[3] Tragedi

135 30 15
                                    

Ramai. Hanya kata itu yang dapat menggambarkan kantin saat ini. Banyak murid berlalu lalang tak lupa dengan makanan ditangan mereka. Termaksud pula dengan Cindy dan Icha.

Cindy yang sedang memesan bakso sedangkan Icha yang memesan Es teh.

Nadia? Jangan di tanya kemana karna dia sudah duduk cantik di pojok kantin menunggu dua sahabat barunya.

Padahal mereka baru kenal. Tapi kek berasa kenal bertahun tahun.

"Lama banget sih kalian," protes Nadia setelah melihat Cindy dan Icha datang menghampirinya.

"Lama pala lo peyang," ketus Icha lalu duduk di sebelah kiri Nadia. Memberikan Es teh yang tadi Nadia pesan. Begitu pula dengan Cindy, memberikan pesanan sang Ratu dadakan.

"Enak ya lo. Tinggal makan," kata cindy kesal.

"Kan, Nadia masih baru, kalau salah pesan gimana? Pasti diomelin. Cukup Mama aja yang sering ngomel ihh."

"Iya iya serah lo dah!"

"Tapi lain kali harus mandiri," lanjutnya.

Seolah tak memperdulikan Cindy, Nadia menyodorkan tangannya meminta sesuatu.

"Mana kembalian Nadia?"

"Eh, nyet seribu doang," ucap Cindy.

"Nggak mau tau. Sini balikin."

"Iya, iya," Cindy memgeluarkan uang seribu rupiah dari kantong bajunya menyodorkan uang itu. "Nih!"

Bak mendapat uang ratusan juta Ila melompat lompat membuat beberapa pasang mata menatapnya bigung.

Emang gila nih cewek.

"Yeah makasih cindy."

"Lebay lo nyet," ucap Icha sambil memakan baksonya.

"Seribu itu berharga loh Cha tanpa ada uang seribu ngak bakal ada uang seratus ribu jadi jangan nyepelehin uang seribu," kata Nadia berlagak bijak.

"Iye iye serah lo dah."

"Ya--"

"Makan dulu Nad, Cha," ucap cindy memotong perkataan ila.

Ucapan cindy yang sudah memotong perkataannya membuat Nadia cemberut. Namun hanya sesaat karena efek laparnya lebih menguasai Nadia.

"Ah Nadia kenyang."

"Ya iyalah lo kenyang orang ngambil bakso gue," kata icha kesal.

"Ya maaf. Kan, Nadia laper."

Kecil kecil makannya banyak tapi kok nggak gemuk gemuk ya?

"Iye iye."

"Makasih Icha," kata Ila kemudian memeluk Icha.

"Ihh jangan lebay deh."

"Udah udah yuk ke kelas bentar lagi bel loh," ajak Cindy.

"Yaudah ayo." Ajak Nadia kemudian berlalu pergi meninggalkan Icha dan cindy yang melongo tak percaya.

"Perasaan gue yang ngajak kok dia yang duluan?" tanya Cindy ke Icha sedangkan Icha hanya mengdikkan banhunya dan berlalu meninggalkan Cindy.

"WOI! TUNGGU GUE NYET!" teriak Cindy setelah menyadari dirinya ditinggal sendiri.

  ****

Brukk...

Pandangan mereka bertemu. Sekarang Nadia berada di atas badan Daffa. Karena kecerobohannya, ia kembali menabrak Daffa tapi bedanya jika tadi jatuh di lantai, sekarang malah jatuh diatas badan Daffa.

Kini mereka, Daffa dan Nadia jadi pusat perhatian mirid sma pancasila yang sedang ada di koridor.

"Bangun! badan lo berat." Rei berucap dingin mungkin berusaha menutupi kegugupanya. Entah kenapa dia gugup hanya Karena menatap mata Nadia.

"Eh maaf Daffa," kata Nadia kemudian bangun dari posisinya dan di susul oleh Rei.

"Ada yang sakit nggak Daf?" tanya Nadia setelah melihat Daffa berdiri.

"Nggak."

Daffa berlalu pergi entah kenapa setiap mentap manik mata itu membuatnya ingat dengan dia.

"Nadia lo nggak papa?" tanya Cindy khawatir setelah melihat kejadian barusan.

"Ciee perhatian," bukannya menjawab Nadia malah bercanda membuat cindy dan icha kesal.

"Bacot!" kini Icha yang menjawab. Kemudian berlalu pergi meninggal kan Nadia dan di ikuti oleh Cindy.

Nadia menatap kepergian Icha dan Cindy bingung. "Emang Nadia salah ngomong?" gumamnya.

Nadia menatap sekitar, baru sadar bahwa sedari tadi ia menjadi pusat perhatian murid SMA pancasila.

"CINDY ... ICHA TUNGGUIN NADIA ..." teriaknya kemudian pergi menyusul Icha dan cindy.

TBC.

KarsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang