Mata Zenka membulat kaget saat di depan wajahnya kini ada wajah dari seorang lelaki tampan berseragam sama dengannya.
"Kamu tidak apa-apa dek?". Tanyanya khawatir. Entah kenapa Zenka malah membeku. Posisinya saat ini adalah terkapar dilantai dan si lelaki tadi menjadi pelindung Zenka atau lebih tepatnya Zenka dalam pelukan lelaki itu.
"Dek?". Panggilnya lagi melambaikan tangannya di depan wajah Zenka.
"Hah?. Oh sa..saya tidak apa-apa kak". Jawabnya gugup setelah sadar dari lamunannya dan langsung berusaha berdiri. Zenka mengulurkan tangannya berniat membantu lelaki itu, yang langsung di sambut olehnya.
"Kakak nggak apa-apa?". Tanya Zenka memberanikan diri menatap lelaki itu.
"Kan kamu yang jatuh, kok malah kamu tanya saya?".
"Tapi kan tadi kakak yang ketimpa saya jadi kakak dong yang sakit"
"Tenang aja saya gak apa-apa kok". Jawab lelaki itu disertai senyum ramah. Zenka secara otomatis juga ikutan senyum. Aduh.. udah kayak pintu supermarket aja otomatis.
"Makasih ya kak udah tolongin aku". Ucapn Zenka dengan senyum paling manisnya.
"Iya sama-sama". Jawabnya dengan senyum tak kalah manis. Bisa diabetes ini!.
"Aku duluan ya kak". Kata Zenka yang di jawab anggukan oleh lelaki itu. Dia berbalik memeluk kembali badannya karena udara terasa semakin dingin. Belum Sampai 5 langkah dia pergi,
"Dek!". Panggil lelaki itu lagi.
Zenka menoleh, " Iya kak?"
"Ini gantungan di tas kamu jatuh". Jawabnya mengangkat gantungan kunci boneka beruang kecil berwarna coklat sambil berjalan mendekati Zenka.
"Oh iya kak!. Makasih ya kak. Untung aja kakak temuin". Sahutnya lega.
"Sini aku pasangin lagi". Ucapnya meraih tas punggung Zenka.
"Eh gak usah kak biar aku aja".
"Gak apa-apa kok, siniin tas kamu". Akhirnya Zenka mengalah dan mendekat pada lelaki itu agar dia mudah memasangkannya kembali.
"Udah!". Ucap lelaki itu sumringah.
"Oh, Makasih lagi ya kak"
"Udah jangan banyak-banyak ucapin makasihnya entar overdosis loh"
Zenka tertawa pelan.
"Ya udah aku pulang dulu ya kak"."Kamu naik apa?"
"Sepeda, kak"
"Mau bareng biar gak capek ngayuh?".
"Wih.. ni orang baru kenal udah ngajak bareng aja.". Batin Zenka.
"Gak usah kak, biar saya bawa sepeda aja". Tolaknya sopan.
Zenka berbalik namun bahunya ditahan dari belakang dan memutarnya kembali menghadap lelaki itu.
"Kamu kok pucet?. Kamu kayaknya menggigil juga?". Tanyanya khawatir.
"Gak apa - apa kok kak, cuma dingin aja".
"Bentar". Lelaki itu membuka jaket boomber hitam miliknya dan memakaikannya pada Zenka. Zenka terpaku oleh perlakuan dari kakak kelasnya ini. Untung saja parkiran sudah sepi jadi tidak ada yang melihat.
"Kamu pakai aja, kelihatannya kamu lebih butuh".
"Tapi kakak gimana?"
"Udak gapapa aku udah biasa. Lagian rumahku gak jauh-jauh banget dari sini"
"Tap.. tapi.."
"Gak ada penolakan!". Potongnya yang membuat Zenka kicep.
"Ya udah kak. Makasih ya. Besok aku balikin deh. Aku pulang dulu kak". Ucap Zenka dengan senyum manisnya lagi.
"Iya hati-hati". Sahutnya memegang sebelah bahu Zenka dengan senyum begitu manis.
Deg
Deg
"Kenapa jantung aku jadi dangdutan gini sih?!". Batin Zenka.
.....
Gimana?. Baper gak sama ceritanya?
Gak-_-.
Oke author seterong kok.😭To be continue...
05-03-2019
Vote & comment ya cans&gans..😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Shift Ice
Teen FictionDiam jangan dikira tak mampu! Keadaan bisa merubah seseorang yang baik menjadi buruk atau pun sebaliknya. Cerita tentang seorang perempuan yang ramah dan hangat, namun karena suatu hal ia berubah menjadi seseorang yang dingin dan datar. Sedatar papa...