Balas Dendam

352 16 0
                                    

Tiara pulang dengan hati yang tidak enak. Dia berfikir haruskah dia terluka lagi? Tidak cukupkah hatinya yang sakit sekarang malah tangannya juga terluka dan dia juga dibuat kesal oleh orang yang dia tabrak sendiri. Takdir sepertinya sedang bercanda dengan nya itu menurut pemikiran Tiara.

Sesampainya di rumah, Tiara langsung membalut lukanya dibantu oleh Ibu. Sembari mengobati lukanya, Tiara menceritakan kejadian buruk yang dia alami hari ini. Tentu saja Ibu kaget dan meminta nya berhati-hati lain kali.

Malam pun tiba.

Setelah sholat magrib, Tiara meminta izin untuk pergi ke rumah sahabatnya itu. Karena tidak terlalu jauh dari rumah, Ibu pun mengizinkannya.

Beberapa menit kemudian,  Tiara sampai di Rumah Rasty yang tidak lain adalah sahabat baiknya sekaligus patner yang dengannya melakukan banyak hal selain bersama Amelia. Walaupun usia Rasty empat tahun lebih tua darinya. Tapi mereka bisa nyambung dan saling memahami. Dan malam ini Tiara  berniat  untuk menginap di Rumah Rasty.

"Tumben mau nginap, ada apa?'tanya Rasty setelah dia selesai mengaji.

"Aku kangen he … Oh iya, tadi siang aku mau mampir ke SMA, tapi ada malah  dijalan makanya aku gak jadi."

"Syukur kamu tidak jadi datang. Karena aku tidak ada di sekolah. Lain kali telpon dulu baru kesana!"

"Ok"

"Oh iya, biasanya kalau kamu ke rumah pasti mau cerita iya kan? Sekarang cerita aja ada apa? Apakah kamu dan Ferdinan baik-baik saja? Atau mau cerita tentang kesulitanmu yang lain?"

Tiara cengengesan mendengar pertanyaan  Rasty yang begitu mengenalnya.

'Apakah dia dukun?'

Karena dia merasa butuh meluapkan emosinya, selain cerita pada Ibu, dia juga butuh cerita sama sahabatnya agar bisa lebih ringan, selain itu juga dia sudah biasa cerita ke Rasty apapun itu.

Tidak lama setelah itu Tiara  menceritakan semua rasa sakitnya.

Dan dengan berat hati dia mengatakan kalau dai dan Ferdinan sudah berakhir.

"Aku tidak tau apa salahku,  dia menganggap ku sampah yang tidak perlu dia lihat lagi. Ibaratnya  habis manis sepah di buang."ucap Tiara seraya menunduk sedih.

Hati Rasty sedih mendengar cerita  sahabatnya, karena ia tau betul bagaimana rasanya di khianati  Meskipun begitu dia harus memperlihatkan sisi yang lain untuk menguatkan Tiara bukan malah ikut sedih dan menangis .

"Sudahlah Ra,  ikhlasin aja! Aku juga pernah ada di posisimu kok."

"Benarkah? Kapan? Kenapa Kak Rasty tidak pernah cerita?"Tiara merasa terkejut sekaligus senang karena ternyata dia bercerita pada orang yang  bisa memahami perasanya.

"Waktu kuliah dulu. Pacarku menghianatiku dengan adik tingkatku. Tapi, semua sudah berlalu lama, makanya aku tidak pernah menceritakannya."

"Tapi, untuk bisa menganggapnya tidak penting sepertimu  itu sangat  tidak mudah kan?" ucap Tiara dengan lemas.

"Aku tau,  bahkan sangat paham apa yang kamu rasakan. Tapi, aku bisa memastikan suatu hari nanti kamu  akan bersyukur putus dengan dia. Bahkan berterimakasih pada wanita itu karena dia sudah menggantikanmu." sahut Rasty dengan penuh keyakinan.

"Benarkah? Tapi, aku tidak menyangka kalau rasanya akan sesakit ini. "kata Tiara dengan wajah ditekuk.

Mendengar perkataan Tiara,  Rasty  hanya menarik nafas dan menyediakan telinganya untuk mendengar semua keluh kesah Tiara. Karena dia tau kalau orang yang patah hati itu hanya butuh di dengar bukan diceramahi ataupun diberikan saran apapun karena itu percuma.  Setelah itu Rasty memeluk Tiara dengan hangat.

"Memang sakit. Tapi, ini hanya sbentar kok. Kamu sabar aja dulu!" Ucap Rasty seraya menepuk-nepuk bahu Tiara.

Sebenarnya Rasty  kaget, dan tidak menyangka kalau Ferdinan bisa setega itu sama Tiara.  Karena yang Rasty  tau, Tiara dan Ferdinan adalah dua orang yang tergila-gila dengan cinta dan saling melengkapi satu sama lain, bahkan mereka berdua  tidak pernah bertengkar.

Setelah membiarkan Tiara larut dalam kesedihannya dan puas mengeluarkan emosinya. Rasty  menarik nafas lalu melepas pelukannya dan menatap Tiara dengan tatapan tajam.

"Ra, Apa kamu akan terus seperti ini,? Katamu ini sudah seminggu berlalu.  Tapi kamu tetap membiarkan dirimu seperti orang bodoh dengan memikirkan dan menangisi  seorang lelaki  yang sedang memadu kasih tanpa penyesalan bersama wanita lain.  Gengsi dong! Angga dirimu adalah wanita istimewa yang hanya orang terbaiklah yang bisa mendapatkan mu. Jika seseorang memilih meninggalkanmu maka pastikan kalau mereka akan menyesal telah melakukanya. Gitu!"

Ucapan  Rasty membuat mata Tiara yang basah terbelalak, dia merasa tertampar. Seketika itu fikirannya yang kosong mulai terisi dan  mencibir jijik pada dirinya sendiri.

Iya juga ya. Ahhh … Alangkah bodohnya aku. ucap Tiara dalam hatinya seraya menunduk malu karena harga dirinya terasa tercabik-cabik.

"Terus menurutmu aku harus bagaimana? Ini bukan salahku jika aku begini,  ini hanya karena aku baru tau rasanya mencintai dan di cintai dengan sangat banyak."kata Tiara mencoba membela diri.

"Sudahlah! Tidak perlu seperti sinetron yang terlalu banyak deama. Sekarang apa kamu mau balas dendam?"tanya Rasty dengan mata menyala, dia berharap Tiara memiliki semangat kembali.

Tiara tercengang mendengar pertanyaan Rasty.

"Apa? Balas dendam? Apa maksudmu?  Jika balas dendam apa bedanya aku dengan dia?"

Tiara benar-benar  tidak  habis fikir dengan Rasty,  padahal dia tau  kalau balas dendam itu tidak boleh, terus untuk apa dia memberikannya pertanyaan begitu?

"Menurutmu?" ucap Rasty sambil tersenyum dan memicingkan matanya.

Tiara tampak berfikir,

"Menurutku bedalah. Dia yang dzolim dan Aku korbannya. Meski begitu, Aku tidak akan pernah mau merebut kekasih orang walaupun pada awalnya dia adalah kekasihku. Selain itu  Aku tidak mau balas dendam."

Mendengar perkataan Tiara, Rasty  mengerutkan keningnya,

"Kenapa tidak mau Ra? "

"Karena balas dendam itu tidak boleh,  bukankah kamu tau itu?"

Tatapan Tiara menjadi sinis,  dia memang ingin membuat Ferdinan merasa menyesal tapi dia tidak mau menempuh jalan yang salah yang nantinya akan membuatnya merasa menyesal.

Cinta yang DirindukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang