Unedited
1 September 2010
Sejak kecil, Sakura memang mudah akrab dengan orang lain. Ia memiliki banyak teman dan tidak sulit bergaul dengan siapa saja. Meski demikian, ia tidak bisa mengatakan bahwa orang-orang itu adalah temannya yang sesungguhnya. Baginya, hubungan tidak sesederhana itu.
Hidupnya yang selalu diisi tentang cerita-cerita tentang Ibunya yang luar biasa, dongeng-dongeng tentang seorang putri yang pemberani yang setiap malam dibacakan oleh Ayahnya, dan hal-hal yang dipelajarinya dari banyak hal membuatnya tidak mudah dekat secara personal dengan siapapun. Ia lebih senang menyimpan segala perasaannya untuk dirinya sendiri. Ia tak ingin membiarkan orang lain melihat bagaimana rapuh dirinya
Namun, bersama Sasuke-seseorang yang lebih pantas disebut orang asing-entah mengapa ia melanggar semua aturan-aturan yang telah dibuatnya. Hanya kurang dari satu bulan, sejak Sasuke menerima perasaannya, ia mulai membiarkan laki-laki itu masuk ke dalam hatinya. Hal yang sangat mudah sebenarnya mengingat bagaimana dia telah membawa warna baru ke dalam hidupnya-meskipun tanpa adanya kata cinta di antara mereka.
Bersama Sasuke, semua memang sesederhana itu.
Ia merasa penting. Ia merasakan kasih itu pelan-pelan menyanjungnya dan membuat rasa itu semakin dalam.
Sasuke sudah membawa banyak kebahagiaan hanya dalam waktu singkat-teman, keluarga, perhatian dan tumpuan yang dirasakan untuk pertama kalinya. Semuanya terasa mudah hingga tanpa sadar ia mulai bergantung kepadanya.
"Kenapa kau tak pernah bilang sudah punya pacar secantik ini sih, Sasuke!"
Sakura mau tidak mau tersenyum lagi mendengar kalimat menggoda itu dari sahabat baik Sasuke.
Namanya Naruto Uzumaki, teman sedari kecil Sasuke yang seringkali menjadi topik pembicaraan diantara mereka. Ini memang pertemuan pertama mereka. Naruto memang selama dua minggu ini di rawat karena tifus yang lumayan parah. Sakura pernah menjenguknya bersama Sasuke beberapa hari sebelumnya, hanya saja saat itu Naruto sedang beristirahat hingga mereka belum sempat berkenalan secara resmi.
"Kau sungguh berisik, Naruto. Lebih baik kau cepat pulang," Sasuke membalas dengan suara jengkel. Maklum, sejak tadi Naruto memang sudah mengatakan hal itu berulang kali.
"Kau benar-benar egois! Menyimpan Sakura untuk dirimu sendiri!" Protes Naruto kesal. "Aku tahu ini pertama kalinya kau berpacaran, tapi bukan berarti mentang-mentang kau baru punya pacar temanmu langsung dilupakan. Pantas saja kau yang paling jarang menjengukku."
Kali ini Sakura tidak bisa menahan diri untuk tidak terkekeh. Raut kesal Naruto langsung menghilang seketika dan dia melempar cengiran ke arahnya. "Maklum Sakura, Sasuke memang tidak pernah punya pengalaman untuk hal-hal seperti ini. Kalau dia berbuat jahat kepadamu kau adukan saja padaku."
Sakura langsung memberi gestur hormat. "Aye, aye. Captain," ucapnya serius lalu memberi laki-laki itu sebuah kedipan di akhir. Entah mengapa baru berbicara selama setengah jam dengan Naruto sudah cukup membuatnya terlihat lepas seperti sekarang.
Dia adalah orang yang mudah untuk disukai. Semua teman yang Sasuke kenalkan kepadanya-Kiba, Shion, Suigetsu dan Juugo adalah orang-orang menyenangkan yang menerimanya dengan tangan terbuka.
Naruto tertawa terbahak-bahak lalu melirik ke arah Sasuke yang tengah memperhatikan mereka dengan tatapan menilai. "Bagaimana kau bisa mendapatkan seseorang secantik dan sekeren Sakura, hah?"
Sasuke hanya mendengus. "Untuk apa aku repot-repot memberitahumu."
"Bagaimana kau bisa suka dengan orang seperti Sasuke? Kau tidak lihat dia benar-benar tidak memiliki gen romantis apapun? kau pasti akan menyesal Sakura." Tanya Naruto penasaran. Meski dikatakan dengan nada bercanda, entah mengapa Sakura bisa mendengar keseriusan dalam pertanyaan itu. Sakura tanpa sadar tersenyum merasakan bagaimana protektif Naruto kepada Sasuke. Ah, pasti mereka benar-benar sangat dekat, pikirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
brume
Fanfiction[sasusaku fanfiction] Mereka saling mengisi. Saling menjanji. Terlihat banyak masa indah yang menanti di depan sana. Khayalan indah di tengah malam. Ukiran nama yang bersandingan. Lalu suka cita itu menghilang. Perlahan. Pelan-pelan. Hingga kabut ge...