Di atas podium yang meninggikan masa depan orang-orang, atau di atas podium yang akan meremangkan nasib seseorang, kau menganjurkan kejujuran sementara kau menceritakan kebohongan, masa lalumu.
Tentang seorang penulis lelaki yang kau tanya dan istrinya balik bertanya, kau hanya tersenyum, mengangkat bahu dan pergi. Kau merasa bodoh dan pura-pura pintar.
Kau tohok ribuan orang yang duduk di halaman, di hari kelulusan. Betapa hidup tak cukup mendapat penghargaan dari luar, jika yang kita miliki dalam hati adalah kerdil dan tak berarti.
Suatu cara untuk kokoh berdiri, adalah mengenal diri, meski orang lain berkata apa tentang kita, kita hanyalah kita yang terus bermetamorfosa, berjuang untuk berhenti berdusta.
2019
YOU ARE READING
Palagan Nama-nama
Poetry#331 in Kenangan (Feb, 27th of 2019) #9 in Memoar (Feb, 28th of 2019) #347 in Kenangan (Mar, 1st of 2019) #304 in Kenangan (Mar, 2nd of 2019) #361 in Kenangan (Mar, 2nd of 2019) #279 in Kenangan (Mar, 3rd of 2019) #316 in Kenangan (Mar, 4th of 2019)...