t h r e e

27.8K 219 3
                                    

Jika aku tak pernah bisa merasakan kebahagiaan, biarkan aku mati.
Tenggelam dalam kesendirian.

elea.









~∆~








Setelah selesai latihan dance untuk persiapan pembukaan pensi minggu depan, elea segera pergi ke cafe tempat di mana biasanya dia bekerja.

Jam di pergelangan tangan elea sudah menunjukkan puluh 5 sore, rasanya elea sudah lelah hari ini. Mungkin dia akan mengambil job untuk bernyanyi saja, kebetulan besok adalah hari weekend mungkin akan lebih banyak anak remaja dan pasangan yang sedang berkencan datang ke cafe.

Untuk sampai ke cafe tempat gadis itu bekerja, elea hanya butuh berjalan kaki sekitar sepuluh menit. Jaraknya cukup dekat dari kawasan sekolah dan cafe itu. Karna memang cafe tempat elea bekerja di bangun di hingar bingar perkotaan New York yang berdekatan dengan sekolah maupun mall dan gedung perkantoran.

Otaknya kembali berputar kepada seseorang bermata biru tajam. Pria yang bersama Ibunya beberapa hari yang lalu, pria pelanggan ibunya.

Kepada dia ada di sekolah nya?
Siapa dia?
Mau apa dia di sana?

Sederet pertanyaan terngiang di kepala gadis itu. Hal itu membuat ia takut, takut pria itu mengenalinya sebagai anak dari seorang Viviana Morgana. Seorang wanita pemuas pria hidung belang.

Tapi yang membuat elea lebih takut pria bermata biru tajam itu terus memandangi nya saat dia sedang latihan Dance bersama teamnya tadi.

Tatapan dan pandangan yang mengisyaratkan keliaran yang membuat elea merasa sangat tidak nyaman, pria yang membuat gadis itu tidak nyaman hanya dengan tatapan nya saja.

Dasar pria mesum batin elea.

~∆~

jam sudah menunjukkan pukul 9 malam, itu artinya waktu bekerja elea sudah abis. Dan waktunya bersiap siap untuk pulang.

Baju seragam yang tadi melekat di tubuh elea sudah berganti menjadi sebuah dress sederhana berwarna baby pink. Rambutnya di biarkan terurai dengan bagian bawah rambut yang di buat sedikit Curly, tak lupa make up tipis khas negri Ngingseng gadis itu terapkan. Menambah kesan manis dan imut di wajah elea.

Elea memang mewarisi sebagian besar kecantikan ibu nya, Vivian adalah perempuan berdarah Indonesia-korea sedangkan sang ayah? Entah lah elea tak pernah bertemu dengan sosok itu, elea juga sedang malas memikirkan nya, karna itu salah satu topik sensitif bagi elea.

Banyak mata yang terus memandang ke arah gadis itu saat dia sedang menampilkan sebuh lagu. Banyak juga para pelajar dari berbagai sekolah mencoba untuk menggoda nya, tapi tak gadis itu dengar hanya membalasnya dengan senyuman.

Lagi dan lagi elea bertemu dengan pria bermata biru tajam tersebut, mata yang memandang nya dengan tatapan liar.

Dan yang menambah gadis itu ketakutan saat dia turun dari Stag untuk bersiap-siap pulang, pria itu memandang elea dengan tatapan menggoda, dan lebih lagi pria itu menyeringai memperlihatkan bibir yang tersungging. Walau hanya tipis elea akui pria itu manis saat tersenyum, tapi tak menghilangkan kesan liar dari mata pria tersebut.

I'm not a bitch! (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang