15. kebenaran dan penyesalan

286 24 0
                                    


**
Flashback

Sebuah lamborgini merah memasuki halaman rumah keluarga Bae. Dan terparkir rapi disana.
Seorang lelaki bertubuh tinggi, keluar dengan beberapa buku yang di ampitnya dengan tanga kirinya dan dada bidangnya. Sementara tangan kanannya, menggenggam ponsel yang di letakkan di antara telinganya. Iya sedang mengangkat telepon.

"Daehwi-ya, ayo! Hyung telah telat dua jam karena terjebak macet tadi." Omelnya kepada sang adik yang masih di dalam mobil.
Ia telah selesai bertelepon.

"Sebentar hyung. Aku sedang mencari es krimku. Nah, ketemu." Daehwi keluar dari mobil dengan meneteng kantong plastik berisi beberapa es krim untuk Jinyoung.

Jisung, kakaknya, sekaligus guru homeschooling Jinyoung itu menekan beberapa digit angka, agar bisa masuk ke kediaman Bae.

Setelah pintu terbuka, Daehwi berlari memasuki rumah besar itu.
Daehwi mendekati kantong kresek yang tergeletak di lantai ruang tamu.
"Es krim? Kenapa mereka tak menaruhnya di kulkas?"

"Ada apa Daehwi-ya?" Tanya Jisung.

"Ada es krim yang terbengkalai, hyung," jawab Daehwi.

"Kau taruh saja di almari es. Aku akan memanggil Jinyoung di kamarnya."

Daehwi mengangguk. Ketika ia akan menuju ke dapur yang melewati tangga, ia di kejutkan dengan darah yang mengering di lantai tepat di bawah tangga.

"Jisung hyung," teriaknya reflek.

Dengan berlari, Jisung mendekatinya.

"Ada apa Daehwi-ya?"

Daehwi menunjuk darah itu. Jisung terbelalak.
Dengan kecemasan yang luar biasa, Jisung berlari menaiki tangga, menerobos masuk ke kamar Bae Jinyoung yang terkunci dari luar itu.

Betapa kagetnya ia, melihat tubuh kecil itu tergeletak di lantai dengan tangan dan tubuh yang masih mengeluarkan darah.

"Cepat bawa ke rumah sakit, hyung." Pekikan Daehwi menyadarkannya.

Dengan panik, Jisung mengangkat tubuh yang terlampau pucat itu. Berlari dengan sekuat tenaganya untuk membawa tubuh kecil itu ke rumah sakit.

Flashback off

**
Hemofilia, penyakit keturunan yang merupakan gangguan sistem pembekuan darah yang menyebabkan tubuh kekurangan protein yang dibutuhkan dalam proses pembekuan darah jika terjadi perdarahan.
Sehingga, setiap tubuh yang mengalami sentuhan dengan keras, akan dengan mudah mengeluarkan darah.
Dan apalagi, golongan darah Jinyoung adalah golongan darah Sara. Golongan darah yang diketahui dunia hanya dimiliki dua tuan di dunia ini.

Itulah penyakit yang sepuluh tahun bersarang di tubuh kurus yang terbaring di blankar rumah sakit dengan berbagai alat penunjang hidup yang terpasang di tubuh itu.

Seongwu menggenggam tangan adiknya yang terbebas dari infus, seakan tak mau melepas tangan kecil itu. Sesekali ia mengecupnya dengan sayang.

"Bangunlah dik! Hyung di sini, bersamamu. Kau jangan takut lagi," ucapnya lirih.

"Kau tidak menghubungi adikmu yang lain, Seongwu-ya?"

Seongwu menatap Minhyun sebentar.
"Untuk apa? Mereka tidak bisa menjaga adikku dengan baik hyung."

"Kau tidak boleh begitu Seongwu-ya. Mau bagaimanapun mereka tetap adikmu.
Manusia itu tak luput dari kesalahan. Kau bahkan belum mendengarkan penjelasan mereka.
Kau sudah dewasa, kan, Seongwu-ya."

Seongwu menghela nafas pelan. Dengan perlahan ia melepaskan genggamannya dan meraih ponselnya.
Ia berniat menghubungi Daniel sekarang.

