"Jangan bertingkah aneh yang dapat membuat aku khawatir kepadamu."
*****Jujur saja Erwin sangat khawatir melihat Tia seperti ini. Kemarin Erwin sempat membawa Tia ke Rumah sakit dan menebus obat di Apotek untuk Tia. Tetapi mamanya tidak mengizinkan Tia untuk menginap di Rumah Sakit, katanya merepotkn.
Tiba-tiba Tia menangis histeris. Sebenarnya apa yang ia fikirkan hingga membuat dirinya depresi seperti ini?
"Tadi Tia kenapa bi?" Erwin bertanya kepada bi Jum.
"Tadi waktu bi Jum mau ngasih makan, Tia melihat foto ini den." Jawab bi Jum sambil memperlihatkan foto keluarganya.
Disitu ada Tia, Erwin dan kedua orang tua Erwin. Entah apa yang terjadi? Hanya karena sebuah foto bisa membuat Tia histeris ketakutan.
"Tia kamu yang tenang ya, ada aku disini." Rayu Erwin layaknya seorang kekasih yang sedang membujuk cintanya.
Erwin memeluk Tia dengan penuh kehangatan dan cinta kasih. Perlakuan Erwin membuat Tia lebih tenang.
"Maafkan aku, aku tidak bersalah. Itu semua takdir." Dengan perlahan Tia melontarkan sebuah kalimat kepada Erwin.
"Aku tau Tia." Jawab Erwin sambil membenarkan rambut Tia.
"Jangan bertingkah aneh yang dapat membuat aku khawatir kepadamu." Nasehat Erwin kepada Tia.
''Maaf.'' Tia melepas pelukan dari Erwin. Kini dirinya sudah lebih tenang dari sebelumnya.
"Makan ya?"Tia mengangguk dengan kata lain ia mau makan.
"Suapi jangan?" Tanya Erwin kepada Tia.
"Jangan."
"Ditunggu jangan?"
"Jangan"
"Kenapa"
"Kamu pergi saja biar aku sama dia." Kata Tia sambil menunjuk ke arah bi Jum.
Erwin memghela napas. Sesekali ia merapikan rambut Tia lalu pergi dari kamar Tia.
Erwin masih heran, kenapa ada foto itu didalam kamar Tia? Siapa yang menaruhnya?
Erwin menunggu mamanya pulang, ia ingin menanyakan tentang foto yang ada dikamar Tia. Apa benar kalau mamanya yang menaruh foto itu. Setelah lama menunggu akhirnya mamanya pulang dari kerja.
"Ma, Erwin mau bicara." Cegah Erwin ketika mamanya ingin naik ke lantai atas.
"Tumben ngajak mama bicara." Bu Tina membalik arah dan menyusul posisi Erwin sekarang.
Di Ruang tamu sekarang mereka berada.
"Ini mamakan yang naruh di kamar Tia." Erwin langsung to The Point menanyakan maksudnya dengan menunjukan foto tersebut tepat di muka Bu Tina.
Bu Tina hanya menjawab dengan senyum sinis. Itu sudah memberi jawaban kepada Erwin.
"Maksud mama apaan kaya gitu? Mau bunuh Tia?." Erwin menanyakan perkataan itu kepada mamanya dengan nada cukup tinggi. Bukan apa-apa ia takut apa yang dicurigainya benar.
"Mama malu Erwin, gara-gara dia mama kehilangan papa kamu. Kenapa dia enggak sekalian mati aja si." Bu Tina menangis, ia bahkan tersendal-sendal untuk mengatakan semua ini. Ia seperti belum memerima kalau takdir menjemput suaminya.
"Istigfar ma, enggak seharusnya mama kaya gitu. Erwin sayang sama kalian semua. Tolong terima takdir ma." Kini mata Erwin sudah berkaca-kaca mengetahui mamanya membenci orang yang dia sayang.
"Ini semua salah anak pembawa sial itu, mama nggak ikhlas." Kata bu Tina sambil menekan kata nggak ikhlas dengan nada tersendal-sendal.
"Aku mohon sama mama, bawa Tia ke Rumah sakit ma. Aku akan melakukan apa pun yang mama minta tapi tolong ma bawa Tia ke rumah sakit." Erwin memohon kepada mamanya, bahkan ia rela bersujud didepan mamanya agar Tia di bawa kerumah sakit.
Sebenarnya apa yang terjadi? Siapa Tia? kenapa Bu Tina begitu membenci Tia? Dan kenapa Erwin sangat menyayangi Tia? Semua ini masih menjadi Teka-teki.
"Nggak." Bu Tina melepaskan tangannya dari pegangan Erwin. Ia sama sekali tidak merespon peemohonan Erwin.
Seperti masuk kuping kanan keluar kuping kiri."Maafin mama Erwin, mama belum siap untuk semua ini." Kata bu Tina dari dalam hati.
Bu Tina meninggalkan Erwin, ia menuju kamarnya. Mungkin untuk beristirahat atau merebahkan dirinya karena hari sudah malam.
Andai biaya rumah sakit untuk Tia tidak mahal pasti akan Erwin bawa ke rumah sakit dan ia bawakan Psikolog terhandal untuk menyembuhkan mental Tia.
Sepertinya tidak ada gunanya untuk memohon kepada mamanya karena percuma saja hati bu Tina masih terkunci rapat-rapat.
Kenapa hati bu Tina seperti iblis? Sebenarnya apa salah Tia hingga bu Tina sangat membencinya.
Karena merasa sangat lelah, Erwin ketiduran diruang tamu hingga mentari bersinar.
Kali ini mentari bersinar cerah tapi tidak secerah hati Erwin. Setelah kejadian semalam Erwim untuk memutuskan bersikap seperti biasa karena ia harus masuk sekolah.
Ia pernah berfikir untuk apa pergi sekolah kalau masa depannya hampir Frustasi. Tia adalah masa depan Erwin, bagi Erwin Tia adalah segalanya setelah orang tuanya.
Seperti biasa dan selalu seperti itu, setiap Erwin ingin pergi sekolah mamanya selalu mendahuluinya. Katanya ada meeting, buru-buru, banyak berkas yang harus diselesaikan. Sampai-sampai diharo liburpun Erwin belum tentu mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya. Sungguh malang nasibmu nak :( wkwkwk ah garing.
Setelah sarapan Erwin berpamitan kepada Tia dan bi Jum, karena bagi Erwin ibi Erwin adalah bi Jum. Mungkin karena kasih sayang yang diberikan bi Jum lebih besar dibanding mamanya sendiri.
"Tia aku pergi dulu ya, jangan aneh-aneh." Nasehat Erwin kepada Tia sambil membenarkan rambut Tia yang acak-acakan.
Meski hanya dijawab anggukan dan senyum itu sudah membuat Erwin lega.
"Bi titip Tia ya, kalau ada apa-apa kabari Erwin. Ini obat Tia jangan lupa diminumkan ya bi." Erwin cukup banyak bicara jika sudah menyangkut Tia. Tia adalah segalanya untuk Erwin, ia rela melakukan apa saja untul kesembuhan Tia dan kebahagiaan Tia.
Erwin keluar dari rumahnya, ia mengendarai motor sport bewarna hitam dengan kecepatan diatas rata-rata. Cowok itu memanh suka bermain-main dengan maut, kalau udah nyium lantai bau tau rasa. Eh enggak deh canda doang kok, amit-amit jangan sampai kaya gitu.
Tidak butuh waktu lama untuk sampai disekolah. Kurang dari 10 menit waktu tempuh Erwin dari rumah ke sekolah, padahal jarak rumahnya cukup jauh.
*****
Assalamualaikum bagaimana dengan chapter kali ini? Enggak bingung kan? Semoga tidak ya All.
KAMU SEDANG MEMBACA
E & F
Teen FictionPindahan dari sekolah lain membuat seseorang menjadi pendiam. mungkin itu sudah umum, tapi tidak untuk Fara. Gadis kelahiran Jepara itu mempunyai sifat yang sangat dingin dan sombong, mungkin karena faktor masa lalunya yang suram. Semenjak pindahann...