extra part 04

4K 186 25
                                    

-RIO ARDIANSYAH-

***

Tak ada yang salah tentang cinta,
Karena cinta bisa berlabuh kepada siapa saja.
Tak perduli perawan ataupun janda.

***

"Aku titip Arinda, ya. Kamu kan satu sekolah dengannya." Pinta Miftah, sahabatku.

"Haish ... Kenapa sih, mantan istrimu itu harus satu sekolah sama aku? Kan bisa gitu, di sekolahin bareng kamu aja. Ngerepotin tau nggak!"

"Aku juga maunya gitu, tapi Arinda nggak mau, lagian Bang Hendi dan Bang Andi nggak setuju. Please ... Bantu aku ..." Katanya, dengan memasang wajah memelas.

"Hefth ... Nyusahin, tau nggak!"

Aku pergi meninggalkan sahabatku. Menyebalkan sekali harus menjaga mantan istrinya yang sekarang telah berubah menjadi wanita barbar yang sangat menjengkelkan.

Tak ada manis-manisnya. Yang ada malah selalu ribut kalau ketemu. Nasib ku yang ternyata satu sekolah dengannya, malah mendapat amanah untuk menjaganya.

***

"Arinda ... Tunggu lah. Aku antar sampai ke kelas."

"Apa sih, kak? Udah ah, sana deh! Ganggu aja." Katanya, ketus dan melengos meninggalkanku.

Apa katanya?
Menganggu?
Astaga! Seorang lelaki tampan macam diriku ini di bilang penganggu?

Ngelunjak bener deh ni bocah, lama-lama.
Agrh ... Terserah lah!
Aku tak akan perduli!

Aku mulai melangkah pelan dan tidak mengikutinya. Membiarkan dia berjalan sendiri dengan gaya angkuh bak wanita yang tak bisa tersentuh. Tapi saat aku akan berbelok ke koridor lain, tak sengaja aku melihat dia yang tiba-tiba di tarik paksa oleh teman seangkatanku. Entah mau di bawa kemana Arinda.

Berusaha tak memperdulikannya, aku tetap melangkah acuh menaiki tangga satu persatu dengan santai. Tapi baru di anak tangga ke tiga, entah kenapa aku langsung berlari kembali turun dan mencari keberadaannya.

Rasa khawatir mulai menyelimuti perasaanku. Pasalnya, para gadis yang aku jamin sudah tak gadis lagi itu adalah biang kerok sekolah ini. Mereka menjulukiku Most Wanted karena sifatku yang sulit untuk berteman dan berbaur, seseorang yang dingin kepada siapa saja kecuali target yang akan aku tarik ke atas ranjang.

Saat aku sedang celingak-celinguk mencari mereka, samar-samar aku mendengar suara ribut, teriakan bahkan cacian yang semakin lama semakin terdengar jelas.

Ku percepat langkahku menuju sumber suara dan kini, tibalah aku di belakang gedung sekolah, tepatnya di depan gudang.
Suara itu ternyata dari dalam gudang dan pasti mereka membawa Arinda ke dalam.

Brakkk ...

Pintu gudang pun terbuka menampakkan Arinda yang berdiri dengan kedua lengan yang di pegang oleh dayang-dayang Venta, si wanita menjijikkan yang pernah aku nikmati.

"Rio ..." Pekiknya.

"Gini cara, lo?" Tanyaku, sambil melangkah pelan menghampiri Venta.

"Dia ngodain kamu, sayang. Aku kan cemburu."

Tangan nakalnya mulai memainkan kancing kemeja seragamku dengan gaya yang begitu sensual sambil menghimpitkan payudaranya ke dadaku. Aku masih diam dengan ekpresi datar tapi begitu meremehkan.

"Lo, cemburu?" Tanyaku. Tanganku pun mulai membalas belaiannya tapi aku hanya membelai rambut pirang panjangnya yang tergerai.

"Iya lah, sayang. Aku cemburu. Cemburu banget."

Aku menyunggingkan senyum setengah dan ...

"Aarrghhh ... Rio, sakit!" Jeritnya tertahan karena aku menjambak rambutnya.

"Sayangnya lo lupa, siapa diri lo dan dan apa posisi lo!" Ku hempaskan kasar rambutnya.

Tapi detik berikutnya, aku kembali menatap tepat di manik matanya sambil mencengkram kuat dagunya.

"Lo, cuma wanita murahan yang sempat gue tiduri! One night stand, kalau lo lupa!"

Dan kembali, aku menghempaskan wajahnya dengan kasar dan menarik tangan Arinda.

***

Semejak kejadia itu, hubunganku dengan Arinda kian membaik. Sebenarnya tak ada masalah antara aku dan dirinya. Hanya saja, Arinda terlalu menutup diri dan seakan menjauh dari masa lalunya. Aku tau dan aku paham betul perasaannya.

Semakin hari, semakin tumbuh rasa ini. Rasa yang harusnya hanya sekedar menjalankan amanat untuk menjaga malah timbul benih-benih cinta.

Sebebarnya aku tak paham apa dan bagaimana definisi cinta itu. Yang jelas, aku begitu nyaman, senang dan bahagia jika bersamanya. Merasa cemburu jika dia dekat dengan lelaki lain, terutama teman sekelasnya, Raka.

Aku bisa merasakan bagaimana perasaan Raka kepada Arinda. Karena perasaanku sama dengan perasaanya, mencintai Arinda.

Aku mulai mendekati Arinda dengan berbagai cara. Akal sehatku mulai melupakan janjiku kepada Miftah, sahabatku.

Lagi pula, ini kan bukan sepenuhnya salahku.
Miftah sendiri yang memintaku untuk menjaga dan melindunginya.
Miftah sendiri yang memintaku untuk menemaninya jika sedang berada di sekolah.
Bukan salahku, jika rasa ini tumbuh dengan sendirinya.






💛💛💛💛💛💛💛

Kasih like dan komentar sebaper-bapernya 😘

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 14, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Janda MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang