[1] School

185 35 22
                                    

Pagi yang cerah, Matahari sudah menampakkan dirinya namun berbeda dengan gadis itu.

Gadis itu Nadia, Masih berada di alam mimpinya padahal jam sudah menunjukkan pukul enam. Tapi, belum bangun juga dan jika kalian berfikir bahwa gadis itu tak menunaikan ibadahnya, maka kalian salah. Karna ia selalu salat subuh lalu setelah salat subuh barulah gadis itu kembali tidur.

Rehan sepupunya, masuk ke kamar bernuansa biru muda itu, mencoba membangunkan sepupunya yang tingkahnya nauzubillah itu.

"Woi bocah! nggak mau sekolah lo?!" kata Rehan sambil menggoyangkan tubuh mungil Nadia namun tak ada pergerakan sama sekali.

Rehan terdiam, tampak berfikir. "Gue kerjain lo bocah." Rehan tersenyum licik, entah apa yang ia pikirkan.

Rehan masuk kedalam kamar mandi, mengambil gayung yang berisi air. Berjalan ke arah Nadia yang ada diatas kasurnya. Dan ...

BYURR...

"BANJIRRR ... MAMA PAPA TOLONGI NADIAA!" pekik Nadia bangun dari tidurnya.

"Hahahaha!"

tawa Rehan menggema. Merasa senang telah berhasil mengusili Nadia.

"REHANNNNN!" Nadia berteriak kesal. Menatap penuh permusuhan pada pria itu. Lihat! Kamarnya jadi sangat kacau.

"Gak usah sok gitu lo. Yang beresin juga bi Ami."

"Tapi tetap aja, Nadia gak suka yah!" ucapnya sembari berdecak.

"Mandi sana udah pagi ini, lo nggak mau sekolah apa?" tanya Rehan setelahnya.

"Hallah. Baru juga pagi."

"Sekarang jam setengah tujuh, oneng. Yaudah sih terserah lo." Rehan berkata.

"ASTAGPIRULLAH ALADZIM NADIA TELATT!" teriak Nadia kemudian masuk kedalam kamar mandi miliknya.

Rehan mengelus dada mendegar teriakan dari Nadia. "Astagfirullah aladzim kelakuan gitu amat," ujarnya lantas dengan cepat keluar dari kamar sang sepupu.

Beberapa menit setelahnya, Nadia tak kunjung datang. Rehan sendiri sudah anteng dimeja makan sembari menyantap sarapannya.

"Nadianya udah bangun kan, Han?"

Rehan mengangguk. "Iya, Ma."

"Tapi kok lama?"

"Ritual manggil jin dulu, Ma" balas Rehan ngaco.

Mama Nadia terkekeh pelan. "Ada ada aja kamu. Yaudah, mama panggil Nadia dulu keatas." Serunya.

"Nggak usah kali, Ma. Paling entaran juga Nadia kesini." Ujar Rehan

"Oke. Tapi lima menit Nadianya gak datang, panggil yah, Han." Rehan mengangguk. "Mama ke dapur dulu kalau begitu."

Rehan mengangguk mengiyakan. Dengan mulut yang tak berhenti mengunyah sarapannya.

"REHANNN! Yuk berangkat!" Seru Nadia kemudian langsung mengambil roti yang sudah siap.

"Lama lo."

"Ya maaf."

"Mama mana?" tanya Nadia.

"Di dapur katanya."

Nadia lalu berlari ke dapur mencari sang Mama. Lalu menyalaminya lalu langsung bergegas pergi.

"Ma, Rehan pamit dulu." Katanya.

"Hati hati."

Rehan berdecak kala Namanya dipanggil oleh gadis itu.

"REHANN AYOOO!" teriak Nadia dari luar rumah.

Rehan menghela napas kasar. "Nih bocah dikasih hati minta jantung." Gerutunya pelan sedangkan Mama dari gadis itu hanya terkekeh melihat kelakuan anak dan ponakannya.

"REHANNN!"

"IYAAA TUNGGUU!"

○○○

Rehan yang fokus menyetir mobil memecahkan keheningan diantarannya dan juga Nadia.

"Nad ... nanti di sekolah jangan nyusahin gue," peringat Rehan.

"Siapa juga yang mau nyusahin kamu," kata Nadia dengan nada sombong.

"Anjir! Ngeselin banget, gue turunin juga lo," sahut Rehan terdengar kesal.

"Ayo turunin aja, nanti tinggal lapor ke Bunda," kata Nadia membuat Rehan menelan ludah. Pasalnya bundanya memang sangat menyayangi Nadia. Dia merasa di anak tirikan jika ada Nadia didekat Bundanya.

Setelahnya kembali hening. Hanya musik yang meramaikan pagi ini.

"Yaudah gih turun, udah sampai," kata Rehan setelah memarkirkan mobilnya.

"Iya Nadia pergi dulu. bye!"

"Dasar tuh bocah bilang makasih kek apa kek langsung pergi aja," gerutu Rehan.

Nadia berlari di koridor hendak mencari ruang kepala sekolah, namun ia dikejutkan dengan menabrak seorang laki - laki.

Brukkk ....

"Jalan pake mata!" ujar laki - laki itu dengan intonasi sedikit tinggi tak lupa menatap Nadia tajam namun yang ditatap tak memperdulikan.

"Perasaan jalan pake kaki deh?" kata Nadia polos membuat laki-laki di depanya mengeram marah mungkin juga menahan kesal. Laki-laki itu berdecak.

"Ehhh ruang kepala sekolah mana?" tanya Nadia sebelum laki - laki di hadapannya itu pergi.

Laki-laki itu menghela napas lalu menatap Nadia, "hadap belakang," kata orang itu lalu berlalu pergi begitu saja. Kek doi ya?

"Hah?!"

Nadia yang memang lemot harus mencerna perkataan orang itu selama beberapa menit barulah Nadia mengerti maksud dari orang dingin itu. Sebab terpampang jelas ada tulisan ruang kepala sekolah diruangan yang ada dibelakang Nadia.

"Oh disini toh," kata Nadia setelah membalikkan badanya.

"Yaudah Nadia masuk dulu deh," kata Nadia kemudian masuk kedalam ruang kepala sekolah.

TBC

Ini cerita mangkrak dari tahun 2021. Kalau kamu nemu cerita ini, selamat membaca. Btw crinte dikit gapapa yah, malas revisi, jadi cuma kupublish lagi aja deh.

KarsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang