Chapter 1

2.9K 88 2
                                    

Author POV

Sore hari, di sebuah taman.
Terlihat sepasang kekasih yang menatap senja dari taman yang letaknya cukup tinggi. Sehingga bisa melihat pemandangan dari kejauhan, dan senja tentunya.

“Aku mencintaimu… Aku benar benar mencintaimu…” ucap seorang gadis yang sedang memeluk seorang pria, dia adalah kekasih sang gadis.

“Maaf… Maafkan aku” ucap sang pria sambil memandang ke depan dengan pandangan kosong dan mengelus kepala sang gadis.

“Apasih, ko malah minta maaf” ucap sang gadis sambil mendongak menatap wajah sang kekasih.

Huufftt…

Sang pria menghela nafas panjang, ia lalu menarik lengan sang gadis agar menyudahi dahulu acara berpelukannya. Lalu ia memandang wajah sang gadis dan mengelus pipinya.

Ia berucap “Maafkan aku sebelumnya, tapi aku udah nggak bisa melanjutkan hubungan kita” ucapnya dengan nada lemah.

Sang gadis memandang kekasihnya tak percaya

“M…Maksud k-kamu apa? Aku nggak ngerti” ucap sang gadis sambil menahan rasa terkejutnya dan menahan tangisannya agar tak keluar.

“Kita Putus…” ucap pria itu lirih, yang langsung membuat air mata kekasihnya itu jatuh.

“Jangan becanda deh, nggak lucu tau!” kekehnya, mencoba mencerna perkataan kekasihnya tadi.

“Aku nggak lagi becanda” ucapnya

“Kenapa tiba tiba putus? Aku ada salah ya sama kamu. Kalo ada aku minta maaf, kita omongin baik baik” ucap si gadis itu dengan meneteskan air matanya.

“Kamu nggak ada salah sama aku, dan nggak ada yang perlu diomongin lagi” ia menjeda ucapannya lalu menghapus air mata sang gadis.

“Ada hal yang nggak bisa aku kasih tau sama kamu. Kamu jaga diri kamu baik baik ya selama nggak ada aku. Jangan mikirin aku, aku pasti baik baik aja ko” ucap sang pria sambil tersenyum tulus dan memeluk gadis itu kembali dengan erat.

Sang gadis juga membalas pelukannya tak kalah erat sambil menangis sejadi jadinya.

Ia juga memukul mukul pelan dada sang pria “Kamu jahat tau nggak! Kamu nggak mikirin perasaanku setelah ini gimana!” ucapnya dengan sesenggukan.

Si pria terus saja menenangkan kekasihnya. Ralat, mantan kekasihnya itu dengan mengelus punggunya memberi kenyamanan dan kekuatan untuk gadis tersebut.
Matanya juga terkihat memerah, namun ia mencoba untuk tidak terlihat menangis.

“Kamu jahat, bahkan saat kamu udah putusin aku kamu masih ngasih aku kenyamanan” ucap gadis itu setelas melepaskan pelukannya.

“Anggap aja ini yang terakhir. Mmm, semacam salam perpisahan?” ucap pria itu sambil mencoba tersenyum dan merentangkan tangannya bermaksud memeluk mantan kekasihnya itu.

Gadis itupun memeluk pria itu lagi tangisannya semakin menjadi setelah mendengar ucapan sang pria. Ternyata ini nyata, gadis itu benar benar sudah kehilangan kekasihnya.

“Aku nggak tau, apa ini memang akhir atau jeda buat kita.” Ucap kedua batin mereka

Lagi, gadis itu kembali mengingat masa lalunya yang sudah 6 bulan berlalu sejak kejadian putusnya hubungan percintaannya.

Sekarang ia sedang berdiri dipinggir rooftop sekolah, dan masih pukul 6:30.
Ia sengaja berangkat pagi, hari ini ia sangat merindukan pria itu. Dan ia lebih memilih rooftop untuk menumpahkan segala perasaannya.

