jepit rambut

54 7 0
                                    

Sudah hampir sminggu Vara bersekolah di SMA Dharma. Dia juga sudah mengenal banyak orang disini. Termasuk Dinda, anak kelas sebelah yang kini berjalan beriringan dengannya. Dinda ternyata adalah teman Felice sejak SMP, dan mereka sangat dekat diluar sekolah.

"Aku masuk kelas dulu ya, bye Vara"

Vara hanya membalas lambaian tangan Dinda. Kemudian kembali melanjutkan beberapa langkah lagi untuk sampai dikelasnya.

Dan... Brak, prang

Vara menabrak tubuh seseorang. Dan kini wajahnya menempel pada dada bidang milik seseorang. Bunyi-bunyian mirip kaca pecah terdengar nyata ditelinganya. Vara memejamkan matanya erat, entah kehancuran apa yang sedang terjadi. Ia tidak punya keberanian untuk melihatnya.

Setelah suara-suara itu redam, Vara menjauhkan tubuhnya dari orang yang ia tabrak. Vara tidak bisa terus terusan dalam posisi seperti ini. Diantara mereka tak ada jarak barang se centi pun.

Pelan-pelan Vara membuka matanya, dia menatap pecahan pot keramik serta tanah yang berceceran di lantai. Vara menutup mulutnya, nyalinya menciut. Dengan penuh ketakutan, Vara mengangkat kepalanya untuk memandang wajah seseorang yang telah ditabraknya.

"LO!!!" Vara teriak histeris ketika wajah Bagas terpampang nyata didepannya.

"Rava?"

"Vara bege!"

Seseorang disekeliling mereka menatap Vara takjub dan tidak percaya. Selama ini siapa yang berani mengatai Bagas seperti itu?

"Hancur nih, lo harus ganti" ucap Bagas tenang. Hal itu justru membuat Vara kesal.

"Iya besok"

"Sekarang"

"Kalo bisa besok kenapa harus sekarang?"

"Karena lo nabraknya sekarang"

"Sebel!" Dengkus Vara. Sementara Bagas tertegun. Perihal cewek selalu benar mungkin memang nyata adanya.

"Yaudah bantu beresin"

"Emm, gue, gue belum kerjain tugas"

"Lo harus tanggung jawab" Bagas mencekal tangan Vara. Mengunci posisi gadis itu agar ia tidak kabur.

"Aw, ishh" Vara meringis kesakitan sembari menarik tangannya agar lepas dari cekalan Bagas. Bagas mengalihkan pandang pada tangan yang ia pegang. Deg. Ada goresan merah yang tak terhitung jumlahnya. Bagas segera membebaskan tangan Vara dengan sedikit perasaan bersalah. "Kenapa tangan lo?"

"Kena pisau dikit, gapapa kok"

Bagas memicingkan matanya, tidak percaya dengan alibi Vara.

"Eh, ini potnya beresin yuk"

Bagas bergeming beberapa saat, kemudian mulai berjongkok untuk membersihkan kekacauan yang telah terjadi. Sesekali menatap Vara yang juga jongkok dihadapannya.

Ada yang tidak beres dengan cewek ini. Bagas yakin akan hal itu. Goresan luka di pergelangan tangannya adalah bukti yang cukup kuat. Bagas mengambil jepit rambut di sisi kiri kepala Vara sebagai jaminan "Jaminan, gue balikin kalo lo udah tuntasin tanggung jawab lo"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 13, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LEAVARA®Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang