Hello! Maaf ya lama ga update ini:( banyak tugas nih elah-_- tapi chapter delapan ini bakalan seru deh! beneran ga sih anak ekonomi itu Zayn?
Ting!
Pagi-pagi saat gue lagi menikmati secangkir kopi pun ada yang ganggu. Yakin banget nih Cicha nge-bbm gue. Ada apasih tu anak? Kurang jelas apa kemarin gue bilang buat bareng sama dia ke kampus JAM DELAPAN TEPAT. Noh malah sekarang ga ada batang idungnya.
cicha grace: ANDA! KELUAR DAH BURU! GUE UDAH DI DEPAN MALES TURUN NIH NGERTIIN GUE LAH?!
"Astaga ni anak lagi pms apa ya? Galak banget masih pagi juga."
Gue menyambar tas dan buku serta kertas karton buat tugas kuliah dari kursi meja makan. Gue menyeruput sedikit kopi susu yang sebetulnya sia-sia gue buat gara-gara Cicha. Tapi, gue gamau juga dong si Cicha ngambek. Kalo sampe terjadi, bisa bisa nasib gue buat ketemu Zayn [semoga bener] nanti bakal batal, dan gue menghidari itu. Gue berlari keluar halaman sambil membenarkan tali converse merah ini.
"ASTAGA LAMA BANGET SI LO NGAPAIN AJ---" gue sumpel mukut Cicha pake tisu yang barusan gue sabet dari mobilnya. "IH APAANSIH HWEK"
"Lo kenapa si pms ya astaga galak amat tumbenan. Yaudahlah buruan jalan."
"Yeee emang gue supir lo apa mentang amat!"
"No comment." gue menyahut santai sambil menunjukkan telapak tangan gue agar Cicha berhenti ngomel.
"Gaya." Cicha memandang gue sinis setengah tertawa seraya menatap gas dan memfokuskan pandangan ke depan.
***
"Aduuh bener bener deh ya kalo dosennya Pak Andik tuh tugas kuliah jadi numpuk!" omel Cicha di tengah kami sedang makan di kantin.
"Oh Pak Andik ya? Iya gue pernah sih dapet tugas bejibun." komen gue.
"Terus lo ga protes?" Cicha berteriak di depan idung gue dan langsung gue tampar mukanya.
"YA AMPUN BIASA AJA NGOMONGNYA!"
"Okay sorry." dia membenarkan posisi duduknya yang sebelumnya maju tepat di depan muka gue.
"Yaa gue ga protes. Biasa aja sih."
"DEMI AP---"
"Eh dengerin ya, gue ga banyak protes waktu itu, dikasih keringanan malah sama Pak Andik."
Cicha yang menganga lansung tertutup mulutnya setelah gue mengalihkan pandangan, dia mengikuti arah mata gue.
Yap, gue heran sama cowok di sebelah meja gue sama Cicha ini. Pria berjambul memakai jeans lengkap dengan jaket merah menutup tubuhnya yang tidak begitu besar, tapi ideal. Gue liat-liat sedari tadi, dia memandangi gue [atau mungkin gue yang kege-eran] eh tapi ini beneran!
Saat gue mendapati dia ngeliatin gue, dia otomatis mengalihkan pandangannya. Jadi ga salah lagi dong siapa yang dia liat? Gue tolah-toleh ke belakang juga ga ada siapa-siapa.
"Lo kenapa, Nda?" gue terbangun dari lamunan setelah Cicha nepok jidat gue. Dan gue menerima kenyataan dia kembali maju dari tempat duduknya dan menempatkan kepalanya di depan mata gue.
"Bwah! Apaan sih lo deket deket gini risih ew." gue dengan cepat menyingkirkan muka Cicha yang menganggu.
"Lo ngeliatin cowok tadi?"
YOU ARE READING
Once Upon A Wattpad (z.m)
FanfictionAndania Jonas, gadis kuliahan yang awalnya iseng mem-publish ceritanya di Wattpad. Namun, tak disangka banyak sekali yang menggemari cerita buatannya. 'My Secret Admirer', itulah judulnya. Ada suka, ada duka. Writer-stuck juga dialaminya di pertenga...