Lagi lagi ia kembali menangis mengingat itu semua, rasa cintanya masih ada. Dan juga sakit hati yang ia rasakan juga belum hilang.  Perasaannya tak karuan merasakan itu semua. Rasanya ia sudah tak kuat merasakan ini semua sendiri. Ia lelah, sungguh. Ia sangat lelah.
Sekarang tidak ada lagi yang peduli dengannya.

Aldi POV

Jam masih menunjukkan pukul 6:30 dan aku sudah ada di sekolah. Wah, aku benar benar hebat, biasanya juga aku berangkat terlambat.

Hari ini aku sengaja berangkat pagi, entahlah aku juga tidak tau kenapa ingin berangkat sepagi ini. Tapi tak apalah.

Sekarang aku sedang berjalan di lapangan sekolah, keadaan masih sepi. Mungkin ada beberapa anak yang memang sudah terbiasa berangkat jam segini.

Aku mengedarkan pandanganku, tak sengaja mataku menangkap seorang gadis yang berdiri dipinggir rooftop. Astaga! Masih sepagi ini dan dia sudah ingin mengakhiri hidupnya?!

Aku yang melihatnya pun tak tinggal diam, aku meneriakinya. Namun ia tak merespon sama sekali, dan akhirnya aku memutuskan untuk menyusulnya ke atas.

Sampai disana, aku memanggilnya namun tetap tidak ada respon. Akupun menghampirinya dan menarik tangannya sampai ia berbalik dan menatapku dengan pandangan datar dan mata yang sudah sembab karna ia juga menangis. Ia belum merespon sama sekali.

“Lo ini gila apa udah kehilangan akal sih? Mau bunuh diri lo?!” tanyaku sedikit membentak, karna aku kesal dengannya. Udah ditolong, malah diem aja daritadi.

"Apa lo pengen mati ha?!"teriakku.

Ia melepaskan cekalan tanganku dengan kasar.

"Gue nggak pengen mati, gue juga pengen hidup! Gue pengen hidup dan melakukan banyak hal! Apa lo tau itu?!" katanya sambil berteriak ke arahku. Ia menjeda ucapannya dan mengelap wajahnya kasar.

"Lo bersikap seolah olah mengerti, padahal tidak!" teriaknya lagi padaku. Akupun memandangnya heran, mengapa gadis itu bersikap aneh.

Ia berbalik dan menuju ke pinggir rooftop kembali sambil terus mengelap air matanya.

Aku yang melihat itu reflek memeluk pundaknya dari belakang bermaksud mencegahnya. Gadis itu tak boleh mengakhiri hidupnya, aku tidak akan membiarkan itu.

"Tenangkan pikiran lo, masa depan lo masih panjang. Semua orang punya masalah, nggak cuma lo. Masalah bukan untuk dihindari, tapi masalah ada untuk diatasi. Kalo gue jadi lo, gue nggak akan berpikir sedangkal ini dan memilih mati" ucapku sambil melepaskan pelukanku dan membalikkan badannya.

Ia terdiam, bahkan air matanya bertambah deras.
Aku berfikir, jika sekarang ia sedang benar benar rapuh. Lalu aku mengusap pundaknya bermaksud menenangkan. Ia sedikit meredakan tangisannya.

Dengan tiba tiba ia memelukku dengan erat dan kembali menangis sejadi jadinya. Akupun berniat  membalas pelukannya namun ia malah melepaskan pelukan itu.

"S..Sorry" ucapnya dengan parau dan ia berlari meninggalkanku.

Aku terus melihatnya yang mulai menjauh dan ia sekarang sudah tidak terlihat lagi. Namun ia kembali dan memunculkan kepalanya dari balik tembok.

"Makasih! Aku Salsha!" teriaknya sambil tersenyum. Dan ia kembali pergi.

Aku yang melihat itupun heran, dan akhirnya aku ikut tersenyum, bahkan sedikit terkekeh.

Salsha...
Ah, sungguh gadis aneh. Tadi menangis, sekarang bahkan sudah tersenyum.

Akupun berlari meninggalkan rooftop dengan menggelengkan kepalaku heran.



Hai readers! Happy reading:)

Vote and comment yaa:)

Nanti author bakal NEXT!

JUST GOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang