Dua : Mencari

5 0 0
                                    

Sudah seminggu semester ganjil dimulai. Hari libur tidak terlalu menarik untuk Alena. Tadi malam Fano sudah mengajaknya pergi berkeliling ibukota, dan hari ini waktunya ia beristirahat. Beberapa perubahan di sekolah kerap terjadi seminggu ini. Para senior yang baru saja menjadi murid kelas dua belas berlomba-lomba menunjukkan eksistensinya. Mulai dari yang dulunya berpenampilan biasa saja, sekarang menjadi luar biasa, karena sudah menjadi kakak tertua di sekolah. Yang dulunya berjalan masih menundukkan pandangan, sekarang dengan bangga menyongsongkan dada dengan wajah gila hormatnya. Kebanyakan seperti itu, walau pun ada beberapa yang tetap pada zona nyamannya.

Ah, hal yang membingungkan untuk di fikirkan. Kenapa semua senior harus seperti itu? Tujuannya apa? Mereka tidak akan menyapa kalau adik kelas tidak memulainya. Sering sekali terjadi seperti itu.

"Al, temenin gue yuk."

Suara Bimo menginterupsi lamunan Alena. Sontak saja Alena terkejut dengan kehadirannya di pintu kamarnya.

"woy gak sopan banget lo, ngapain ke kamar gue?"

Alena yang melihat keberadaan Bimo langsung mengeluarkan suara melengkingnya.

"gue dipintu doang kali. Lagian elo gue panggilin gak ada respon"

"kapan lo manggil?"

"nih sebelum tenggorokan gue kering"

Jawab Bimo sambil menunjuk tenggorokannya dengan wajah kesal.

"buruan ayok"

"kemana sih Bim? Gue mager parah"

Jawab Alena sambil memeluk boneka beruangnya dengan manja. Seolah menunjukkan bahwa ia ingin dirumah saja hari ini.

"ketemu gebetan gue"

Kali ini jawaban Bimo diikuti dengan gerakan alis keatas.

"lah ngapain ngajak gue? Ntar yang ada gagal taken lo haha"

Alena menjawab dengan nada meledek.

"gue traktir es krim coklat deh"

Bimo mencoba merayu Alena, karena dengan tawaran coklat biasanya pasti berhasil.

"kalo boong gue sumpahin di selingkuhin sebelum pacaran lo ya"

Ancam Alena sambil menunjuk ke arah Bimo.

"buset dah ngeri amat, yaudah buruan"

"hahah yaudah lo tunggu di depan, gue mau dandan"

"gaya lo dandan, paling ganti baju doang haha"

Seperti balas dendam, kali ini Bimo balik menjawab dengan nada meledek. Mereka sudah berteman sejak SMP, tidak heran kalau terlihat sangat akrab. Keluarga mereka sudah saling kenal karena dulu rumah mereka bersebelahan, tapi akhirnya keluarga Bimo memilih pindah.

Sepuluh menit menunggu, akhirnya Alena siap dengan kemeja berwarna coklat susu, celana jeans dan sepatu converse andalannya. Tidak lupa, rambut indahnya yang dibiarkannya tergerai. Terlihat Bimo sedang asyik mengobrol dengan abang Alena dan di temani segelas sirup jeruk serta cemilan lainnya.

"nah, tuh anak udah siap"

Spontan abangnya menunjuk dagu kearah Alena.

"begini doang katanya dandan bang"

Ledek Bimo sambil melirik ke arah Alena.

"apaan sih lo, tetep cantik kan?"

Jawab Alena sambil mengibaskan rambutnya. Membuat seisi rumah tertawa.

Pelukis RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang