6. Andra

86 16 0
                                    

Hari ini hari Sabtu jadwal kencannya Raya dan Rian (itu kalau misalnya Raya tidak mendengarkan saranku), Kubuka ponselku tapi tidak ada pesan yang masuk, mulai kemarin Raya tidak menghubungiku sama sekali, entah chat, atau meneleponku pun tidak, jadi aku tidak tahu bagaimana perkembangannya. Apa dia sudah pergi, kalau lihat jam sih, ini seharusnya sudah waktunya. Laporan penjualan yang kubaca sama sekali tidak masuk ke otakku, meski sudah berkali- kali kubaca, jadi aku menyerah saja.

"Aduh kak, melamun aja" seru Arini

"Eh, siapa juga yang melamun"

"Tuh dari tadi geser atas, geser bawah name list di hape ", "Sini!" tiba- tiba saja Arini merebut hapeku

"Eh apaan sih?" aku berdiri dari sofa, berusaha merebut kembali hapeku.

Arini berjalan cepat sambil menelepon ke suatu nomor,

"Eh awas ya jangan macem- macem, banyak klien penting disitu" ancamku

Arini mengangkat jari telunjuk di bibirnya, isyarat supaya aku diam, "Eh, ya halo juga,bukan, bukan, ini Arini" tiba- tiba Arini menjawab telepon.

"Iya kak, ini pinjem hapenya kak Andra, hapeku lagi lowbat nih ", "Jadi gini kak, bisa minta tolong nggak....." Arini buru- buru pergi kamarnya sambil menjulurkan lidahnya dan menutup pintunya.

Dasar anak kecil, pikirku, sambil mencoba membaca lagi laporan di laptopku.

Setelah beberapa saat, pintu kamar Arini, terbuka "Iya, iya kak, makasih ya, eh ini kak Andra katanya mau ngomong" Arini langsung menyodorkan hape itu padaku. "Hah??" tanyaku bengong, "Cepetan, kak Raya nungguin!" bisik Arini.

"Eh, halo" sahutku,

"Ini Raya" sahut penelepon di seberang sana,

"Eh iya, aku tahu, Arini sudah bilang." Setelah itu suasana hening selama beberapa saat " Ummm...Arini bilang apa ke kamu?" katanya memotong kesunyian.

"Oh, dia mau minta tolong ke aku, katanya Senin depan mau ujian"

"Kamu dimana sekarang?" tanyaku penasaran.

"Di rumahlah"

"Jam segini kok masih di rumah?" cecarku

"Lho, kemarin katanya aku nggak boleh pergi?" jawabnya terdengar kesal.

"Udah, ah, bahasnya nanti aja, Arini, lupa ngasih alamat nih"

"Alamat apaan?" tanyaku bingung,

"Aduh ya alamat rumahlah...aku kan sudah bilang Arini minta bantuanku buat latihan ujian dia, aku mau ke sana"

"Tapi, Arini nggak bilang apa- apa sama sekali"

Raya hanya menghela nafas mendengar jawabanku "Cepetan, keburu macet nih!"

"Iya, iya, tunggu sebentar"

Setelah itu Raya menutup teleponnya, dan aku hanya bengong menatap layar hapeku.

Tiba- tiba Arini mendekatiku dan mengerjap-ngerjapkan matanya. "Eh, kak, nggak usah terima kasih sama Arini, cukup traktir aja makan yang enak selama sebulan"

"Kamu cacingan ya?" gerutuku

"Kalau bukan karena jasa Arini, kak Raya nggak akan mungkin maen ke sini" dengusnya

"Bukannya kamu yang butuh bantuan dia buat ujianmu sendiri, kok malah mengkambing hitamkam kakak?" tanyaku sewot

"Arini itu jenius, tanpa latihan pun sudah mahir" katanya menyombong. "Lagian kak Andra sih nggak punya keberanian buat PDKT ke kak Raya, kalau nggak cepet- cepet ntar disambar orang tuh, makanya Arini, bantuin kakak" katanya bangga

30 Hari Mengejar Jodoh (EnD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang