Namaku Sabitha Mutia Tsani. Bagus, kan? Orang-orang biasa memanggilku Bitha. Kalian bisa memanggilku sesuka hati, asal jangan memanggilku monyet. Dan jangan pula memanggilku "Sayang," atau nanti akan ada yang menyemburuimu.
Nama depanku diambil dari nama bulan. Kau pasti tau bulan seperti apa yang kumaksudkan. Konon, aku lahir saat malam hari. Aku sendiri tidak tahu, padahal aku lah yang dilahirkan.
Aku tidak terlalu suka keju. Aku juga tidak suka durian. Mungkin menurutmu durian itu enak. Tapi bagiku, rasa durian tak lain tak bukan adalah pedas. Aku juga tak tahu mengapa lidahku sedemikian unik. Kau jangan mengejekku, ya!
Ada satu lagi keanehanku. Entah bagaimana responmu, aku tak peduli. Tubuhku rentan terkena hal yang aneh. Termasuk telingaku. Telingaku tidak menerima impuls alunan lagu, sehingga saat terdengar lagu aku pun langsung sakit demam. Sungguh, suatu keanehan yang luar biasa, bukan?
Akan kujelaskan tentang diriku. Aku lahir tepat di tanggal 21 April. Usiaku masih muda, dan kalau kau tahu bagaimana wajahku, kau pasti akan bergumam "Ah, cantiknya". Tapi aku sedang tak mau sombong.
Banyak lelaki mengantri untuk merebutkan hatiku. Bahkan mereka tak segan berperang dingin demi memenangkanku. Mereka bodoh. Padahal aku perempuan yang biasa-biasa saja. Mereka justru menganggapku sebagai perempuan terbaik di dunia. Kata ayahku, perempuan terbaik di dunia hanyalah ibunya dan ibuku.
Membahas ayahku, ia adalah seorang wiraswasta. Dia dulunya pegawai negeri. Namun di suatu ketika, dia memilih untuk resain dari pekerjaannya yang katanya membosankan. Ayahku cenderung menyukai kebebasan. Ayahku juga menyukai ibuku. Ayahku galak, tapi beliau tak pernah sekalipun menggigit ibuku. Ketimbang menggigit, ayahku lebih suka mencium ibuku. Ya begitulah. Seringkali aku iri melihat kemesraan mereka berdua. Kepada ayah dan ibuku, tunggu pembalasanku dengan suamiku!
Kalau ibuku, dia adalah wanita terhebat di hidupku. Dia adalah pahlawanku. Dulu, waktu aku kecil, ibuku lah yang bertempur melawan para nyamuk yang menggigit kulitku. Katanya, ibuku sampai membuat alat pukul khusus. Aku tak percaya. Sebab percaya pada selain Tuhan adalah musyrik.
Posisiku sekarang sedang duduk ditemani lima buku bacaanku. Kalau kau mau baca, bacalah. Tapi kau harus membeli buku dulu sebelum membaca. Jangan meminjam bukuku. Maaf, aku memang pelit.
Aku duduk di bangku SMA. Orang bilang masa SMA adalah masa putih abu-abu. Tapi kubilang, masa SMA adalah masa mejikuhibiniu. Karena semua yang kulalui sangat berwarna warni. Lagipula, aku tak suka warna abu-abu. Banyak pula yang mengatakan bahwa masa remaja adalah masa merah muda. Ah, aku juga tak setuju. Aku lebih suka warna biru. Lagi-lagi, aku keras kepala. Terserah kau ingin berpendapat yang mana.
Jika kau bertanya alamat rumahku, maka akan kujawab kalau rumahku ada di pusat kota. Rumahku sederhana saja. Ada pohon besar di depan rumahku. Dan kalau kau mau, kau bisa membuatkan rumah pohon. Di depan rumahku ada sebuah rumah besar yang tak berpenghuni. Sebenarnya rumah itu masih bagus bila terurus.
Aku rasa aku terlalu basa-basi. Jadi, langsung kujelaskan saja mengapa tulisan ini bisa kau baca saat ini.
Aku tidak akan bercerita tentang kisah dua orang remaja yang bersahabat lalu saling suka. Aku juga tak akan bercerita tentang anak nakal yang mabuk asmara. Dan aku juga tak akan bercerita tentang kisah mistis fiktif belaka.
Aku akan bercerita tentang aku dan dia. Aku akan bercerita bagaimana bumi menemukan matahari kembali setelah berhari-hari gelap ditemani sepi.
Menurut kau, seperti apa itu cinta?
Lebih manis dari gula, atau lebih harum dari mawar? Seperti puisi yang tak termakan usia, atau seperti kue coklat tersedap di dunia? Atau justru pahit seperti buah duku jika dimakan bijinya?Terserah kalian akan memikirkan definisi cinta yang bagaimana.
Bagiku, cinta adalah Pram.
Dia adalah Pram.
Milikku, cintaku.
Dan selamanya akan terus begitu.
Bagaimana pendapatmu, aku tak peduli tentang hal itu.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
P R A G M A
Fiksi Remaja[FIKSI REMAJA] Aku tidak suka warna merah muda. Aku juga tidak suka makan durian. Kalaupun ada pancake durian terlezat di dunia, aku jamin tak akan memesannya. Aku hanya menyukai Pram ; pria yang pandai bermain sihir. Pram bisa merubah marahku m...