Bab 12. WTF!

73 8 0
                                    

Esok harinya Alfa tak masuk sekolah. Ia benar-benar sakit, tapi bukan sakit parah, hanya perlu istirahat. Tanpa kembali ke rumah lebih dulu, selepas pulang sekolah Mada menjenguk Alfa. Tidak ada Elian di sana, ia mencoba menghubungi Elian, tetapi tak ada jawaban. Elian selalu seperti ini setiap sesuatu hal menimpa Alfa.

Gadis itu masih tertidur, nyenyak sekali. Mada duduk di kursi sisi tempat tidur. Diperhatikan wajah gadis itu dengan lekat. Kulit hitam manis dan beberapa helai rambut yang menutupi dahinya membuat gadis itu terlihat sangat cantik. Mada teringat kejadian kemarin. Beberapa menit kemudian, gadis itu membuka kedua matanya. Mada membantunya duduk bersandar. Diambilkannya segelas air yang ada di atas nakas. Alfa tersenyum. Ia sudah menduga, Mada yang akan datang di saat seperti ini, bukan Elian.

“Elian tau aku sakit?”

“Aku udah telepon dia berkali-kali, tapi gak ada jawaban.”

“Udah, lebih baik dia gak tau.” Gadis itu berbicara sembari melihat ke arah luar jendela.

“Mad, maaf soal kemarin—”

“Aku ngerti. Sekarang kamu istirahat aja.”

“Mad, Sevila pasti cemburu dengan cara kamu kayak gini ke aku. Jangan pernah lukai dia, dia baik. So far, dia terima semua perlakuan kamu ke dia dan dia mempertahankan semuanya. Sekarang tinggal aku, Mad. Hati aku udah bukan buat Elian. Apa pun yang terjadi antara aku sama Elian, kamu harus tetap ada di samping Sevila....” Gadis itu memberi jeda. “Kasih kesempatan aku buat ngadepin semuanya sendiri. Sevila udah lama nunggu kamu, dan satu hal lagi, mulai sekarang kasih aku kesempatan untuk melakukan semuanya sendiri. Kamu gak perlu lagi datang ke kafe setiap jadwal aku performe, kamu gak perlu lagi nemenin aku latihan, dan kamu juga gak perlu lagi khawatir. Aku bisa melakukannya, Mad.”

Mada termangu. Ia meraih kedua tangan gadis itu perlahan. Digenggamnya erat-erat. Kemudian, mengusap rambutnya dan pergi membiarkan gadis itu sendirian di kamarnya. Pikirannya berkecamuk. Ia sudah mengakhiri hubungannya dengan Sevila, bagaimana bisa ia mempertahankan Sevila seperti yang Alfa katakan? Bahkan ia harus membiarkan gadis itu melakuan segalanya sendiri mulai saat ini.

Argh! Brengsek! Kenapa dia susah sekali dihubungi!

Mada terus mencoba menghubungi Elian. Ia pun teringat seseorang yang bisa diandalkan untuk mendapatkan informasi keberadaan Elian.

“Alfa sakit, Bang. Aku gak bisa lihat dia kayak gini.”

“Lo datang ke tempat yang salah,” ucap pemuda di hadapannya.

“Brengsek! Kalau ini tempat yang salah, aku harus ke mana buat nemuin Elian?”

Sorry, gue gak bisa bantu apa-apa,” ucap pemuda itu sebelum meninggalkan Mada yang masih terduduk di kursi tamu halaman rumahnya.

Benar, Mada telah menemui subjek yang salah. Bagas, orang itu pasti sengaja menyembunyikan keberadaan Elian. Damn! Laki-laki macam apa yang gak kasih kabar ke pacarnya selama enam bulan dan menghilang sesukanya, batin Mada sepanjang perjalanan kembali ke rumah. Udara sore menyibak bebas kulit wajahnya. Tenaga sepeda motor yang dikendarainya semakin cepat. Isi kepalanya masih memikirkan hubungan Alfa dengan laki-laki yang … brengsek! Rutuknya.

***

Sejak pagi Aljabar tak melihat sosok gadis itu. Sore ini, ia membiarkan alunan musik mendobrak pintu hatinya. Kedua penyiar radio yang bersuara cempreng dan ngebass saling melempar tawa canda demi menghibur siapa pun yang mendengarkan. Goresan pada kertas putih kini menjadi sketsa yang kemudian jelas menjadi wajah gadis itu.

Oke, buat kamu yang barusan request lagunya Jikustik yang berjudul Untuk Dikenang, Riza sama Joy doain biar gak galau lagi dan segera menemukan obatnya..., semoga gebetannya juga dengar lagu ini dan langsung hubungi kamu, ya. Selamat mendengarkan.., 14.3 WIB FM.

Doakanlah aku malam ini
Sebelum kau mengarungi malam
Barisan puisi ini
Adalah yang aku punya
Mungkin akan kau lupakan
Atau untuk dikenang…
Tulisan dariku ini
Mencoba mengabadikan
Yang mungkin ‘kan kau lupakan
Atau untuk dikenang
Untuk dikenang…

Damai. Namun, kegundahan itu kembali melanda dan menggoyahkan pertahanan Aljabar. Shit! Kenapa lagu ini? Laki-laki tujuh belas tahun itu mengumpat dengan kesal. Halaman belakang rumah selalu menjadi tempat favoritnya. Di sana ia tentram, menemukan banyak kata yang bisa ia rangkai untuk pujaan  hatinya—Alfa. Sembari ditemani secangkir Kopi Taloea, ia merasakan debar dada kirinya begitu merdu, sendu dan semakin menggebu. Senja telah berpulang ke pelupuk kaki angkasa.

Kalau saja malam tahu
Sorenya langit selalu berseru
Dada kiriku berdebar semu
Antara merdu atau gaduh

Tak peduli semua itu
Secangkir kopi berkata padaku,
“Pujaan hati masih menunggu,
di puncak Merbabu.”

Kasih,
tunggulah menepinya aku,
di hatimu yang masih bisu

-Aljabar Mekanika-

*****

PERLINA [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang