Intro penulis;
Terima kasih sudah mampir, jangan lupa vote, share dan kritikannya, ya. :)
---------------------
Lalu, perpisahan dan pecahnya keluarga itu terjadi. Ayah Selasih membawa dirinya ke sebuah kota kecil yang bahkan dalam peta agak sulit ditemukan. Di dalam kungkungan yang minim akan bising knalpot dan polusi, Ayahnya mengelola usaha perkebunan kelapa sawit di sana. Membangun sebuah rumah sederhana dan memilih untuk tidak menikah lagi.
Sedang ibunya, bahkan sampai saat ini Selasih belum menahu di mana keberadaannya. Selasih juga tidak ingin mencaritahu di mana perempuan yang telah melahirkannya. Rasanya percuma jika dia mencari, keadaan akan tetap sama saja, atau bahkan lebih bobrok dari ini. Malah gadis itu berharap bahwa ibunya sudah tiada lagi di dunia dan sedang sibuk mengurusi pertanyaan malaikat di alam baka, atau bahkan sudah menikmati siksa.
Sekarang, Selasih memutuskan untuk kembali ke kota ini selulus kuliah. Sekadar mengulang, mengenang masa-masa remajanya. Mencoba menata ulang angan yang berantakan dan belum sempat terpikirkan bagaimana akan dilanjutkannya kehidupan.
Selasih pergi meninggalkan ayahnya sendiri, lalu memutuskan untuk berusaha hidup lebih mandiri. Mengejar apa yang ingin dia capai, hidup bahagia seperti yang dicita-citakan manusia lain. Mendapatkan banyak uang, bersenang-senang, bercinta dan tetap waras dengan menulis.
"Aku harus mendapatkan uang agar mampu bertahan hidup," tangannya mengepal, menghentakkan sekali, "baiklah!"
Mengenal Niko seperti suatu hadiah paling indah yang diterimanya. Dia tidak sepopuler adiknya, Romi, tidak pula sekaya gadis-gadis yang mengejar Romi, tapi Selasih menyukainya.
Jika ditanya apa yang dicari dari seorang Niko, jelas pasti, Selasih tak mampu menyebutkan satu pun. Niko tidak punya kurang suatu hal baginya, dia begitu sempurna walau kesempurnaan tersebut hanya bisa dilihat oleh Selasih sendiri.
Selasih tercenung memikirkan akar dari perkenalan mereka semua. Dia rasa, tidak pernah sekali saja berada sekelas dengan Romi. Gadis itu hanya ingat, Romi datang menemuinya di taman sekolah dan mereka berkenalan, lalu dekat. Setelahnya, lelaki itu menyatakan segala hal, lantas berpisah. Sedang Selasih menemui Niko barang sekali-dua kali.
"Akankah dia masih bersendiri seperti aku yang terlalu sepi? Jika memang, maka aku akan mengisinya, menutupi pula perasaanku yang sendiri."
Gadis itu memejamkan mata, memusatkan ingatan yang bertolak pikir dengan memorinya saat itu. Tentang Niko, juga tentang perasaannya. Sesekali dia menarik napas panjang, menahan barang satu-dua detik lalu dilepaskan ke udara luar dan berharap oksigen baru bisa dihirup kembali.
Tidak pernah sekali pun hati dan pikirannya berbantah-bantah tentang perasaan kepada Niko. Seperti keduanya telah saling sepakat untuk mencintai lelaki itu tanpa mampu berpaling pada yang lain. Tidak pula ada pendapat yang lebih waras untuk membantah apa yang dirasakannya saat itu, untuk memalingkan perasaannya.
Selasih bangkit, dia masih duduk menunduk di sisi kasur. Tangannya mengepal, sebuah angan tergenggam. Dia tidak bisa hanya duduk termenung dan berharap kalau-kalau Niko paham dengan perasaannya kala itu dan sewaktu dulu.
Gadis itu beranjak dari tempatnya dan duduk ke tempat di mana dia sering mengeluarkan banyak energi dan pikiran. Di sebuah kursi dan imaji yang biasa dijadikannya untuk bertekad dan nekat. Dibukanya komputer jinjing kembali. Tangannya menyalakan alat elektronik tersebut.
Huruf demi huruf dirangkai membentuk kata dan kalimat pun terjalin. Sebuah nama, sebuah benda, sebuah rasa dan cerita dia tuliskan dalam lembaran kertas kosong di media elektronik.
Kisah tentang seorang gadis dengan obsesi luar biasa mencintai seorang pria muda yang berkisar 3 tahun jarak usia dengannya. Gadis itu akan melakukan apa saja untuk mendapatkan hati lelakinya, baik dengan cara yang benar atau paling salah sekalipun. Mengisahkan sebuah rasa yang luar biasa dan meledak-ledak, ingin dimuntahkan pada sosok yang tepat walau orang tersebut entah memiliki perasaan serupa atau tidak.
'Aku tidak tahu cerita ini menarik atau tidak buatmu. Akan kuselesaikan kisah ini. Terserah kau mau terima atau tidak.'
KAMU SEDANG MEMBACA
Story in Obsession
ChickLitAreta, keberanian dan kebajikan yang dimiliki seseorang yang menyebabkan dia dihormati oleh orang lain. Areta adalah nama pena dari seorang gadis yang memeluk obsesi. Dia adalah seorang ghostwriter yang menerima proyek satu naskah novel. Areta menja...