[Part 8 🌜 Kutub]

69 5 0
                                    

Maaf jika cerita ini ada kesamaan dengan cerita lain, tapi author tekankan ini real hasil dari kerja keras otak author, ya... walaupun enggak bagus.

[Happy reading]

.
.
.
.
.
.

Ivy tetap duduk di bangkunya, padahal jam istirahat sudah berlalu 7 menit yang lalu.

Mata Ivy melotot saat merasakan benda yang sangat dingin menempel di pipi kenyalnya.

Ivy melihat ke arah orang yang berada sangat dekat disampingnya kini. "Lo ..."

"Ini untuk kamu" ucap lelaki tampan, berkulit putih, walau masih putih Ivy, dan jangan lupa dengan senyum manisnya itu. Lelaki itu menempelkan air minum dingin di pipi Ivy yang berhasil membuat pipi sebelah kanan Ivy memerah.

"Enggak.. trimakasih" Ivy melihat ke arah lelaki itu dengan pandangan menyelidik.

"Maaf aku menambahkan huruf A di depan nama yang kau berikan" ucapnya. "Aquilo aku suka nama itu" Yap! Dia adalah anak baru tampan itu.

"Heh...gaya bicara Lo terlalu formal" Ivy terkekeh karena gaya bicara Quilo yang terlalu formal.

"maksud Lo?" Ivy bingung dengan ucapan Quilo barusan.

Quilo hanya tersenyum, ia mengambil tangan kanan Ivy "eh..Lo mau ngapain?" Tanya Ivy.

Quilo meletakkan tangan kirinya di atas tangan Ivy. Quilo melihat di sekitar kelas, dan ternyata hanya tersisa mereka berdua.

Ivy semakin bingung dan takut dengan gelagat Quilo. Quilo menatap Ivy dengan intens, seketika angin berhembus kencang dari jendela dan lagi-lagi tercium aroma yang menyegarkan "aroma Citrus" tebak Ivy.

Ivy menatap mata Quilo, ia terkejut saat tiba-tiba iris mata Quilo berubah warna purple yang indah.

"your eyes...?"

Quilo memejamkan matanya lagi dan hitungan ketiga angin berhenti berhembus. Mata Quilo kembali terbuka dengan iris mata coklat seperti semula.

Selama insiden singkat itu Ivy tidak mengedipkan matanya sekalipun. Otaknya berusaha mencerna apa yang terjadi barusan.
"Wow...." Hanya itu yang bisa ia serukan.

Quilo terkekeh geli dan menarik tangannya yang berada di atas tangan Ivy.

Ivy melihat ke telapak tangannya yang semula di tutupi telapak tangan Quilo. "Bulu burung berwarna ungu , eh... jangan-jangan Lo...ah..enggak mungkin"

Quilo menghela nafasnya, ia membuka kancing bajunya persatu-satu.

Mikha menatap horor ke arah Quilo "Lo mau ngapain? Jangan berbuat yang enggak senonoh" Ivy melakukan ancang-ancang untuk kabur, namun terhenti karena matanya melihat abs Quilo yang keren, ah..tidak maksudnya tanda berbentuk Dream Catcher dengan bulu-bulu yang memiliki warna yang sama dengan bulu yang ada di genggamannya sekarang.

Bruk!! Mikha terduduk di tempatnya kembali. Ia terpaku dan mencoba mencerna apa yang terjadi sebenarnya. "Lo laki-laki yang selalu hadir di mimpi gue?, dan Lo yang berdiri di taman belakang rumah gue?, jangan-jangan Lo berasal dari Dream Catcher?"

"itu saya, saya akan selalu hadir di mimpi kamu, saya akan menjaga tidur kamu, dan sekarang tak hanya dimimpimu tetapi saya juga datang di dunia kamu" Quilo kembali mengancing bajunya.

"Sumpah gue pusing" Ivypergi meninggalkan Quilo.

Bruk!! Tak sengaja Ivy menabrak seorang laki-laki bertubuh tinggi 185 cm, berkulit putih, dan memiliki tatapan yang tajam.

"Sorry" ucapan maaf ivy tidak di gubris laki-laki itu. Ivy menghela nafasnya "dasar kutub"

 Ivy menghela nafasnya "dasar kutub"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[BERSAMBUNG]

Siapakah laki-laki tersebut?
Apa tujuan Quilo berada di Duni nyata?
Bagaimana kisah mereka selanjutnya?

Ayo...di vote, dan jangan lupa follow

Dream Catcher Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang