s i x

10.5K 157 5
                                    

hidup itu pilihan, mengakhiri hidup itu keputusan.

-elea


















~∆~

Matahari mulai muncul dari arah timur. Langit yang tadinya gelap, berubah menjadi jingga ke emasan.

Gadis itu masih Meringkuk nyaman di atas ranjangnya, memeluk tubuh rapuhnya.

Matanya terpejam. Deru nafasnya terdengar beraturan. namun, dahinya berkerut.

Hawa dingin menyapa kulit putih sang empu dengan kuat. Membuat gadis tersebut terganggu dari tidur nyenyak-nya.

Perlahan kelopak matanya terbuka. Memamerkan keindahan bola mata berwarna abu teduhnya. Mata indah dan teduh tersebut terlihat lebih sayu dari biasanya.

Dahi gadis tersebut semakin berkerut saat matanya mulai terbuka, butuh beberapa saat untuk menyempurnakan kesadarannya. Hingga keterkejutan menghadiri sang empunya.

Seperti mendapat kejutan spesial. Elea sangat terkejut setengah mati. Dadanya berdegup kencang dengan mata yang melotot lebar.

Elea terperanjat melihat tubuh naked-nya. Belum lagi beberapa berecak merah keunguan menghiasi tubuh putihnya.

Seingatnya kemarin dia tidur dengan serangam yang basah. Lalu apa yang terjadi. Siapa yang melakukan ini kepadanya?

Elea tidak sebodoh dan sepolos itu. Dia tau berecak merah di tubuhnya ini pasti hasil karya seseorang. Yang entah siapa.

Elea menarik selimut tipis yang menutupi tubuh telanjangnya. Melirik ke arah meja belajarnya, lalu berdiri.

Ada pakaian sekolah yang tersusun rapih di atas meja tersebut, seragam khas sekolahnya yang terlihat baru dengan rok yang lebih panjang dari seragam miliknya. Tak lupa sepatu dengan brand terkenal berwarna putih tertata rapih di atas meja tersebut.

Masih dengan perasaan terkejut, elea bergegas melakukan ritual paginya.

~∆~


Elea berjalan dengan santai di lorong sekolah. Hari ini elea tak perlu berjalan kaki. Pagi tadi, tiba-tiba saja vivian memberikan uang kepada elea.

Ibunya memberikan uang cukup banyak. Dan berpesan untuk membeli beberapa bahan makanan.

Selain itu, pagi tadi ibunya juga menyuruh- nya untuk naik busway. Sebab dari itu elea bisa sampai lebih awal pagi ini.

Ibunya juga berpesan untuk pulang lebih awal hari ini.

Elea kembali merenung. Memikirkan siapa yang membuat tanda kemerahan pada tubuhnya?

Sedari tadi hanya pertanyaan itu yang terus berputar di otaknya. Ahhh sudahlah dia tidak mau merusak hari menyenangkan nya hari ini.

Elea masih berjalan di lorong kelas dengan santai, terkadang menunduk memandang sepatu barunya, lalu tersenyum.

Sepatunya sangat pas di ukuran kakinya yang mungil. Membuat elea tersenyum kembali. Ibunya ternyata tau ukuran sepatunya.

Padahal belum tentu seragam dan sepatu barunya dari sang ibu.

~∆~

Hari ini rasanya senyum tak pernah luntur dari bibir manis elea, semuanya terasa menyenangkan hari ini.

I'm not a bitch! (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang