duapuluhempat

3.5K 186 20
                                    

Update ulang!!

Baca lagi!!

Lebih panjang!!

Jangan lupa kasih vote!

Jangan lupa koment!


Seminggu telah berlalu sejak kejadian Arinda yang mengamuk histeris di ruang makan itu dan semua yang di ceritakan kakaknya itu pun tak ada yang bisa membuktikannya.

Arinda sudah berulang kali mendesak Andi dan Hendi, juga Papi dan Maminya, tapi semua nihil. Tak ada yang mau membuktikan semua ucapan Andi itu.

Seminggu ini pun sikap Miftah begitu lembut dengannya, hampir setiap ada kesempatan selalu di manfaatkan Miftah untuk meminta hak nya. Diam-diam, Maura memberikan Pil KB kepada Arinda, agar tak mengulangi kesalahan dimasa lalu.

Maura tak ingin anaknya kembali hamil untuk waktu dekat ini, ia tak ingin masa depan anaknya hancur karena hamil diusianya yang masih begitu muda. Untunglah Arinda dan Miftah pun tak ada yang curiga dengan Pil itu. Maura selalu bilang kalau itu hanyalah vitamin yang harus diminum setiap hari dan mereka berdua percaya.

Sampai tiba-tiba ketenangan dan kepercayaan Arinda terusik dengan sebuah whatsap dari nomor yang di simpan dengan nama kontak 'C' yang masuk ke ponsel Miftah sore itu.

From : 'C'

Hay, Mif..
Kesini dong, aku di ruamh Rio.
Main yukk..
Aku rindu desahan mu 😘😘

Mata Arinda langsung memanas melihat pesan yang baru saja masuk itu. Hatinya seperti tersayat belati tajam, lalu lukanya di siram air jeruk nipis. Begitu sakit dan perih.

Ketika mendengar langkah kaki yang mendekat dari arah luar kamar, Arinda segera menghapus pesan itu dan meletakkam kembali ponsel Miftah ke atas meja belajar.

"Sayang... Makan yuk, aku laper" ajak Miftah dengan nada manja.

Arinda berusaha menetralkan perasaannya. Mengubah raut wajahnya yang semula muram menjadi ceria. Dia ingin mengetahui siapa yang menghubungi suaminya itu. Untuk kali ini, Arinda yakin kalau suaminya itu telah menghianatinya. Ia ingin membuktikan sendiri yang Andi katakan tempo lalu memang benar adanya.

"Ya, ayok.." Jawab Arinda dan tersenyum.

Suasana makan kali ini diliputi keheningan. Miftah yang sibuk dengan sendok dan piring yang diatasnya berisi makanan. Sedangkan Arinda yang sibuk dengan pikirannya. Memikirkan akan apa yang di lakukan suaminya itu jika di luaran sana.

"Habis ini kita kerumah Rio, yok yank?" Ajak Arinda

Miftah menghentikan gerakan tangannya yang akan menyupkan makanan ke dalam mulutnya. Miftah menatap Arinda dengan Alis terangkat.

"Untuk apa ke ruamah Rio?" Tanya Miftah heran.

"Ya main aja, udah lamakan kita gak jalan sama dia. Kasian dia jalan sendiri terus." Kata Arinda dan terkekeh

Miftah nampak berpikir, benar juga yang di katakan Arinda kalau mereka sekarang sudah tak pernah jalan bersama dengan Rio.

"Ya sudah... Habis Isya aja ya..." Jawab Miftah

"Sekarang aja."

"Emm.. Aku juga pengen jajan cilok bakar yang deket rumah Rio itu lo." Ajak Arinda lagi, mencoba meyakinkan Miftah dan juga membuat Miftah tidak mencurigainya.

"Ya sudah.. Buruan sana, kamu siap-siap. Dandan yang cantik" kata Miftah genit.

Arinda tersenyum dan bergegas ke kamar untuk mengganti pakaiannya. Dia ingin melihat siapa yang ada di rumah Rio dan menunggu suaminya itu. Tak lupa, Arinda pun menghubungi nomor tadi yang sudah dia salin di ponselnya sebelum dia menghapus pesannya di ponsel Miftah.

Janda MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang