04

97 15 30
                                    

Matahari mulai meninggi dari ufuk timur, cahayanya berlomba-lomba masuk dari celah gorden yang tidak tertutup dengan rapat, menyilaukan mata pemilik apartemen lantai 18 yang mulai sadar dari alam mimpinya.

Hari minggu biasanya Eunbi lebih banyak menghabiskan waktu seharian di apartemen. Bertepatan hari pertama peluncuran buku edisi terbaru salah satu penulis favoritnya, Eunbi berencana menghadiri sekaligus keliling area pusat pertokoan buku.

Besok sudah harus kembali ke rutinitas biasa sebagai guru BK setelah mengambil cuti nikah selama satu minggu. Ya– acara pemberkatan dan resepsi berlangsung minggu lalu. Hwang Eunbi resmi menjadi istri sah Yoongi dan menyandang marga sebagai nyonya Min seperti sang suami.

"Sarapan sudah kusiapkan di meja." ucap Eunbi seraya menyiram bunga-bunga yang menggantung indah di balkon pada laki-laki yang baru saja keluar dari kamar dengan setelan santai.

Yoongi segera menuju meja makan persegi lalu menyantap sesuap dua suap makanan. Sebelumnya Yoongi mengatakan untuk tidak perlu menyiapkan sarapan untuknya setiap pagi karena tidak terbiasa sarapan, tapi Eunbi mengatakan hal itu bukan kebiasaan sehat apalagi untuk seorang pemimpin perusahaan yang tidak mengenal waktu dan selalu mendapat urusan mendadak, perut harus selalu dalam keadaan terisi untuk memulai kegiatan.

Dan Eunbi terkesan Yoongi mau mengubah kebiasaan demi dirinya.

"Akan kutemani." Eunbi mengernyit Yoongi tiba-tiba membuka suara ditengah aktivitas sarapan.

"Ke toko buku." lanjut pria itu saat melihat ekspresi bingung istrinya.

Hari ini Yoongi juga tidak banyak aktivitas kantor. Ia menekan egonya untuk  bermalas-malasan di apartemen demi menemani Eunbi keliling area pertokoan buku. Tiga hari pasca-pernikahan, Yoongi mendapat urusan kantor secara mendadak yang mewajibkan dirinya sendiri terjun tanpa bisa diwakilkan dan baru terselesaikan hari sabtu kemarin.

"Tak apa, aku bisa sendiri. Lagipula kau butuh istirahat." Eunbi paham situasi.

"Aku sudah istirahat semalam. Tidak mungkin aku membiarkanmu belanja sendirian."

"Hm, yasudah kalau begitu." ucap Eunbi menampilkan senyum khas pada Yoongi.

Sejak seminggu tinggal di apartemen yang sama, Eunbi sudah bisa menilai karakter suaminya. Yoongi pria yang amat peduli terhadap kebersihan juga kerapian, tapi bukan berarti ia seorang perfeksionis. Ia juga pria yang perhatian, meski terlihat cuek.

--------------------

Min Yoongi merasakan dejavu melihat Eunbi yang berjalan mengenakan heels.  Hampir dua jam wanita yang berstatus sebagai istrinya itu mengitari rak-rak yang penuh dengan buku tanpa terlihat kelelahan.

"Yoon?" panggil Eunbi. "Kau terlihat lelah," meski tidak mengeluh, Eunbi mengerti suaminya lelah.

"Kau duduk dulu selagi aku mangantre." Yoongi mengiyakan perkataan Eunbi. Melakukan sesuatu yang bukan hobi itu memang melelahkan. Berbeda dengan Eunbi yang banyak menghabiskan waktu luang  dengan membaca.

Sekitar lima belas menit, Eunbi kembali dengan plastik berisi buku serta dua cup Mocha Latte.
"Minumlah." ucap Eunbi lalu duduk berhadapan dengan Yoongi.

"Kau beli buku sebanyak ini?" tanya Yoongi heran.

"Eung (Iya). Aku sudah kehabisan stok buku bacaan."

"Jadi buku-buku di ruang kerja itu sudah kau baca semua?" Eunbi mengangguk mengiyakan pertanyaan Yoongi.

"Hebat, dengan judul-judul yang membosankan itu." pantas saja Eunbi lulus dengan predikat Cumlaude.

HaebaragiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang