12. Andra

117 16 0
                                    


Seminggu berlalu sejak kejadian itu. Dan ini adalah seminggu yang paling menyiksa selama hidupku, seingatku ketika aku putus dengan Naura aku masih bisa memasang wajah bahagia, dan hang out bareng teman- teman, tapi kali ini aku beda, semua teman- temanku menjauhiku, karena katanya aku jadi brengsek, mudah marah. Rian mengirimiku pesan dan bilang kalau mau cari selamat usahakan jangan sampai bertemu dengannya. Hanya Seno yang agak baik dengan menyempatkan meneleponku di saat bulan madunya dan menjelaskan kalau Fira, istrinya, meminta maaf karena gara- gara pernikahannya aku harus bertemu dengan Naura lagi, dia sebenarnya tidak pernah mengundang Naura, dan bercerita kalau Naura sedang mengurus perceraian dengan suaminya, karena bangkrut. Tentu saja itulah alasan kenapa dia mengejarku secara agresif, tapi apapun itu aku menyadari kalau ini semua ini bukan salah siapa- siapa, dengan adanya Naura atau bukan aku toh tetap akan mengacau, karena Raya benar, aku sendirilah yang menyabotase kebahagianku, karena aku hanyalah seorang pengecut yang lebih memilih aman bersembunyi dengan alasan pernah disakiti daripada bangkit dan menghadapi ketakutanku.

Mengingat minggu kemarin ketika Naura menerobos apartemenku waktu itu, membuatku tertawa kecut, aku heran kenapa aku pernah jatuh cinta padanya, mungkin aku saat itu masih polos atau semacamnya dan melihat semuanya dari penampilan luar saja. Kalau diingat lagi hubungan kami dulu sebenarnya tidak sehat, selalu ada pertengkaran, cemburu berlebihan, posesif, yang membuatku tercekik. Tanpa berpikir sedetikpun aku mengusirnya dari apartemenku, dan menyuruhnya menjauhiku. Naura hanya bisa memaki- makiku karena kuperlakukan seperti itu. Saat itu Arini melihatku mengusir Naura dan sempat memberiku pandangan dukungan, meski itu hanya sesaat dan sejak hari itu Arini selalu memasang tampang bermusuhan denganku, dan itu sudah berlangsung selama seminggu

Arini menghenyakkan tubuhnya di sofa, dengan wajah cemberutnya, "Sampai kapan kamu puasa ngomong sama kakak?" Arini hanya mengangkat bahunya.. Setelah itu kami hanya diam menonton TV, karena aku tidak tahu bagaimana cara memperbaiki ini.

Tiba- tiba Arini berdehem dan menghentikan puasa bicaranya. "Kalau kak Andra mau Arini ngomong lagi sama kakak, ada caranya kok" sahutnya cuek, matanya tetap fokus pada layar TV. Perasaanku tidak enak mengenai hal ini.

"Ngomong aja Rin, nggak usah sok misterius.". Lalu dia membuka dompetnya dan menyerahkan buku tabungan beserta uangnya.

"Ini buat apa?" Aku bingung dengan tingkahnya.

"Tabungin uang Arini di bank!" Perintahnya.

"Laaah, kan bisa nabung sendiri ke bank?"

"Laaah tadi kan katanya mau Arini ngomong lagi sama kakak, ya ini requestnya Arini, mau apa nggak?" Tantangnya.

"Kamu masih ngotot mau nyomblangin kakak dengan Raya ya?" gerutuku.

"Duh, nggak tahu diri banget sih, ya nggak mungkinlah !!, kak Raya itu pantas dapat cowok yang memperlakukannya dengan baik, nggak brengsek kayak kakak" jleb banget kata- katanya tapi Arini ada benarnya, mana pantas aku dengannya setelah kelakuanku padanya, bahkan adikku sendiri menyebutku brengsek, dan aku tak berhak tersinggung.

"Harus besok, nggak boleh minggu depan!!". Aku hanya diam pasrah.

YYY

Aku mengambil nomor antrian di Bank dan duduk menunggu guliranku. mengedarkan mataku di sekeliling ruangan, mencari- cari keberadaannya, mungkin dia masih sibuk, atau tidak masuk sekarang, aku berharap antara bisa bertemu dengannya atau tidak. Saat itu pintu terbuka di balik konter, itu dia, Raya tak menyadariku kehadiranku, dia sibuk dengan pekerjaannya. Wajahnya yang selalu dihiasi senyum manis, komentar- komentar ajaibnya, ide- ide anehnya, aku merindukannya. Kupikir setelah sekian lama , mungkin perasaanku akan berubah, tapi ternyata tidak, setelah seminggu tidak bertemu rasanya perasaanku semakin kuat saja padanya.

30 Hari Mengejar Jodoh (EnD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang