harapan

18 4 2
                                    

"yah begitulah, mas.. Merantau ternyata tidak semudah yang saya bayangkan," Hasna mengakhiri ceritanya dengan kekehan pelan.

Mang Erik bingung harus merespon seperti apa. Karena sungguh demi apapun, Mang Erik sekarang sedang merasa kagum bukan main dengan gadis berjilbab di hadapannya itu.

Belum sampai hilang kekaguman dari wajah Mang Erik, Hasna sudah buru-buru mengangkat kembali tas selempangnya ke pundak.

Mang Erik yang segera sadar bahwa Hasna akan pergi kembali, buru-buru menghentikan langkah Hasna dengan memanggilnya,

"Dik, bisakah kau tinggal dulu? Sebentar, biar kuambilkan sesuatu," ujar Mang Erik lalu segera berlari ke arah belakang kios.

Hasna hanya bisa menampilkan muka bingung. Kakinya yang hendak melangkah, urung demi mendengar perintah Mang Erik. Matanya pun tak bisa menangkap apa yang dilakukan Mang Erik. Dan Hasna tahu kalau melihat apa yang orang lakukan secara diam diam adalah perilaku tidak sopan.

Tak lama berselang, Mang Erik sudah kembali dengan satu amplop putih yang dilipat rapi. Hasna segera mengerti apa yang terjadi, kedua tangannya mengangkat, telah siap menolak dengan sopan. Namun, Mang Erik justru menarik tas selempang Hasna dan langsung memasukkan amplop tersebut,
"ini, sedikit saja.. Tapi saya harap bisa berguna buat perjalanan kau itu, dik," Mang Erik berkata dengan tenang.

Hasna terperangah.

Segera saja Hasna mengambil kembali amplop itu dan menaruhnya diatas etalase. Ia kemudian berujar canggung,
"maaf, mas. Tapi saya tidak bisa menerima uang ini. Sudah mas, tidak perlu."

Terjadilah keributan kecil dimana mereka saling mengembalikan amplop. Sampai akhirnya Hasna mendesak, menaruh amplop itu di bangku panjang, kemudian mengucapkan terimakasih dengan cepat, lalu bergegas hendak melangkah keluar kios.

Mang Erik yang menangkap pergerakan itu, kembali memanggil Hasna. Namun, Hasna tetap berjalan menjauh. Akhirnya, Mang Erik mengeluarkan kalimat yang membuat Hasna membeku seketika,

"kalau kau tidak mau terima uang yang saya berikan, ya sudahlah, tapi kau kutawarkan bekerja disini. Saya yakin kau pasti mau."

Hasna mengerjap tidak percaya. Ia dengan cepat berbalik dan menatap Mang Erik. Berbinar mata Hasna, berkaca kaca pula. Ia terharu,
Diucapkannya syukur berkali kali.

Mang Erik menatap Hasna mantap,
"bagaimana? Kau mau, kan?"

Dengan terharu, Hasna mengangguk.

***

MON MAAP INI AGAK PENDEK YA PART NYA? 😢😢

DIKARENAKAN KEMARIN2 AKU BARU UJIAN JADI NGGAK BANYAK WAKTU BUAT NULIS..😥😥😥

TAPI TETEP AKU USAHAIN BUAT TERUS NULIS KOK,😙😙

SO STAY WITH THIS STORY, GUYS !🐼

ARIGATOU!
~madie

mesogavitoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang