Sebuah nada dari noda meruyak sumbang suara. Orang-orang dengan surga puja terasa alien. Pohon-pohon mohon. Konon-konon kanon. Hamparan harapan yang terbakar.
Seorang teman penggila air marah pada api, kau tersenyum dan melipat sejarah itu dalam kertas rahasiamu. Kau baca nasib di Kuta, jantung desamu menari-nari Pendet.
Sudah kutulis cerita magis tentang Tuhan di pohon manggis, katamu. Hasilnya aku belum jua ketemu kenapa ada kejujuran di kulit manggis selalu. Tidak. Kejujuran hanya milik Tuhan yang tak tampak.
Yang mencintai jalan-jalan, berdiam di dalam lengang beberapa simpang, menjadikan pohon tempat segala konon yang kanon. Sungguh.
2019
YOU ARE READING
Palagan Nama-nama
Poetry#331 in Kenangan (Feb, 27th of 2019) #9 in Memoar (Feb, 28th of 2019) #347 in Kenangan (Mar, 1st of 2019) #304 in Kenangan (Mar, 2nd of 2019) #361 in Kenangan (Mar, 2nd of 2019) #279 in Kenangan (Mar, 3rd of 2019) #316 in Kenangan (Mar, 4th of 2019)...