"Hallo Daniel, kau di mana?"

"Aku masih di rumah sakit, hyung."

"Bersama Woojin?"

"Iya hyung. Jinnie sedang bercanda dengan Samuel."

"Kau bisa ke rumah sakit incheon sekarang?"

"Untuk apa hyung. Kau sakit?"

"Tidak."

"Sebentar. Woojinie, Seongwu hyung menyuruh kita untuk datang ke rumah sakit incheon!"

Woojin menoleh ke arah Daniel yang duduk di sofa bersama Jaehwan.

"Seongwu hyung sakit? Tapi, bukankah dirinya masih di Daegu?" Tanya Woojin.

"Seongwu hyung pulang?" Tanya Daniel. Ia melospeaker ponselnya.

"Ya." Singkat Seongwu.

"Seongwu hyung, aku tidak mau menyusulmu kesana. Kau bahkan tidak sakit. Aku akan menemani Samuel saja." Woojin menyaut. Yang membuat Samuel tersenyum lebar.

"Baiklah jika kalian tidak mau kesini. Aku akan meminta penjelasan kalian dari telepon saja."

"Penjelasan apa hyung?" Daniel.

"Jisung hyung menemukan Youngie tak sadarkan diri dengan darah di pergelangan tangnnya. Dia terkunci di dalam kamar. Kau tidak menjaganya Daniel-ah.
Kau tidak bertanggung jawab atas perkataanmu yang katanya akan menjaga adikku.
Apa yang telah kalian lakukan terhadap adikku?"

Daniel membeo. Ia menatap Woojin meminta penjelasan.

"Aku menguncinya hyung. Dia telah mendorong Samuel di tangga hyung. Dia telah melukai Samuel dan tidak merasa bersalah.
Dia malah bersenang-senang bersama Lucas," balas Woojin.

"Apa kau melihatnya, saat Jinyoung mendorong temanmu?"

"Dia selalu menyangkal hyung. Dia berbohong!"

"Woojinie, hyung benar-benar kecewa padamu." Dengan sepihak, Seongwu menutup telepon.

**
Setelah mendapat telepon dari Seongwu tadi, suasana ruang rawat Samuel menjadi hening.

"Apa Jinyoung menjelaskan sesuatu padamu, Woojin hyung?" Tanya Samuel yang kepalanya terlilit perban itu.

"Dia selalu menyangkalnya."

"Kenapa kau tak mempercayainya hyung?"

Woojin menatap Samuel dengan kernyitan.

"Apa maksudmu? Dia selalu mencoba untuk melukaimu."

"Aku tidak menyangka, kau ternyata hyung yang buruk, ya. Kau bahkan tidak mempercayai adik polos seperti Jinyoungie.
Woojin hyung, sebenarnya semalam itu aku tidak di dorong oleh Jinyoung. Aku terpeleset saat aku menggodanya.
Dan tadi pagi, sebenarnya aku akan memberi tahu mu tentang kejadian semalam. Tapi, kebetulan aku berpapasan dengannya di anak tangga.
Jinyoung memintaku untuk menjelaskan padamu tentang mejadian kemarin malam. Tapi, karena wajah menggemaskannya yang membuatku ingin selalu menggodanya, aku bilang tidak dan aku mengatakan, aku akan merebut kalian darinya.
Kalian tahu, begitu menggemaskannya dia, ketika memohon padaku untuk tidak melakukan semua itu. Karena aku tak tahan, aku menepis tangannya. Dan tidak sengaja, tubuhku oleng dan berakhirlah seperti ini."

Setelah mendengarkan klarifikasi panjang dari Samuel, rasa bersalah hinggap di hati Woojin, begitu pun dengan Daniel.

"Woojin hyung, cepat, temui adikmu yang menggemaskan itu."

"Daniel, kau tahu apa yang harus kau lakukan, kan?"

Daniel mengangguk menjawab pertanyaan Jaehwan. Lalu ia beranjak, di ikuti Woojin yang memasang raut khawatir itu.

"Maafkan hyung dik. Bertahanlah." Dan kalimat itu, selalu ia rapalkan di sepanjang perjalanan.

FIGHT FOR YOU❌WANNA ONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang