoh telah begitu cepat menerima panggilan lelaki yang sudah mengabaikannya selama beberapa bulan itu. Tapi mau bagaimana lagi, begitulah cinta bekerja, orang cerdas bisa menjadi bodoh.

Sebelum menyambut salam Ferdinan, dia berusaha mengatur nafasnya sejenak.

"Waalaikumsalam sayang, bagaimana kabarmu? "

Pertanyaan Tiara tidak langsung mendapat respon yang cepat. Ferdinan terdiam cukup lama sehingga Tiara merasa cemas dan tidak sabaran.

" Sayang kenapa kamu diam? "

"Ra, ada yang ingin aku sampaikan padamu!"

"Katakanlah!"

"Ra, Sepertinya cinta tak bisa di paksakan lagi"

"Maksudnya? Aku tidak  mengerti?"

Mulut Tiara bergetar, jantungnya berdebar dan ketakutan mulai merasuki relung jiwanya. Ia was-was akan apa yang Ferdinan ingin sampaikan sebenarnya.

"Aku ... maafkan aku! Tapi, bukankah hubungan kita sudah berakhir. Jadi, aku mohon tolong jangan ganggu dia!"

"Dia? "  tanya Tiara masih dengan mulut yang bergetar.

Tiara diam sejenak mengingat cerita Amel  tentang  perselingkuhan yang sudah dilakukan Ferdinan dengan perempuan yang bernama Maria. Ia juga ingat kalau kemarin,dia sudah mengirim pesan pada Maria untuk memberitahunya kalau dia adalah calon istri Ferdinan. Namun, Maria tidak membalas pesannya setelah basa basi diawal.

"Jadi benar yang aku dengar? Kalau gadis itu adalah pacar barumu, dan kamu jatuh cinta padanya? "

Mereka terdiam.

Kenyataan yang tidak ingin dia percayai. Cerita burung yang hanya ingin memisahkannya dengan Ferdinan.

Sementara dalam kediaman yang sesaat, Tiara berusaha mengumpulkan keping demi keping hati yang mulai berantakan. Ferdinan, lelaki yang menghiasi mimpi-mimpinya selama ini, malah membela gadis lain.

'Ya Allah, tolong jangan biarkan hubungan yang sudah aku bangun selama lima tahun hancur dan berakhir begitu saja!'

"Hehehe ... jadi gadis itu mengadu padamu? Upss ... padahal aku cuma menanyakan hubungan kalian dan mengatakan padanya kalau aku calon istrimu. Bukankah tidak ada yang salah dengan itu?"

"Mbak Tiara, aku yang salah. Aku yang tidak tau kalau kak Ferdinan punya calon istri, tapi aku tidak bisa membohongi perasaanku, kalau aku sangat mencintai kak Ferdinan. Jadi, tolong jaga perasaanku juga dan jangan sakiti aku!"

Suara seorang perempuan menyela pembicaraannya dengan Ferdinan. Tiara langsung kaget dan berfikir kalau Ferdinan sedang bersama seorang perempuan saat sedang membicarakan hubungan mereka yang seharusnya bersifat pribadi.

Hati Tiara seperti  disambar petir ketika mendengar suara wanita itu. Dia menunggu jawaban Ferdianan malah suara seorang perempuan yang terdengar.

"Ferdinan  Alamsyah, apa maksudmu melibatkan selingkuhanmu dalam pembicaraan pribadi kita ini? Jelaskan padaku!"

Tiara mendesak Ferdinan sambil menggertakkan giginya yang berusaha menahan emosi.

Ferdinan tahu betul watak Tiara, jika marah ia akan memanggilnya dengan sebutan nama lengkap. Oleh karena itu Ferdinan tetap diam.

Hanya suara tangis wanita itu yang terdengar dari seberang telpon.

"Ferdi kenapa kamu diam? Kita sudah sejauh ini, bukankah sekarang harusnya kita merayakan hari jadian kita yang kelima? Apa kamu tidak ingat akan janjimu untuk menikahi ku? Kenapa sekarang kamu merubah ucapan mu, apa kamu sadar apa yang sudah kamu katakan?" tanya Tiara dengan suara lantang  sambil berusaha sekuat tenaga menguatkan hati nya.

"Ra, sadarlah kalau hubungan kita sudah lama berakhir! Dan, hubungan kita belum sampai lima tahun."

Mendengar jawaban Ferdinan, Tiara merasa seperti orang bodoh yang membuat nya  ingin berteriak. Namun, ia cukup sadar dan tidak mau terlihat lemah di depan orang yang mencabik-cabik perasaanya itu sehingga dia menahan emosi nya di dalam hati saja.

"Aaa ... Apa? Kamu bilang kita sudah putus? Wahhh … Ini luar biasa, aku tidak menyangka caramu memutuskan orang sebagus ini, menghilang tanpa kabar setelah memberikan janji. Aku salut padamu." Ucap Tiara sambil tertawa pahit menahan rasa sakit dalam hati nya.

Cinta yang DirindukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang