Kisah Raden dan Empat Cowok Kekar (I)

19.4K 423 9
                                    

Ini bukan kisah lanjutan sebelumnya. Ini kisah yang terjadi pada Raden saat bermain kartu UNO dengan lelaki-lelaki asing yang tak sengaja ditemuinya di kafe. Aku tak tahan ingin menceritakannya, sebab Raden bilang padaku, kejadian itu sangat membekas di benaknya, padahal sudah terjadi sekitar seminggu yang lalu. Sampai sekarang tubuhnya masih terasa 'terjamah'. Ujarnya, saat ia hendak tidur, yang dipikirkannya adalah kejadian malam minggu kemarin. Ia ingin menemui para lelaki itu --tentu saja di kafe yang sama, sehingga kali ini dia mengajakku. Namun para lelaki itu tak kunjung menampakkan batang hidungnya. Makanya, aku ingin bercerita saja tentang apa yang dialami Raden kepada kalian. Kejadiannya sungguh membuatku merinding, hingga aku tak tahan untuk menahannya sendirian. Kalian harus tahu!

Alkisah, persis di minggu kemarin, Raden sendirian pergi ke kafe. Ia malas sekali menghabiskan malam minggu di rumah. Sehingga, dia dengan tergesa pergi ke kafe yang tak jauh dari rumahnya. Biasanya tidak pernah terjadi apa-apa. Tetapi apa yang terjadi di malam itu sungguh mendebarkannya.

Suasana kafe malam itu hampir sama seperti malam-malam minggu biasanya, alunan musik lagu-lagu kekinian ditambah meja-meja bundar yang dibuat tuk mencukupi kebutuhan pengunjung. Karena Raden ga ingin merasa sendirian, ia memilih duduk agak tengah. Mencoba menikmati keramaian di tengah kesepiannya.

Waiter menawarkan dia menu. Ia menyebutkan pesanan dengan cepat karena ia memang sudah terbiasa dengan minuman tersebut. Jadi ia merasa tidak harus repot-repot membuka menu lagi.

Tak lama berselang, 4 orang laki-laki itu masuk, menebar aroma kelelakian yang cukup menyengat. Maskulin dan segar. Hidung Raden menangkap bau ini, membawa hidung sekaligus kedua bola matanya mengarah ke orang-orang itu dan ingin sekali menangkap sosok mereka dengan cepat.

Keempat orang itu , ah, Raden bahkan tak mampu menjelaskannya secara terperinci. Mereka adalah lelaki idaman yang akan diimpikan gadis manapun. Tubuh mereka, cara mereka bercanda, wajah mereka, kulit mereka, perawakan, cara bertingkah, ah.. segalanya sempurna. Begitu Raden mendeskripsikannya padaku.

Lalu mereka memilih duduk dekat mejanya Raden, persis posisi paling tengah. Raden merasa, mereka memang magnet yang akan menarik pandangan orang-orang tertuju ke mereka. Suara mereka renyah dan khas. Dan ah, bahkan kata Raden, suara mereka saja sudah mampu membuaimu ke alam yang tak pernah disinggahi sebelumnya.

Setelah mereka duduk, mereka bukannya memesan, tapi salah satu dari mereka malah langsung mengeluarkan kartu UNO. Bersiap bermain. Aturannya heboh sekali, aku bisa mendengarnya. Katanya, jika kalah, harus lepas salah satu apa saja yang menempel di badan mereka. Aih, gila. Ini tempat umum. Bagaimana bisa mereka senekad itu? Tapi semuanya cuma tertawa-tawa, mengangguk dan mengiyakan.

Namun, sial. Raden tertangkap memperhatikan mereka. Salah satu dari mereka memandang ke arah Raden. Raden menyembunyikan wajah ditatap demikian. Seharusnya, seharusnya sesuai harapan Raden, orang itu akan berhenti menatapnya setelah Raden mengacuhkannya. Tapi tidak. Tak ada pergerakan berarti. Salah satu lelaki itu menatap ke arah Raden. Lalu dia berdiri, dan ia menyambangi Raden. Raden gelisah. Ia seperti kucing tertangkap basah.

"Hey,"

"I.. Iya. Kenapa ya?"

"Kamu bisa melihat kita?"

"Hah? Maksudnya?"

Bibir lelaki ini mulai melawan arah gravitasi demi mendapati pertanyaan Raden. Lalu dia menjawab dengan pertanyaan, "Mau bergabung?"

"Dengan permainan itu? Tapi kan..."

"Tenang aja. Aku tahu yang kamu pikirkan. Kamu aman."

"Melepas yang menempel di tubuh aman? Di tempat umum?"

Keknya Ena dibikin Na-EnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang