Prolog

52 6 0
                                    

Intro penulis;

Terima kasih sudah mampir, jangan lupa vote, share dan kritikannya, ya. :)

---------------------

Matahari sudah kembali ke barat sejak dua jam lalu, tapi tetap saja seorang gadis yang penuh ambisi besar tak selesai mengemas barang-barangnya. Padahal sudah sejak pagi dia memulai aktivitas menguras keringat itu.

Satu koper abu-abu membungkus barang-barang beragam rupa miliknya. Pakaian, sepatu kets warna gelap, laptop, dan perlengkapan tambahan lainnya. Namun, peralatan kecantikan seperti wanita remaja yang beranjak dewasa pada umumnya, nyaris tidak ada dimilikinya.

Kamarnya tidak terlihat seperti ruangan pribadi milik seorang gadis yang memajang foto-foto idola, atau gambar sahabat dan kekasih, kerlap-kerlip yang biasa disukai wanita. Ruangan itu suram, bola lampu di beberapa sisi, cat abu-abu gelap yang temaram, nyaris tidak ada barang berwarna ceria di sana. Kiranya hal tersebut selalu sukses menggambarkan bagaimana kepribadiannya.

Gadis itu menarik karet rambut yang mula-mula mengikat pergelangan tangannya. Setelah itu dia menarik helai-helai rambut hitam yang mulai lengket di leher dan pastinya sangat mengganggu. Sekali, dua kali ikatan cukup erat dia lakukan demi menghilangkan rasa gerah yang sudah menyelimuti. Agar kulit putihnya tidak lagi gatal ditempeli rambut. Dia mengelap lembap di kening.

Namanya Selasih Mawarni, gadis berambut hitam sebahu yang punya obsesi lebih terhadap sesuatu. Segala hal yang dia ingini haruslah tercapai, agar hidupnya terasa sempurna. Walau segala yang dia citakan itu tak mudah, tapi usahanya tetap kukuh. Ibarat salmon yang melawan arus demi melangsungkan hidup, dia menggeliat mencari celah untuk sampai ke hulu.

Dia menyudahi kegiatan itu. Matanya yang pekat menatap ke langit-langit, mundur perlahan sampai kakinya menyentuh sisi kasur single dan merebahkan tubuh. Telentang. Gadis itu, seperti memikirkan banyak hal. Dan memang begitu.

***

Matahari belum terbit sempurna, Selasih mengemas diri untuk segera berangkat menuju kota di mana ibu dan ayahnya dulu masih bersama. Mengulang kembali kenangan silam yang entah masih pantas atau tidak lagi dikenang. Mengorek lagi luka lama atau ingatan bahagia.

Selasih menarik napas berat. Melangkah keluar rumah yang tidak lagi berpenghuni.

Gadis 22 tahun ini mencari transportasi instan menuju kota kenangannya. Kereta api adalah pilihannya. Memperhatikan sekeliling, dia merasa sendiri. Padahal peron sangat padat, sorak-sorai penumpang dan pedagang asong ramai bersesakan memenuhi gendang telinga. Namun, Selasih merasa bahwa di sana itu sepi.

Ibu-ibu menggendong dan menggandeng anaknya sedang dalam fokus pengelihatan Selasih. Memperhatikan seseorang adalah aktivitas yang menarik. Namun, tidak semua yang dipikirkannya adalah hal yang benar-benar tampak olehnya. Seperti, dia yang punya skenario lain yang tercipta dari apa yang dilihatnya.



Story in ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang