Kami tiba di Long Island tepat setelah Krystal, berkat kekuatan perjalanan centaurus. Aku menaiki punggung Chiron, tapi kami tak bicara banyak, apalagi membahas tentang Kronos. Aku tahu sulit bagi Chiron mengungkapkan itu padaku. Aku tak ingin mendesaknya dengan bertanya lebih banyak. Maksudku, aku pernah bertemu dengan banyak orangtua yang memalukan, tapi Kronos, raja titan jahat yang ingin menghancurkan Peradaban Barat? Bukan tipe ayah yang akan kau undang ke sekolah saat Hari Karier. Saat kami tiba di kemah, para centaurus begitu bersemangat untuk bertemu Dionysus. Mereka dengar dia suka mengadakan acara pesta yang seru, tapi mereka terpaksa kecewa. Dewa Anggur sedang tak berselera untuk berpesta saat para pekemah berkumpul di puncak Bukit Blasteran. Perkemahan telah melalui banyak kesulitan dua minggu belakangan. Kabin seni dan kerajinan terbakar habis akibat serangan Draco Aionius (yang kalau kuperkirakan sih arti dari bahasa Latinnya adalah "kadal-yang-sangat besar-dengan-napas-yang-bisa-meledakkan-barang-barang"). Ruangan Rumah Besar penuh sesak dengan orang-orang yang cedera. Anak-anak di kabin Apollo, yang merupakan penyembuh terbaik, telah bekerja lembur memberikan pertolongan pertama. Semua orang terlihat letih dan babak-belur saat kami mengerubungi pohon Jeongyeon.
Begitu Krystal merentangkan Bulu Domba itu menutupi dahan terendah, sinar rembulan tampak lebih terang cahayanya, berubah dari abu-abu ke perak berkilat. Semilir dingin angin membuat ranting-rantingnya bergemeresik dan meriak melewati rerumputan, terus berdesir sepanjang lembah. Semuanya terasa lebih jernih—cahaya kunang-kunang di tengah hutan, harum ladang stroberi, suara debur ombak di pantai. Perlahan, daun-daun di pohon pinus itu mulai berubah warna dari cokelat menjadi hijau. Semua bersorak. Kejadiannya berlangsung begitu perlahan, namun tak salah lagi—sihir Bulu Domba itu meresap ke dalam pohon, mengisinya dengan kekuatan baru dan mengeluarkan racunnya. Chiron menugaskan petugas jaga dua puluh empat jam setiap harinya di puncak bukit, setidaknya sampai dia bisa menemukan monster yang cocok untuk melindungi Bulu Domba itu. Dia bilang dia akan segera memasang iklannya di kolom lowongan kerja Olympus Weekly. Sementara itu, Krystal diarak di bahu teman-teman satu kabinnya menuju amfiteater, tempat dia menerima penghargaan dengan mahkota daun dafnah dan banyak kegiatan perayaan di sekeliling api unggun. Tak ada seorang pun yang memerhatikan Seulgi atau aku. Seolah-olah kami tak pernah pergi meninggalkan kemah. Sebetulnya, kurasa itu adalah ucapan terima kasih yang terbaik yang bisa diberikan orang pada kami, karena kalau mereka mengakui kami diam-diam kabur dari kemah untuk melakukan misi ini, mereka akan harus mengeluarkan kami. Dan sesungguhnya, aku juga tak ingin mendapat perhatian lagi. Rasanya enak juga hanya menjadi salah satu dari mereka sekali-kali. Di malam itu, saat kami sedang memanggang s'more—biskuit isi cokelat dan marshmallow panggang—dan mendengarkan lee bersaudara mengisahkan cerita hantu tentang raja jahat yang dimakan hidup-hidup oleh kue-kue kering yang kerasukan setan saat sarapan, Krystal menyikutku dari belakang dan berbisik di telingaku, "Hanya karena kau berbuat baik satu kali, Park, jangan kira masalahmu dengan Ares selesai. Aku masih menantikan saat yang tepat untuk menghabisimu." Aku memberinya senyum setengah hati. "Apaan?" desaknya. "
Bukan apa-apa," ucapku. "Senang saja rasanya kembali ke rumah."
Keesokan paginya, setelah kuda-kuda poni pesta kembali pulang ke Florida, Chiron memberi pengumuman mengejutkan: perlombaan kereta tempur akan tetap dilangsungkan sesuai jadwal. Kami semua mengira perlombaan itu sudah tinggal sejarah sekarang setelah Tantalus pergi, tapi menyelesaikan perlombaan yang sudah dimulai itu mungkin memang sudah sepantasnya, terutama mengingat sekarang Chiron sudah kembali dan perkemahan sudah aman. Tyson tak begitu bersemangat akan rencana untuk kembali mengendarai kereta tempur setelah pengalaman pertama kami, tapi dia cukup senang dengan ideku bergabung dengan Seulgi. Aku akan menyetir, Seulgi akan bertugas mengamankan kereta, dan Tyson akan bertugas sebagai kru kereta. Sementara aku mengurusi kuda-kuda, Tyson membenahi kereta Seulgi dan menambah berbagai macam modifikasi khusus. Kami menghabiskan dua hari berikutnya berlatih seperti orang gila. Seulgi dan aku setuju kalau kami menang, hadiah bebas mengerjakan tugas selama sisa bulan itu akan dibagi antara kabin kami berdua. Karena Athena memiliki lebih banyak pekemah, mereka akan mendapat lebih banyak waktu bebas tugas, yang bagiku sih oke-oke saja. Aku toh tak peduli dengan hadiahnya. Aku cuma ingin menang. Malam sebelum perlombaan, aku menghabiskan waktu di kandang kuda hingga larut. Aku mengajak bicara kuda-kuda kami, memberi mereka sikatan terakhir, ketika seseorang di belakangku berkata, "Hewan yang baik, kuda itu. Andai dulu aku terpikir menggunakan mereka." Seorang pria paruh-baya dengan seragam petugas pos bersandar pada pintu kandang. Tubuhnya langsing, dengan rambut ikal hitam di bawah topi mataharinya yang berwarna putih, dan dia menyandang kantong surat-pos di bahunya.
YOU ARE READING
Adventures of the Demigod #2 (k-idol)
PrzygodoweSetelah menghabiskan musim panas lalu berjuang mencegah meletusnya peperangan besar antar para dewa dengan mencari petir asali Dewa Zeus, Park Jimin ternyata belum bisa menikmati ketenangan. Kali ini dia kewalahan menghadapi teman barunya, Tyson, re...