10. Andra

76 13 0
                                    


Mengapa Raya tidak mengangkat teleponnya. Padahal aku hanya ingin tahu keadaanya. Tapi dari resepsionis yang kutanyai, katanya dia keluar dengan Rian. Hatiku mencelos mendengarnya, darahku mendidih, ingin rasanya aku menarik Raya dan menjauhkannya dari Rian, aku tidak tahu darimana pikiran gila ini berasal.

Ponselku kali ini bergetar, pesan dari Raya.

"Rian mengajakku ke nikahannya Seno, Hore!!, terima kasih untuk semuanya, kalau bukan karena kamu, pasti ini tidak akan terjadi, aku akan membayar kebaikanmu, thanks sekali lagi J"

Aku terpaku membaca pesan di ponselku dengan seksama. Pesan tadi terasa tamparan bagiku. Membuatku tersadar, darahku yang tadinya mendidih berangsur pulih. Rupanya kejadian di anger room kemarin tidak berarti apa- apa bagi Raya. Pada akhirnya aku hanyalah, mak combalang/ batu loncatan/ konsultan cinta, baginya semua yang kulakukan hanyalah kebaikan, entah kenapa aku kecewa, terlebih pada diriku, karena aku tidak tahu mengharap apa, dan lagipula aku juga tidak bisa menjajikan apapun pada Raya. Saat ini hanya satu hal yang bisa kulakukan padanya:

"Selamat, Good luck! J."

Inilah yang seharusnya dilakukan seorang pria sejati, memberikan ucapan selamat kepada temannya ketika dia sedang bahagia, pikirku masam.

YYY

Aku memandangi ponselku, tiga berhari telah berlalu, dan bisa kulihat kalau Raya tidak membaca pesanku, kenapa juga aku harus kalut, ini bukannya kami sedang bertengkar seperti beberapa hari yang lalu, saat ini kami tidak punya masalah apapun, hanya saja selama beberapa minggu ini kami terbiasa chat atau teleponan, jadi kalau tidak melakukannya terasa ada yang hilang, tapi mengingat keberadaanku sebelumnya bagi Raya yang ada hanya karena Rian, jadi ya bisa dibilang tugasku sudah selesai, kami tidak perlu berhubungan secara intens lagi, tidak perlu menelepon atau berkirim pesan lagi.

Besok mereka akan kencan (secara tidak resmi) ke nikahannya Seno, ini sama saja dengan mengumumkan kalau mereka punya hubungan khusus. Dan beberapa hari setelahnya mereka akan kencan secara resmi. Yang bisa aku lakukan hanyalah memberikan mereka berdua ucapan selamat layaknya seorang penantang Olimpiade yang mengakui kekalahannya dengan fair kepada lawannya. Entah daripada aku mendapat pemikiran seperti itu, aku toh dari awal tidak pernah bersaing dengan Rian untuk mendapatkan Raya. Pada prinsipnya aku tidak boleh mengacaukan kebahagiaan Raya, seperti yang kulakukan beberapa yang hari yang lalu karena kebodohanku. Dan kebahagiaan Raya adalah bersama dengan Rian. Aku menghembuskan nafas dalam- dalam

YYY

"Gara- gara kamu sih dandannya lama, jadinya kita hampir terlambat ke resepsi.", gerutuku.

"Duh, ini kan salah kak Andra sendiri kok ngajak Arini mendadak." Sebenarnya aku nggak ingin mengajak siapa- siapa tapi mengingat hari ini Raya pasti datang dengan Rian jadinya aku tidak ingin terlihat terlalu menyedihkan, alhasil aku mengajak Arini saja, daripada harus menghubungi cewek- cewek kenalanku

"Yah, kamu kan juga kenal Seno",

"Iya, tapi terlalu mendadak kale, lagian juga ngapain ngajak Arini, kan kakak punya banyak temen cewek, atau kalau nggak gitu ajak aja kak.... " tiba- tiba saja mata elangnya mengamatiku "Eh, btw, kak Rian pergi sama siapa?" tanyanya tiba- tiba

"Ngapain tanya- tanya Rian segala?" gerutuku

"Yaelah kak, pengen tahu aja, masak nggak boleh"

"Raya" sahutku cepat dan singkat.

"Wuahh....Baguslah, keinginan kak Raya tercapai, mereka memang pasangan yang serasi....." "Tapi kak Andra kok nggak kayak orang yang bahagia, kan kak Andra yang mencomblangi mereka, kalau misalnya Arini berhasil menjodohkan seseorang, Arini pasti bakal seneng banget, jadi Arini nantinya..." cerocosnya tanpa henti

30 Hari Mengejar Jodoh (EnD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang