Four

3.5K 400 42
                                    

Unedited

[I take off my clothes that smell strange
I try to wash away yesterday’s memories
But it keeps repeating, as I forget about myself

I’m hiding behind bright red excuses
I ask myself again and again
Am I a bad person?
Or am I just in pain?]

dayfly

_______

10 Juli 2010

Sakura selalu menyukai bagaimana warna-warna bercampur dengan indah di canvasnya—gradasi, tekstur dan cerita yang dibangun dari perpaduan rona-rona yang menyatu dengan bebas.

Biarpun kebanyakan orang-orang menganggap percampuran warna-warna itu tidak lebih dari karya abstrak yang tak berarti, Sakura tetap menyukainya. Sapuan kuasnya memang tak dimengerti tapi ada banyak rahasia yang tersembunyi di sana—entitasnya, jiwanya, hidupnya.

"Terlalu merah, Sakura. Apa kau sedang datang bulan sampai kau menumpahkan darahnya disana?"

Sakura hanya bisa tersenyum karena sejauh ini nyaris semua orang yang dikenalnya menganggap karya seninya hanya bagian dari sebuah lelucon—hanya karena ia tidak menggambar apapun. Tak apa, toh ia juga takut jika ada yang menilai karyanya lebih jauh. Lagipula ia memang amatir, lebih banyak menggunakan insting dan emosi dibandingkan teknik melukis yang benar.

Hingga suatu hari ketika Sakura melihat dia—lelaki bertubuh jangkung, berdiri tepat di depan kanvas bertinta merah yang ia tinggalkan untuk lomba mural di sekolahnya. Sakura berpikir bahwa orang itu sedang melihat-lihat sambil menghakimi karya buruknya yang terlihat tidak pada tempatnya disana.

Sakura sedikit terkejut karena ada yang memerhatikan lukisan sederhana miliknya karena jujur ia hanya mengikuti lomba ini karena ia ingin mendukung kegiatan berbau seni dengan cara apapun. Dan sejauh memandang, hanya dirinyalah yang menampilkan lukisan seperti itu.

Sakura baru saja hendak menyapa atau bertanya kepada orang itu saat dia-lah yang melakukannya terlebih dahulu. Dia berbalik, seolah merasakan kehadiran Sakura yang telah menatapi punggung itu sejak tadi, dan pandangan mereka pun bertemu. Seketika Sakura bisa mengenali orang itu—Sasuke Uchiha, salah satu kakak kelasnya yang populer di sekolah ini.

Sakura yang masih sedikit terkejut mendadak menjadi gugup ketika Sasuke malah berjalan mendekatinya.

Mereka belum pernah bertemu muka sebelumnya, jadi mengapa dia menatapnya dengan pandangan intens seolah mereka saling mengenal?

Sasuke berhenti satu langkah didepannya ketika dia mengatakan sesuatu yang takkan pernah bisa dilupakannya.

Satu kata singkat yang mengetuk jiwanya.

"Bersemangatlah."

Satu kata yang menunjukkan bahwa dia mengerti. Bahwa dia tahu, di balik tinta merah yang nyaris menutupi seluruh kanvas, ada titik-titik hitam yang berusaha ditutupi—sebuah kesedihan mendalam yang tersembunyi.

Diayang sejak saat itu menariknya dari kesedihan hitam dengan warna-warna terang, menopang hidupnya dengan rasa sayang, dan memberikan arti cinta meski dalam waktu yang berbayang.

-0-

Ini melelahkan; Sakura bermimpi lagi.

Melupakan yang telah berakhir (dan yang telah lepas) rasanya adalah tugas yang begitu berat untuk dilakukan jika setiap malamnya mimpi-mimpi tentang dia menghantui.

brumeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang