1. Bae

860 54 15
                                    

**
Sang surya mulai menenggelamkan diri termakan awan jingga yang memunculkan senja yang indah. bocah lelaki empat belas tahun itu sedang duduk di ruang tamu. Sesekali menatap pintu yang mungkin saja memunculkan seseorang yang di tunggunya.

"Youngie, apa yang kau lakukan?" Jinyoung, bocah empat belas tahun itu mendongak, dilihatnya hyung-nya yang menghampirinya, mengacak surai hitamnya sebelum duduk di sampingnya.

"Aku menunggu Woojin hyung, hyung," jawabnya.

Bae Jinyoung, si bungsu yang mempunyai tiga hyung dengan sifat yang berbeda-beda.
Jinyoung sangat bersyukur mempunyai hyung yang sangat menyayanginya.

"Apakah hyung boleh minta tolong?" Namja dengan rahang tegas khasnya itu menatap si bungsu dengan lamat.

"Apapun untuk hyung."

"Bangunkan Daniel ya. Kalau masih tidak mau bangun, tinggalkan saja. Nanti, biar hyung sendiri yang membangunkan."

Jinyoung mengangguk semangat. Ia sangat menantikan para hyung-nya menyuruhnya. Karena hampir seumur hidup, ketiga hyung-nya itu menyuruhnya hanya bisa dihitung jari saja.

"Siap hyung." Jinyoung bangkit lalu berlari menuju kamar Daniel, hyung keduanya.

"Jinyoungie, jangan berlari," teriak Seongwu, si sulung dari keluarga Bae. Seongwu berdecak ketika teriakannya dihiraukan oleh sang adik.

Seongwu sangat menyayangi si bungsu, adik yang terlahir dengan sesuatu yang istimewa menurutnya.

**
Bae Jinyoung, bocah dengan kepala kecil yang setiap orang yang melihatnya pasti akan berdecak kagum melihat betapa tampannya si bungsu dari keluarga Bae itu. Tapi, sayangnya, tak banyak orang yang melihatnya. Hanya orang yang berkunjung kerumahnya lah yang bisa melihat si bungsu itu. Karena si bungsu hanya bisa beraktifitas di rumahnya saja.

"Daniel hyung, bangunlah!" Jinyoung mengerjapkan matanya lucu sembari melihat hyung keduanya yang tidur dengan posisi yang unik.
Jinyoung sedikit menyingkirkan poni yang menghalangi mata besarnya. Ia mengguncang pelan bahu lebar sang hyung.

"Hyung bangun! Seongwu hyung menyuruhmu bangun." Tetapi percuma saja, Daniel ini raja tidur. Dia tidak akan bangun kalau bukan Seongwu yang membangunkannya.

Dengan langkah pelan, Jinyoung keluar dari kamar Daniel. Bersamaan dengan hyung ketiganya yang baru saja memasuki rumah.
Mata besar Jinyoung berbinar melihatnya. Dengan langkah lebarnya, ia menuruni tangga dan menghampiri Woojin Bae.

"Woojin hyung," pekiknya.

"Yak, Jinyoung-ah, jangan berlari!" Teriak Woojin dan berhasil membuat Jinyoung berhenti mendadak dan melanjutkan larinya dengan langkah pelan.

"Hyung kenapa pulang telat?" Jinyoung memanyunkan bibirnya yang membuat siapa saja yang melihatnya tak kan tahan untuk mencubit pipinya.

"Hyung ada kerja kelompok," jawab Woojin. Dan di angguki mengerti oleh Jinyoung.

"Hyung ke kamar dulu ya." Jinyoung mengangguk lagi, sesekali mengerjapkan mata besarnya. Oh sungguh, menggemaskan sekali si bungsu ini.

"Youngie, apa Daniel sudah bangun?" Seongwu bertanya dari dapur. Ia sedang menyiapkan makan malam untuk para dongsaengnya karena bundanya sedang menemani ayahnya bekerja di negara orang.

Seongwu, pemuda dua puluh tahun itu tak mengeluh ataupun menyalahkan bundanya yang sibuk. Ia sangat mengerti maksud dari kedua orangtuanya.
Orangtuanya hanya tak ingin anaknya kekurangan apapun. Simpel saja fikirnya.

"Belum hyung." Si bungsu menjawab sembari duduk di bar yang berseberangan dengan tempat Seongwu menggoreng beberapa daging.
Jinyoung menenggelamkan wajahnya pada tumpukan tangannya. Seongwu yang melihat itupun mematikan kompor dan mendekati sang adik dengan khawatir.

"Ada apa saeng?" Tanyanya sembari mengelus surai hitam Jinyoung.

"Aku pusing hyung," jawab Jinyoung pelan.

"Ayo hyung antarkan ke kamar!"

"Andwae hyung. Youngie mau menemani hyung memasak." Jinyoung menggeleng lucu dengan masih mempertahankan posisinya yang menelungkup itu.

"Hyung sudah selesai masak saeng. Lebih baik kamu ke ruang makan saja ya, menunggu hyung mempersiapkan ini." Seogwu kembali mengacak surai hitam itu yang membuat sang empunya mengerjap lucu.

"Hyung, aku ingin keluar!" Gumaman pelan itu berhasil membuat Seongwu menatapnya sendu.

"Bersabarlah dik. Sebentar lagi Youngie akan sembuh."

"Kapan hyung. Bahkan obat yang aku telan sudah ratusan. Tapi, rasa sakit ini masih terus ada hyung." Seongwu memeluk Jinyoung. Ia menengadahkan kepalanya, mencoba menghambat laju bening dari matanya.

"Sebentar lagi, berjanjilah, kau harus sembuh saeng, Hyung yakin itu." Jinyoung tak menjawab. Ia hanya mengeratkan pelukannya pada hyung pertamanya itu.

"Aku rindu bunda, kapan bunda pulang?"

"Mau hyung teleponkan bunda?" Tawar Seongwu, tetapi di balas dengan gelengan oleh sang adik.

"Aku akan istirahat hyung." Kemudian tubuh ringkih itu menjauh. Seongwu menatap iba punggung kecil itu.

"Hyung yakin saeng, kau bisa melawan penyakit sialan itu," batinnya.

Jinyoung = 14 tahun
Woojin = 17 tahun
Seongwu = 20 tahun
Daniel = 19 tahun

FIGHT FOR YOU❌WANNA ONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang