i'm not a troublemaker

8 1 1
                                    

     Malamnya, Byanca sedang memasuki rumah. Baru saja membuka pintu, dia mendengar dua orang dewasa berdebat dengan suara sangat keras, melengking, dan nyaring. Siapa lagi kalau bukan orangtuanya yang sedang bertengkar? Byanca sudah biasa dengan keadaan ini setiap dia pulang malam. Kadang, ada rasa malas pulang untuknya.

"Papa bilang juga apa ma, lihat tuh anakmu, sudah besar masih aja nakal. Itu pasti ajaranmu kan?"

"kok nyalahin Mama sih Pa? Emang ini salah Mama kalau Byanca pulang malem? ya palingan juga kerja kelompok"

"Kamu lupa ya, dia sudah besar hah? dia masih anak perawan. Gimana kalau ada apa apa"

aku emang masih perawan pa

"Kamu tuh terlalu overprotektif buat menj.."

Byanca masuk dan melenggang langsung menaiki tangga tanpa memperdulikan orangtuanya berdebat depan Televisi dan bengong melihat Byanca yang langsung masuk begitu saja tanpa salam dan sapa.

"BYANCA!!!" bentak Papanya.
Byanca berbalik, dan memasang wajah lelah

"Apa?" ucapnya santai menenteng Ranselnya.

"DARIMANA KAMU?"

"Belajar bareng Citra sama Alzan"

BRAKK

Byanca masuk ke kamarnya dan membanting pintu.

Orangtuanya masih berdebat. Memang orangtua Byanca ini sering sekali memperdebatkan hal-hal kecil menjadi besar. Itu karena Byanca adalah anak semata wayang mereka. Allin, ibu Byanca terakhir kali hamil dan keguguran. Jadi, mereka sepakat untuk tidak akan memiliki anak lagi. Makanya, mereka menaruh harapan besar pada Byanca agar dia menjadi gadis baik dan,,, Jadi Arsitek tentunya. Dimas, ayah Byanca, adalah Arsitek nomor 1 di Jakarta. Tak heran Dimas juga ingin menjadikan Byanca sebagai Arsitek.

   Allin menyusul Byanca ke kamar. setelah mengetuk pintu beberapa kali, ternyata tidak ada jawaban.
"Sayang makan dulu yuk, buka pintunya" Allin masih terus mengetuk pintunya, ia tahu, anak gadisnya pasti belum makan. Byanca itu sudah tidak bisa masak, jarang makan pula.

"gausah Ma. lain kali kalau bertengkar mending jauh-jauh. Oiya besok-besok aku gabakal pulang malem, Tapi gabakal pulang sekalian" Byanca berteriak dari dalam kamar.

Allin menggeleng dengan kelakuan anaknya itu.

      ~~~~♡♡♡~~~~♡♡♡~~~~

Byanca

       Pagi ini aku bangun seperti biasa, menjalankan rutinitas membosankan kaya kemarin kemarin. Sekolah-Tempat les-Rumah. Jarang banget aku dan Kevin main, bahkan nggak pernah.

      Aku turun ke bawah pas Mama Papa lagi sarapan. Mereka berbicara selayaknya suami istri yang harmonis pada umumnya. Aneh kan? Mereka emang kaya gitu. Malemnya berantem, entar paginya juga baikan lagi kaya pengantin baru. Gatau deh kalau malemnya mereka ngapain.

Mereka mengobrol kaya nggak ada masalah apapun serius. Keluarga ini memang gila. Pantas saja aku jadi begini.

"Entar aku gabakal pulang ya" Aku duduk sebelahan dengan Mama dan mulai makan nasi goreng yang emang sudah Mama siapkan.

Tak ada yang bersuara saat kita sibuk dengan makanan masing-masing. ya paling aku yang bersenandung kecil karena dari tadi aku memakai earphone.

Seusai makan aku langsung berangkat saja dan pamitan ke orangtuaku. Hariini aku naik taksi online lagi. Kevin nggak pernah aku bolehin buat jemput aku dirumah, bisa mati aku. Palingan kalau dia memang mau jemput, ya di pertigaan sebelum masuk ke jalan besar dekat sekolah. Nah, kalau anter pulang juga sama.

HideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang