2

3K 345 11
                                    

Flashback On

     Jihoon menatap peti mati dihadapannya, matanya yang terus meneteskan berlian berharga itu dari pipinya, terutama saat peti mati itu terkubur tanah.

    Beberapa kali dirinya memanggil nama sang Appa sembari mencoba menggali dan memukul-mukul tanah.
Orang yang sejak dulu memanjakannya harus pergi menghadap tuhan lebih cepat tanpa melihatnya tumbuh besar.

     Beberapa bulan setelah kepergian sang Appa membuat Jihoon menjadi murung, Eommanya berhutang dimana-mana hanya untuk memenuhi keinginannya.

     Sampai pasangan suami-istri berkunjung ke rumah sederhananya itu. Dari pakaiannya tentu sudah terlihat bahwa mereka bukanlah orang sembarangan.

     Jihoon mengintip percakapan Eomma dan tamunya itu dari balik dinding.

    "Kami turut berduka atas kepergian Tuan Lee, maaf kami tidak bisa berkunjung hari itu..."

    Jihoon mendengar beberapa percakapan antara orang dewasa dibalik dinding hingga akhirnya ia mendengar hal yang seharusnya tidak ia ketahui hari itu.

    "Kami dengar kau memiliki banyaj hutang, jika kau tidak keberatan kami bisa membantumu meringankan segala kebutuhan sehari-hari kau dengan si kecil Lee Jihoon, dengan beberapa syarat tentunya..."

    Setelah mendengar apa yang dimaksud oleh kedatangan kedua orang itu, Jihoon berlari ke kamar putihnya dan menutup pintu rapat-rapat.

    Ia menenggelamkan wajahnya dibalik bantal hingga suaranya hampir tak terdengar.

    "Ap- Appa...." tangisnya pecah, dirinya hanya ingin sang Appa menemaninya hingga nanti. Namun apa yang bisa dirinya lakukan dengan tubuh yang masih kecil itu.

    Sejak hari itu, Nyonya Lee bisa membeli apapun untuk keluarganya, tanpa harus meminjam kepada orang lain. Jihoon menjadi anak yang pendiam dan pemarah sejak saat itu.

    Dirinya tidak mau menjadi alat bagi ibunya mendapatkan harta dari keluarga Kwon.

Flashback Off

     Kini Jihoon mendudukkan tubuhnya di sebuah kursi taman, malam sudah menyapanya.

     Hampir sudah beberapa jam dirinya terduduk sembari merenung, sampai akhirnya seseorang duduk disamping Jihoon sambil memperhatikannya.

    Orang itu melambaikan kedua tangannya tepat dihadapan wajah Jihoon, membuat Jihoon membuyarkan lamunannya.

    Jihoon menatap orang itu, pemuda yang memiliki rambut gelap dengan rahang tegas dan bulu mata yang cantik. Jihoon tidak mengedipkan matanya menatap wajah pemuda itu.

    "Hei, kau tidak apa-apa?" orang itu bertanya kearah Jihoon, jujur dia merasa khawatir ada wanita yang duduk ditaman sendirian.

     "ah, tidak apa-apa. Aku hanya sedang mencari angin segar saja..." Jihoon tersenyum kearahnya.

     "Matamu sangat berbohong, mana mungkin kau mencari angin di malam hari,udara sangat dingin." mendengar hal itu Jihoon membelalakkan kedua matanya.
     "Matamu sembab, kau pasti habis menangis kan?" tanyanya lagi.

Just Mr.Kwon ❲SoonHoon❳Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang