Lelaki Di Toko Buku

297 17 0
                                    

Merasa Rasty begitu lama, Tiara mulai merasa bosan. Tiara  berdiri dan berjalan melihat-lihat beberapa buku. Matanya langsung terpaku pada satu buku  yang terpajang di rak buku paling atas. Tiara pun melompat-lompat seperti anak kecil untuk bisa menggapai buku itu. Tapi sayang sekali tangan Tiara tidak sampai.

"Uhhh … Gak bisa juga, ada kursi gak ya?" ucap Tiara seraya melirik ke semua arah.

Bangku yang dicarinya tidak ada juga, akhirnya Tiara menyerah dan menunduk lemas, padahal dia menginginkan buku itu.

Tepat saat itu terlihat tangan panjang dengan kulit putih berotot  dari arah belakangnya mengambil  buku yang dia inginkan.

Tiara kaget dan langsung berbalik, seketika itu  matanya tercengang melihat lelaki muda yang sangat dekatnya, Tubuh Tiara pun sampai bersandar di rak buku  saking kagetnya.

"Apa yang kamu lakukan? "Tanya Tiara dengan sedikit emosi seraya mendongak melihat pemuda tinggi itu.

Tanpa menjawab pertanyaan Tiara, lelaki itu menjulurkan buku itu kearah Tiara. Setelah itu dia berbalik pergi tanpa mengatakan sepatah  katapun.

"Terimakasih!"

Mendengar ucapan Tiara,  pemuda itu berhenti,  tanpa berbalik dia menganggukkan kepalanya sebagai respon ucapan terimkasih Tiara. Setelah itu dia pergi begitu sajahingga membuat Tiara tertegun menatap kearah pemuda itu tanpa berkedip sedikitpun.

'Kenapa aku merasa tidak asing dengan sikap lelaki itu? Dia mengingatkan aku pada lelaki yang aku tabrak tempo hari. Sayang sekali kau tidak melihat wajahnya. 'Batin Tiada.

"Ra.. Kamu kenapa melamun disini? " Rasty  tiba-tiba mengejutkan Tiara dari lamunanya.

"Astagfirulloh kakak mengagetkanku saja. Oh  ya,  apa kakak sudah menemukan buku yang kakak cari? " ucap Tiara dengan eskpresi terkejut.

"Iya, aku sudah mendapatkan buku yang aku cari."

Rasty  mengangguk seraya menunjukkan buku yang sudah di dapatkanya sambil tersenyum.

"Oh syukurlah. Setelah ini kita mau kemana?" Tanya Tiara.

"Kita bayar buku dulu. Setelah itu, Aku akan membawamu ke tempat favoritku semenjak kuliah untuk makan siang." Jawab Rasty  sambil menarik lengan Tiara.

Tiara mengangguk sambil tersenyum mengikuti kemana Rasty membawanya pergi.

Beberapa saat kemudian,  mereka sampai di sebuah rumah makan yang terletak di Kota Mataram dekat kampus lama Rasty yaitu UIN Mataram. Rumah makan itu cukup terkenal dan ramai juga karena harga makanannya sangat terjangkau.

"Kamu sudah memilih mau makan apa?" Tanya Rasty sambil menatap Tiara yang masih sibuk melihat menu.

"Sudah kok. Aku  pesan lalapan Ikan, sama jus apel." Jawab Tiara sambil menyerahkan buku  menu itu ke Rasty.

"Baiklah, Aku akan memesan dulu sekalian mau ke toilet. Kamu tuggu sbentar ya!" kata Rasty sambil berdiri dari duduknya lalu meninggalkanTiara sendirian.

Tiara hanya menggangguk sambil tersenyum.

Sepeninggal Rasty, Tiara duduk sendiri seraya memainkan ponselnya. Tepat saat itu seorang lelaki terlihat berjalan menghampiri Tiara.

"Bukankah anda Ibu guru Tiara?"

"Iya benar ... "  Jawab Tiara seraya melihat orang yang menyapanya dengan heran.

"Hi … Apa kabar? Aku Ryan sahabatnya Ferdinan, masih ingat kan?" Kata  Ryan sambil duduk di kursi seberang Tiara tanpa izin terlebih dahulu.

Tiara tampak berfikir dan mengingat-ingat sahabat Ferdinan yang pernah dikenalkan padanya.

"Ah iya, Sekarang aku ingat. Hi Ryan, apa kabar?"

"Alhamdulillah baik.  Oh ya kapan kalian akan menikah?"

Pertanyaan  Ryan  membuat  Tiara terdiam sejenak.  Hatinya  sesak mengingat janji pernikahan yang sudah terhianati.

"Ummm … Kenapa anda terdiam? Atau, jangan-jangan anda sudah tau tentang Ferdinan dan Rina ya?" Tanya Ryan dengan ragu setelah lama melihat Tiara terdiam.

"Kamu kenal Rina?" Tiara lansung merespon dengan cepat dan tingkat keingin tahuanya mulai meronta-ronta.

Ryan menarik nafas dalam karena dia sudah menduga kalau Tiara tau tentang hubungan Rina dan Ferdinan. Rasa kasian pun muncul dalam hati Ryan karena dia tau seperti apa Tiara mecintai Ferdinan lewat cerita yang dia dengar dari Ferdinan sendiri.

"Tentu saja aku mengenalnya. Rina adalah teman kantor kami, Aku mengenalnya ketika Ferdinan membawanya kumpul bersama kami. Setauku mereka sudah pacaran selama dua bulanan gitu. Tapi, Anda tenang saja! Karena  Ferdinan pernah bilang kalau Rina itu hanya selingan saja. Sementara yang akan jadi istrinya hanya Anda."

"Kamu bilang sudah dua bulan? " tanya Tiara dengan terkejut, sebab seingatnya sebelum Ferdinan menghilang sebulan yang lalu, dia masih bertemu dan makan bersama. Hati Tiara semakin sesak mengetahui kebenaran ini.  Akan tetapi, kalimat terakhir Ryan  membuat Tiara sedikit senang, karena bagaiamanpun juga dia masih berharap bisa kembali bersama Ferdinan.

"Iya, itu sih yang aku dengar dari Rina. Ummm … Maaf jika perkataanku  melukai hatimu! Aku tidak bermaksud seperti itu." ucap Ryan  merasa bersalah karena sudah ceplas ceplos.

"Tidak apa-apa kok Ryan. Kalau Aku sih yang penting Ferdinan bahagia. Jika dengan Rina dia bahagia itu sudah cukup buatku."

Tiara berusaha terlihat baik-baik saja di depan Ryan dengan berusaha menghadirkan senyum di wajahnya. Dia tidak suka rasa sakitnya sampai diketahui oleh orang karena dia tidak suka dikasihani.

'Sumpah demi apapun Aku berbohong, Aku tidak serius, Aku hanya mencoba mengajarkan hatiku untuk menerima kenyataan. Itu saja, Aku tidak munafik kalau Aku terluka.Woeee … Aku ingin teriak di hadapan mereka seraya mengatakan,  kalau mereka menyakiti orang yang salah, tapi sayang hatiku menolak untuk melakukan itu.' Gumam Tiara sambil mempertahankan senyumannya.

"Baru pertama kali aku menemukan wanita seperti Anda. Tulus dan kuat. Beruntung Ferdinan mendapatkan cintamu dan rugi sekali jika sampai dia lebih memilih Rina dari pada Anda. "

Ryan benar-benar mengagumi sosok Tiara yang terlihat kuat dan sabar meskipun dia tau kalau hati Tiara mungkin saja sudah remuk dan hancur.

Cinta yang DirindukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang