Two

3.4K 427 11
                                    

3 Agustus 2011

Angin berhembus dengan sejuk. Daun-daun cokelat bertabur memenuhi jalanan. Langit sebiru laut yang membentang.

Benar-benar hari yang indah, hari yang pas untuk perayaan spesial.

Sakura tersenyum cerah. Di dalam otaknya telah terpikir berbagai rencana yang akan ia lakukan untuk kencannya dengan Sasuke hari ini.

Naik kereta sampai ke Sound City, mengunjungi galeri lukisan yang hanya dibuka musim gugur disana, makan malam romantis di salah satu restauran yang sudah ia reservasi seminggu yang lalu. Sakura sudah membayangkan betapa romantisnya hari ini. Mereka sudah satu tahun bersama, jadi rasa-rasanya wajib menghabiskan waktu seharian untuk bermesraan bukan?

Sakura benar-benar tidak sabar.

"Kau sangat aneh tersenyum sendiri seperti itu, Sakura."

Suara familiar itu menyadarkannya dari khayalan yang sudah dibangunnya hampir beberapa hari terakhir. Suara malas-malasan yang menyebalkan.

Bibir Sakura mengerucut. "Aku tidak sedang senyum-senyum sendiri, Sasuke," protesnya tidak terima.

Sasuke yang berdiri beberapa langkah darinya hanya menyeringai. Sasuke mendekati Sakura lalu mengacak-acak rambut merah muda Sakura hingga membuat Sakura kesal.

"Hentikan, Sasuke. Kau menghancurkan rambutku!"

Sasuke berhenti melihat Sakura yang sudah memasang wajah andalannya ketika sedang kesal.

"Baiklah. Kita akan pergi kemana hari ini, huh?"

Wajah kesal itu terganti dengan wajah yang penuh semangat. Tidak akan ada yang bisa menghancurkan rencananya hari ini.

"Hn, kuharap kau tidak merencanakan yang aneh-aneh, Sakura."

"Percayakan padaku. Hari ini pasti akan menyenangkan."

.

Rencananya berantakan. Kereta menuju Sound City terlambat datang hampir dua jam. Lalu ketika Sasuke membujuk Sakura untuk naik mobil dan akhirnya setuju, Sasuke mendapat telepon dari Itachi—kakak sulungnya—
yang meminjam mobilnya untuk keperluan mendadak. Akhirnya mereka memilih bertahan di stasiun sampai kereta tiba.

Saat berpikir rencana Sakura kembali bisa berjalan seperti seharusnya, Sakura hampir menangis ketika galeri musim gugur yang sudah dinantikannya sejak lama ditutup sementara waktu. Sasuke pun terpaksa menyeret Sakura yang hampir setengah jam  tak mau beranjak dari pintu galeri ke sebuah kafe tidak jauh dari sana.

Dan rencananya semakin berantakan ketika Sakura harus melihat bagaimana pelayan wanita disana terang-terangan menggoda Sasuke di depan hidungnya.

Hancur. Mengapa rencananya tidak ada yang berjalan mulus satupun?

Malam pun tiba, dan suasana tidak menjadi lebih baik. Sasuke yang kurang peka—dan tidak memiliki gen romantis sama sekali, yang seharusnya sudah bisa diduganya—membiarkannya menelusuri kota tanpa berusaha menghiburnya sekalipun. Saat mereka akhirnya makan malam tanpa hambatan, Sakura bisa tersenyum lagi untuk pertama kalinya setelah sampai ke Sound City hari ini.

Sayangnya, kini Sasuke sendirilah yang menghilangkan senyum itu. Dan ini bahkan lebih buruk dari rusaknya rangkaian rencananya hari ini.

Sasuke. Tidak. Memberinya. Kado.

Sakura sudah susah payah mengumpulkan uang dari hasil penjualan gambar digitalnya selama berbulan-bulan untuk bisa memberikan hadiah anniversary satu tahun mereka—sebuah jam tangan mahal yang sudah diinginkan Sasuke sejak lama. Dan pria itu bahkan tidak berniat memberikannya apapun. Padahal ia sudah menyindir dan memberikan kode-kode eksplisit bahwa mereka akan bertukar kado hari ini. Pria itu hanya tersenyum tipis menerima hadiahnya tanpa berkata apapun.

brumeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang