Happy reading
.
.
.
.
.Brakk!
Ivy menutup pintu toilet dengan kasar. Ia menampar pipinya sendiri, berharap keajaiban akan datang membuat seluruh orang lupa akan kejadian tadi.
Ia membasuh wajahnya. Kedua matanya menatap lurus ke arah kaca besar yang berada tepat dihadapannya. "Malu gue..." Cicitnya.
Seberapa keras untuk melupakan, pikirannya akan tetap terus membayangkan tatapan murid yang menertawakan karna kebodohannya sendiri.
"Tenang Ivy..." Ia menangkan dirinya sendiri. Bahkan Ivy terlihat seperti orang gila, mondar mandir dengan kegusarannya.
"Mereka akan mengabaikan kekonyolan lo tadi, anggap aja itu mimpi dan mulai hidup seperti biasanya" tuturnya berusaha menyakinkan diri.
Setelah menyakinkan diri, Ivy keluar dari toilet dengan kepala menunduk. Rambut panjangnya ikut tertarik ke bawah menutupi sebagian wajahnya. Nyatanya, ia tetap malu walaupun beribu usaha menenangkan dirinya sendiri.
Ivy melangkah masuk ke kelas tanpa sedikitpun mengangkat kepala. Ivy terduduk lesu, ia seperti tidak memiliki semangat untuk bersekolah. Sedetik, ia langsung menenggelamkan wajah dalam lipatan lengannya.
"Ada guru jangan tidur"
Suara itu adalah suara yang membuat Ivy harus melakukan tindakan konyol demi bisa memimpikan dia lagi. Ivy menegakan kepalanya dan melemparkan tatapan menusuk ke arah orang yang berada di sampingnya.
"Jangan tatap aku seperti itu.." sosok itu menutup mata Ivy dengan telapak tangannya, "Aku takut" cicitnya.
"Quilo...lepasin tangan Lo!" Perintah Ivy dengan perkataan penuh penekanan.
Pak Daniel mulai menjelaska materi.
"Data berkelompok merupakan data yang dituliskan dalam suatu interval. Umumnya data...." Pak Daniel berenti menjelaskan saat tiba-tiba Gerald mengangkat tangannya."Ada apa Gerald?"
"Saya izin ke UKS sebentar" Gerald keluar kelas dengan tergesa-gesa.
Ivy melihat curiga ke arah Gerald sebab laki-laki itu tidak tampak sakit sama sekali, dan hanya kecemasan lah yang tampak di wajah tampannya.
"Em...pak saya boleh izin ke toilet" kini Ivy girilan yang meminta izin keluar.
"Silahkan" jawab Pak Daniel.
Ivy segerah keluar dari kelas dan ia mencari-cari kemana perginya Gerald, karena ia yakin Gerald tidak pergi ke UKS.
Dengan rasa penasaran yang menghantuinya, ia menyusuri lorong yang menuju ke area belakang sekolah.
Sesampainya di ujung lorong ia menjumpai beberapa siswa sedang duduk, berbaring di meja, bermain gitar dan bermain game. Kenapa banyak siswa yang berleha-leha padahal sekarang jam berlajar? Karena disana adalah tempat strategis siswa untuk bolos jam pelajaran tanpa ada ganguan guru. Karena jarang sekali guru pergi ke area belakang sekolah yang hanya ada gudang dan ruang rapat.
Bruk!!
Sontak ia memalingkan wajahnya ke samping kiri. Pagar besi tinggi yang baru saja di loncati salah satu siswa."Gerald!" Yap! Siswa itu adalah Gerald.
Ivy mendekat ke arah pagar. "Lo mau kemana?"
Pertanyaan yang dilontarkan Ivy tidak di gubris laki-laki itu, ia hanya menoleh sebentar dengan tatapan datarnya dan berlalu pergi.
"Dasar kutub, apa Lo bisu enggak bisa jawab gue!!" Saking kesalnya Ivy menendang pagar besi itu dan alhasil ia harus mengadu sakit di kakinya.
***
Ivy memutuskan masuk kembali ke kelas. Tersentak melotot ke arahnya.
"Kenapa lama?" tanya Pak Daniel.
"Toilet siswi penuh Pak jadi saya harus pakai toilet di belakang sekolah" alasannya, bagaimana tidak ia keluar kelas sudah lebih dari tiga puluh menit.
"Cepat duduk sana!" perintah Pak Daniel.
Ivy menganguk dan segera duduk di bangkunya. Baru saja duduk Pak Daniel telah memungkinkan postes akan segerah dimulai lima menit lagi.
Ivy bingung, sebab ia tidak mendengarkan penjelasan materi yang disampaikan Pak Daniel. Ia segerah membaca buku, ya..setidaknya ia bisa sedikit mengerti tentang materi barusan.
"Ayo siapkan kertas, di atas meja hanya ada kertas dan pulpen" perintah Pak Daniel, dan mulai menulis soal di papan tulis.
"Saya beri waktu lima belas menit menjawab tiga soal ini" sontak seluruh murid mengeluh karena waktu yang di beri sangat sebentar.
Langkah kaki Pak Daniel menyelusuri barisan bangku para murid. Ia memantau setiap gerak gerik muridnya.
"Masukan tangan ke dalam laci meja, tundukan kepala, tarik kertasnya dan mulai mengisi" ucap salah satu biang onar di kelas, ia menyinggung temannya yang berada di sampingnya yang sedang menyontek catatan yang ada di laci mejanya.
(Sumpah kejadian ini bener-bener pernah terjadi di kelas author, bedanya bukan satu orang saja yang menyontek tapi seluruh kelas dan auto dapat nilai di atas sembilan puluh dong...)
Pak Daniel menoleh ke arah Tomas. Ia menangkap isyarat Thomas yang melirik ke arah samping. "Ray! tegakan kepala kamu dan isi jawaban mu tanpa menundukkan kepala, saya tidak perduli tulisan kamu bakal keluar garis!" Ucapnya kepada siswa bermata sipit itu.
Alhasil seluruh kelas menertawakan Ray yang kepergok nyontek. Kondisi ricuh itu dimanfaatkan murid-murid untuk bertukar jawaban. (Hayo...pasti pernah nih kejadian di kelas kalian)
"Tenang semuanya....!" Serga pak Daniel.
Guru itu segerah menghampiri Ray dan mengambil buku catatan yang Ray sembunyikan di bawah laci meja. Ia merobek buku catatan itu.
Tomas yang merasa kenal dengan catatan itu, "itukan catatan gue Ray?, yah....robek, kok bisa ada di Lo sih?"
"Ray kembalikan buku catatan Tomas dengan mencatat kembali sepuluh rangkap, bukunya harus baru, di sampul dengan rapi" Hukuman itu diberikan pak Daniel untuk Ray.
"Yah...auto patah semua jari gue" keluhnya.
"Rasain Lo..." Ejek Tomas.
[BERSAMBUNG]
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Catcher
Fantasy[Follow dulu baru baca] Dreamcatcher adalah sebuah gantungan hiasan yang konon nya bisa menangkap mimpi buruk dan mengubahnya menjadi mimpi indah. Bagaimana jika mimpi indah itu adalah seorang malaikat mimpi yang selalu menghampiri mimpi mu. Bahkan...